Distribusi air bersih oleh Tagana kepada masyarakat terdampak kekeringan di NTB pada 2022 lalu. (dok. Dinas Sosial NTB)
Berdasarkan data BPBD NTB sampai pertengahan Juni lalu, sebanyak 136 desa pada 41 kecamatan dilanda bencana kekeringan. Sebanyak 77.101 kepala keluarga (KK) atau 224.395 jiwa warga NTB yang terdampak bencana kekeringan.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana menjelaskan pada dasarian I Juli atau 1 - 10 Juli 2023, terdapat sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan dengan status awas, siaga dan waspada. Daerah yang masuk level awas kekeringan antara lain Kabupaten Lombok Timur di Kecamatan Sakra Barat, Suela, dan Sambelia. Kemudian Kabupaten Bima di Kecamatan Wawo, Kabupaten Utara di Kecamatan Bayan dan Kabupaten Sumbawa di Kecamatan Lape.
Sedangkan wilayah yang masuk level siaga kekeringan yaitu Kabupaten Dompu terdapat di Kecamatan Kilo, Kabupaten Bima di Kecamatan Belo, dan Palibelo, Kota Mataram di Kecamatan Mataram, Kabupaten Lombok Tengah di Kecamatan Janapria, Jonggat, Praya, Praya Barat, Praya Tengah, Praya Timur, dan Pujut, Kabupaten Lombok Timur di Kecamatan Jerowaru, dan Pringgabaya dan Kabupaten Sumbawa di Kecamatan Moyo Hulu dan Rhee.
Sementara wilayah yang masuk level waspada kekeringan terdapat di Kabupaten Lombok Barat yaitu Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Utara di Kecamatan Pemenang dan Kabupaten Sumbawa di Kecamatan Utan. Masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Selain itu, masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan yang dapat terjadi di periode musim kemarau.
"Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, wadung, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi musim kemarau yang sudah memasuki wilayah NTB khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan," sarannya.