Menyaksikan festival musik jazz sambil menikmati sunset di kawasan The Golo Mori. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Ari menjelaskan ITDC dalam menciptakan sebuah destinasi kawasan pariwisata, terlebih dahulu memahami tentang budaya dan keinginan dari masyarakat sekitar. Dia mengungkapkan, ITDC melakukan riset sekitar dua tahun lalu untuk mengadakan event IGMJ.
"Kami melakukan pendekatan, komunikasi dengan banyak sekali elemen masyarakat Manggarai Barat NTT. Mereka menginginkan, mereka punya budaya, kegemarannya soal musik dieksplor lebih dalam. Tanpa berpanjang kata bisa dibuktikan bahwa hampir 85 persen tiket terjual oleh masyarakat NTT," bebernya.
Hal ini menunjukkan bahwa antusias masyarakat cukup tinggi. Bahkan pada akhir konser musik jazz yang diadakan pertama kali itu, Ati mengaku menerima lebih dari 10-20 orang penonton, yang berharap kegiatan IGMJ terus dilakukan setiap tahun.
"Jadi saya berharap bahwa Golo Mori Jazz ini suatu hari bisa dijadikan suatu pusaran ekonomi baru di NTT. Dan kita sudah buktikan tahun ini. Kita tidak akan berhenti pada Golo Mori Jazz, kita akan mempersiapkan ide-ide yang lain," ujarnya.
IGMJ 2025 juga menjadi wujud nyata dari komitmen kuat terhadap keberlanjutan lingkungan. Seluruh aspek pelaksanaan festival dirancang dengan menerapkan prinsip eco green, mulai dari pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, penggunaan material daur ulang, penyediaan refill station untuk air minum, hingga instalasi seni berbasis reuse.
Pendekatan ini, kata Ari, tidak hanya menciptakan pengalaman yang berkesan, tetapi juga berkontribusi positif terhadap pelestarian lingkungan sekitar. "Ini sebagai upaya untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Kondisinya bersih dan tertib. Sebagai agent of development dari pemerintah saya rasa kita akan semangat kalau budaya sudah mendukung seperti ini," tambahnya.