Ilustrasi henti jantung (pixabay.com)
Mantan Direktur RSUD NTB ini mengungkapkan pola makan dan gaya hidup menjadi pemicu terkena risiko penyakit jantung. Mengonsumsi makanan dan minuman berpemanis turut meningkatkan risiko kena penyakit jantung.
"Karena jujur ada kebiasaan, kalau bertamu disuguhin air putih persepsinya beda, orang dibilang pelit. Tapi kadang disuguhkan minuman yang gulanya manis-manis, dua sampai tiga sendok. Belum snack dan nasi. Segala minuman kemasan, kurang bagus. Yang paling bagus alami," ujarnya.
Ketua Pelaksana Harian Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Provinsi NTB ini mengatakan telah diinisiasi gerakan minimal 5.000 langkah sehari. Berdasarkan hasil studi di Jepang, gerakan 10.000 langkah bisa menurunkan angka kardiovaskuler hampir 243.000 kasus.
Fikri menyebut YJI memiliki peran penting dalam mencegah dan mengurangi angka penyakit jantung. Hal ini dibarengi pula dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui pendidikan, dukungan dan advokasi kesehatan jantung.
Menurutnya, YJI hendaknya menjadi garda terdepan dalam mewujudkan misi jantung yang sehat untuk menciptakan masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jantung.
Ia menekankan pentingnya deteksi dini penyakit jantung di NTB, mengingat penyakit jantung merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia.