Mendobrak Standar Norma Kesopanan bagi Orang Kidal di Indonesia

Memaksa anak kidal pakai tangan kanan bisa berakibat fatal!

Mataram, IDN Times - Perayaan Hari Kidal Internasional digelar setiap tanggal 13 Agustus. Pertama kali diperingati pada tahun 1976 dan berlangsung sampai sekarang. Para pengguna dominan tangan kiri ini merasakan ketidaknyamanan karena dianggap tidak sopan.

Indonesia menjunjung tinggi norma kesopanan dengan dominan menggunakan tangan kanan. Para pengguna tangan kiri terpaksa harus mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan norma kesopanan yang ada di tengah masyarakat. Seperti saat makan, minum dan memberikan sesuatu kepada orang lain, itu harus menggunakan tangan kanan.

Ada ungkapan bahasa Jawa yang menyuruh setiap orang menggunakan tangan kanan saat makan, bunyinya kira-kira seperti ini 'Ora ilok mangane ngede. Kuwi saru (tidak boleh makan pakai tangan kiri. Itu tidak baik/jelek)'. 

Tetapi ternyata ungkapan tersebut kurang tepat. Sebab, dalam tradisi Jawa, tangan kanan diidentikan dengan tangan baik. Sedangkan tangan kiri adalah tangan jelek. Padahal, tangan kanan maupun kiri diciptakan Tuhan sama baiknya.

1. Mitos tentang orang kidal

Mendobrak Standar Norma Kesopanan bagi Orang Kidal di Indonesiailustrasi orang kidal (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Menurut Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB) Rizqi Amalia Aprianty, M.Psi, sejauh ini, ia belum menemukan terkait studi yang mengungkapkan bahwa orang dengan tangan kidal lebih cerdas dibandingkan dengan pengguna tangan kanan.

"Tidak ada studi yang menyatakan bahwa kidal lebih cerdas, tapi ada penelitian yang dilakukan pada 7.000 anak sekolah dasar diketahui bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan antara mereka yang kidal dengan yang tidak," tuturnya.

Kemudian soal isu orang kidal berumur pendek. ia menegaskan itu merupakan hal yang mitos. Karena umur pendek seorang tidak hanya dilihat dari kidal tidaknya, melainkan banyak faktor lainnya seperti kesehatan, gaya hidup dan lainnya.

Begitu juga dengan baik tidaknya mental seseorang tidak diukur dengan kidal atau tidaknya seseorang. Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan mental seseorang, salah satunya adalah kepribadian.

Baca Juga: Mengungkap Mitos Anak Kidal bagi Masyarakat Banjarmasin

2. Gak nyaman pakai tangan kanan

Mendobrak Standar Norma Kesopanan bagi Orang Kidal di IndonesiaDaffa Khalik Priliansyah (20) bertangan kidal mengaku tak kesulitan untuk beraktivitas seperti kebanyakan orang bertangan kanan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Daffa Khalik Priliansyah, pemuda berusia 20 tahun ditemui IDN Times di kota Palembang bercerita, sehari-hari beraktivitas normal seperti kebiasaan orang lain dalam pekerjaan. Daffa merupakan seorang barista, dirinya lebih dominan menggunakan tangan kiri dalam setiap pekerjaannya.

"Kesulitan itu gak ada karena saya sudah terbiasa dan nyaman menggunakan tangan kiri. Paling hanya beradaptasi saja di lingkungan mayoritas pengguna tangan kanan," ungkap Daffa, Sabtu (13/8/2022).

Kisah inspiratif juga datang dari Atlet bela diri Kempo asal Denpasar, Mansy Singko (40). Dia mengungkapkan bahwa pengguna dominan tangan kiri tidak perlu berkecil hati ataupun memaksakan diri harus menggunakan tangan kanan. Ia justru merasakan keuntungan sebagai orang kidal. Sebagai atlet kidal bela diri, gerakannya cenderung tidak terbaca lawan. 

Cerita yang hampir sama juga berasal dari seorang pemuda asal Kelurahan Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung bernama Putra Jaka (27).

