160 Ilmuan Kumpul di Lombok Bahas Teknologi Bangunan Tahan Bencana

Mataram, IDN Times - Sebanyak 160 ilmuan dari kampus dalam dan luar negeri berkumpul di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka membahas teknologi bangunan tahan bencana pada acara International Conference on Rehabilitation and Maintenance in Civil Engineering (ICRMCE) ke-6.
Para ahli teknik sipil itu berasal dari berbagai kampus di Indonesia, Australia, Taiwan, Jepang, dan Malaysia.
"Dari dalam negeri lebih dari 150 orang, kemudian juga dari luar negeri. Secara total 160 paper didiskusikan," kata Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Sholihin As'ad di Mataram, Kamis (4/7/2024).
1. Bahas teknologi baru bangunan tahan bencana
Sholihin menjelaskan kegiatan internasional ini digelar berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Universitas Mataram (Unram). Para ahli teknik sipil dan praktisi berkumpul dan berbagi pengalaman terkait bangunan tahan gempa dan infrastruktur lainnya agar tahan bencana. Sehingga dapat meminimalisir korban jiwa akibat bencana.
"Kami berbagi cerita, apa yang dilakukan penelitian di sana, lewat kajadian menangani bencana, perbaikan teknik sipil, termasuk kebijakan kita berbagi pengetahuan," tuturnya.
Sholihin mengatakan pengalaman masing-masing daerah dan negara berbeda-beda dalam menangani rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Namun ia menggarisbawahi agar tidak melupakan kearifan lokal atau budaya.
"Seperti waktu gempa Lombok tahun 208, rumah tradisional tetap aman. Karena nenek moyang kita sudah belajar ratusan tahun. Memang mereka tak punya gelar doktor dan profesor, tidak ada ijasahnya. Tapi ilmunya yang jarang dan itu terbukti. Seharusnya kita juga belajar seperti itu," ujar Sholihin.
Ia menegaskan pembangunan berkelanjutan tidak boleh melupakan karakter alam dan kearifan lokal atau budaya. Tetapi pembangunan berkelanjutan harus menyatukan nature, culture dan future.
"Nenek moyang kita sudah paham bagaimana mereka bisa bekerja sama saat pemulihan pascabencana. Culture harus dirangkul. Apa yang dibuat bukan sederhana tapi istimewa. Cuma kadang-kadang silau dengan apa yang di Jepang, Eropa, dan Amerika," katanya.
2. Bangunan tahan gempa untuk cegah adanya korban jiwa
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi Universitas Mataram Prof. Akmaluddin mengatakan gempa bumi dahsyat yang terjadi di Lombok pada 2018, menjadi pelajaran terkait rumah dan bangunan tahan gempa. Dalam pertemuan internasional ini membahas teknologi terkait infrastruktur perumahan dan gedung yang tahan terhadap bencana.
"Hal yang bisa dipelajari dari kejadian gempa Lombok 2018 lalu adalah , standar minimal pembangunan konstruksi rumah tidak banyak dipenuhi. Minimal harus itu adalah sambungan antara kolom dan balok, itu kita ketahui setelah kejadian. Kalau itu dipenuhi bisa meminimalkan korban jiwa. Karena masyarakat punya cukup waktu untuk menghindar dari kejadian itu," kata Akmaluddin.
Dia mengatakan yang membuat banyak korban jiwa pada saat bencana bukan karena gempa. Tetapi struktur bangunan yang menimpa penghuni rumah yang tidak memenuhi standar minimal suatu bangunan.
3. Pembangunan harus sesuai tipologi wilayah NTB
Sementara, Pj Gubernur NTB Hassanudin mengatakan konferensi internasional yang menghadirkan para pakar dan praktisi teknik sipil ini cukup penting untuk pembangunan berkelanjutan di masa mendatang. Menurutnya, hal ini penting bagaimana konsep pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap bencana.
"Nenek moyang kita sebenarnya sudah punya pengalaman konstruksi sesuai tipologi daerah masing-masing sesuai tantangan global ke depan yang kita hadapi. Dimana pembangunan berkelanjutan menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati lingkungan yang sehat, aman dan nyaman," kata Hassanudin.
Hassanudin mengatakan perkembangan global tidak baik-baik saja. Ia memberikan contoh seperti perkembangan pembangunan di Dubai tetapi cukup mengagetkan dengan pembangunan yang begitu terencana menggunakan teknologi modern. Namun dunia dikagetkan dengan bencana banjir yang melanda Dubai.
Dalam konteks di NTB, menurut Hassanudin pentingnya pembangunan yang berkelanjutan. Kita di NTB wilayah yang punya potensi yang tidak sedikit termasuk budaya yang sangat dinamis. Namun juga rentan terhadap bencana alam.
"Kita pernah mengalami gempa bumi yang cukup membuat porak-poranda. Oleh sebab itu, upaya rehabilitasi infrastruktur menjadi sangat krusial. Sehingga konferensi internasional ini menjadi wadah pengalaman bertukar ilmu dan pikiran. Serta menghasilkan solusi yang inovatif yang bisa diterapkan di berbagai tempat khususnya wilayah kepulauan NTB," harapnya.