Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-06-27 at 14.08.04 (1).jpeg
Agam Rinjani saat menemani pendaki summit di Gunung Rinjani belum lama ini. (IDN Tiimes/Arifin Al Alamudi)

Mataram, IDN Times – Di balik proses evakuasi jenazah Juliana Marins yang terjatuh ke jurang Gunung Rinjani, muncul satu nama yang mendapat banyak sorotan: Abd. Haris Agam atau lebih dikenal sebagai Agam Rinjani. Warganet dari Indonesia hingga Brasil ramai-ramai mengucapkan terima kasih atas dedikasinya dalam operasi penyelamatan penuh risiko tersebut. Bukan hanya berterima kasih, warganet Brasil juga mengumpulkan donasi untuk diberikan kepada Agam dan timnya.

Juliana Marins dinyatakan hilang sejak 21 Juni 2025 dan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia setelah jatuh ke jurang sedalam 600 meter. Evakuasi jasadnya bukanlah tugas mudah. Prosesnya memakan waktu, tenaga, dan keterampilan tinggi, terlebih mengingat medan ekstrem di jalur pendakian Rinjani.

Saat proses evakuasi Juliana, Agam juga melakukan flying camp dan tidur di samping jenazah sebelum membawanya ke punggungan Rinjani. Aksi ini menuai apresias dari publik, terutama setelah video dan foto proses evakuasi menyebar di media sosial.

Keluarga Juliana yang tengah berduka juga memberikan ucapan terima kasih. Berkat keberanian Agam dan tim relawan, jenazah Juliana berhasil dibawa kembali kepada keluarganya.

1. Mendaki Rinjani lebih dari 400 kali

Agam Rinjani (Kiri) dan Arifin Al Alamudi guide Pendaki Gunung bersertifikasi (Dok. IDN Times)

Agam bukan sosok asing di kalangan pendaki. Pria asal Makassar, Sulawesi Selatan ini dikenal sebagai pendaki senior dan pemandu lokal Gunung Rinjani. Ia telah menapaki semua jalur pendakian Rinjani lebih dari 400 kali. Pengalaman itu menjadikannya salah satu orang paling dipercaya ketika misi penyelamatan atau evakuasi harus dilakukan di kawasan ekstrem seperti jurang Rinjani.

“Kali ini menemani kawan-kawan dari Lamongan. Ini pendakian pertama teman-teman dari Lamongan dan ini pendakian saya yang ke-415 kali," ujar Agam dalam salah satu unggahan di media sosialnya.

Salah satu pendaki yang pernah mendaki hingga puncak bersama Agam Rinjani membagikan pengalamannya. Pada tahun 2023, Arifin Al Alamudi dari Sumatera Utara mencapai puncak Gunung Rinjani ditemani Agam. Momen itu menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan dalam hidupnya.

"Salah satu pendakian terbaik saya di berbagai gunung di Indonesia adalah saat bersama Bang Agam (Agam Rinjani), saat mendaki Rinjani pada November tiga tahun lalu. Kala itu, Agam menjadi pemandu saya atas rekomendasi seorang teman dari Medan," ujar Arifin mengenang pendakian berkesannya.

Arifin mengatakan, sejak awal perjalanan, Agam selalu mengingatkan untuk mendaki dengan nyaman dan aman. Maksudnya, tidak perlu memaksakan diri untuk sampai ke puncak jika cuaca tidak memungkinkan.

"Dalam hal persiapan keberangkatan, Agam juga sangat detail dan teliti. Di perjalanan dari Sembalun hingga Puncak Rinjani, Agam selalu waspada mengamati pergerakan saya dan gak bosan-bosan mengingatkan soal risiko bahaya yang bisa muncul di setiap medan. Yang paling unik, Agam juga paham cara membaca cuaca," jelasnya.

Ia mengenang, usai mencapai puncak (summit), rombongannya sempat berencana melanjutkan perjalanan ke Danau Segara Anak. Namun, Agam memperingatkan bahwa dalam 3–5 hari ke depan kemungkinan besar akan terjadi hujan dan kabut tebal. Ia menyarankan untuk tidak turun lewat jalur Torean karena berbahaya.

"Saya nurut, dan kami langsung turun lewat Jalur Sembalun. Benar saja, di perjalanan hujan turun. Keesokan harinya, ketika kami sudah di basecamp, teman-teman Agam menghubungi lewat ponsel. Mereka tersesat saat menuju danau karena hujan dan kabut tebal. Agam coba bantu via telepon untuk mengarahkan mereka, dan akhirnya rombongan temannya—yang saat itu mendaki tanpa pemandu—berhasil selamat sampai ke Torean," kenang Arifin.

2. Warganet: “Terima Kasih, Agam Rinjani”

Juliana Marins (instagram.com/ajulianamarins)

Tagar dan komentar seperti “Thank you, Agam Rinjani” dan “You are a hero” membanjiri akun media sosial yang memuat informasi evakuasi. Banyak pengguna instagram dari Brasil menuliskan apresiasi mereka dalam bahasa Portugis maupun Inggris. Mereka menyebut bahwa keberanian Agam menjadi harapan terakhir agar keluarga Juliana bisa membawa pulang jenazah putri mereka.

“Kami tak mengenalmu, tapi kami tahu keberanianmu sangat berarti untuk keluarga Juliana. Obrigado (terima kasih), Agam Rinjani,” tulis akun @rafael*** dari Brasil.

3. Minta maaf tak bisa selamatkan Juliana

Juliana Marins (dok. Instagram/ajulianamarins)

Bagi Agam, Rinjani bukan sekadar gunung, tetapi sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ia sudah lebih dari satu dekade menjadi pemandu dan penyelamat di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Kecintaan dan keahliannya di medan ekstrem membuat tim SAR mengandalkannya dalam situasi genting.

“Saya turut berduka cita. Saya minta maaf karena tidak bisa membawa Juliana dalam keadaan selamat dengan kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah. Sudah banyak kasus di Rinjani memang. Susah bertahan jika jatuh di lubang-lubang (jurang) itu, karena memang terlalu curam," kata Agam dalam live di akun instagramnya.

Pria lulusan Prodi Antropologi, Universitas Hasanuddin itu kini mejadi perbincangan warganet. Banyak yang memuji keberaniannya. Warganet Brasil bahkan mengumpulkan donasi untuk diberikan kepada Agam dan timnya sebagai tanda terima kasih. Mereka sudah mengumpulkan lebih dari R$453.000 atau sekitar Rp1,2 miliar. Setelah terkumpul, mereka akan memberikannya kepada Agam untuk membeli keperluan rescue.

Editorial Team

EditorLinggauni