Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Sholihin As'ad. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Sholihin menjelaskan kegiatan internasional ini digelar berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Universitas Mataram (Unram). Para ahli teknik sipil dan praktisi berkumpul dan berbagi pengalaman terkait bangunan tahan gempa dan infrastruktur lainnya agar tahan bencana. Sehingga dapat meminimalisir korban jiwa akibat bencana.
"Kami berbagi cerita, apa yang dilakukan penelitian di sana, lewat kajadian menangani bencana, perbaikan teknik sipil, termasuk kebijakan kita berbagi pengetahuan," tuturnya.
Sholihin mengatakan pengalaman masing-masing daerah dan negara berbeda-beda dalam menangani rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Namun ia menggarisbawahi agar tidak melupakan kearifan lokal atau budaya.
"Seperti waktu gempa Lombok tahun 208, rumah tradisional tetap aman. Karena nenek moyang kita sudah belajar ratusan tahun. Memang mereka tak punya gelar doktor dan profesor, tidak ada ijasahnya. Tapi ilmunya yang jarang dan itu terbukti. Seharusnya kita juga belajar seperti itu," ujar Sholihin.
Ia menegaskan pembangunan berkelanjutan tidak boleh melupakan karakter alam dan kearifan lokal atau budaya. Tetapi pembangunan berkelanjutan harus menyatukan nature, culture dan future.
"Nenek moyang kita sudah paham bagaimana mereka bisa bekerja sama saat pemulihan pascabencana. Culture harus dirangkul. Apa yang dibuat bukan sederhana tapi istimewa. Cuma kadang-kadang silau dengan apa yang di Jepang, Eropa, dan Amerika," katanya.