Terkait keuntungan hingga kelebihan menggunakan kecenderungan tangan kiri, Putra mengaku tak mengetahui atau menyadari persis kedua hal tersebut dari dalam dirinya. Meskipun demikian, ia menyadari cukup piawai memainkan beragam alat musik semacam gitar, piano, hingga bass.

"Ngeband saat ini gak begitu digeluti, karena teman-teman sekarang sudah pada sibuk sama kerjaannya masing-masing di luar aktivitas musik. Ya, termasuk saya, yang jadi karyawan setelah kuliah," katanya, seraya tersenyum tipis.

Hal berbeda dialami, Akbar Hari Mukti, seorang jurnalis dari Kota Semarang ini sudah kidal sejak kecil. Kondisi yang ia alami itu bukan karena sering menggunakan tangan kiri, tetapi dari dulu ia sudah nyaman menggunakan tangan kiri untuk beraktivitas.. Dia juga sering mendapatkan teguran.

Teguran-teguran terus dialami Akbar hingga ia bekerja sebagai jurnalis di media online di Semarang. Bahkan, saat menjalankan tugasnya di lapangan, ia juga kerap mendapat teguran ketika merekam wawancara dengan mengulurkan tangan kiri.

‘’Ya itu kan sudah otomatis saya pakai tangan kiri. Jadi spontan gitu. Terus kalau ditegur yang saya mengganti dengan tangan kanan,’’ ujarnya.

Hal yang sama juga dialami Alween Ong, seorang creativepreneur asal Medan yang juga memiliki pengalaman terlahir menjadi orang kidal. Bukan hal mudah menjadi satu di antara puluhan teman-temannya yang terbiasa menggunakan tangan kanan dalam keseharian.

Kepada IDN Times, Alween menceritakan pengalaman buruk saat ia duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Ia mendapat pernyataan menghakimi dari guru olahraganya. Kala itu, kemampuannya untuk mengikuti kompetisi bulu tangkis diragukan.

"Aku dulu menutupi kidal karena dianggap aneh. Dilarang ikut bulu tangkis, akhirnya jadi gak ikut kompetisi. Dinilai gak kompeten, kalau menggunakan tangan kiri itu bolanya gak ketebak ke arah mana," cerita Alween.

Diakui Alween, dalam kesehariannya ia masih lebih nyaman menggunakan tangan kiri, seperti menyetir mobil dan megang mikrofon jika sedang berbicara di depan umum. Namun untuk beberapa kegiatan, ia harus menyesuaikan kondisi. 

Baca Juga: Kisah Atlet Kempo di Bali yang Kidal, Gerakan Tak Mudah Dibaca Lawan

3. Pakai tangan kanan agar dianggap sopan

Mendobrak Standar Norma Kesopanan bagi Orang Kidal di IndonesiaPengguna tangan kidal, M. Fauzi Arfadillah saat bermain musik. (dok. M. Fauzi Arfadillah)

Cerita berbeda dari, M. Fauzi Arfadillah. Pengguna tangan kiri ini mengaku tetap mengikuti norma-norma kesopanan yang ada di dalam masyarakat. Namun untuk aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, dia tetap menggunakan tangan kiri.

"Tetap pakai tangan kiri untuk aktivitas sehari-hari namun untuk makan tetap pakai tangan kanan. Kita mengikuti adat sopan santun yang ada di masyarakat. Tetap menyesuaikan pada hal-hal tertentu," kata Fauzi saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (12/8/2022).

Kondisi tersebut juga diakui salah seorang warga Kelurahan Ule Kecamatan Asakota Kota Bima, bernama Nurdin. Norma kesopanan inilah yang membuat dia harus makan pakai tangan kanan saat makan bersama dengan kerabat dan keluarga.

"Gak enak rasanya kalau makan pakai tangan kidal di tempat umum meskipun gunakan sendok. Jadi saya harus biasakan pakai tangan kanan, walaupun agak kaku ketimbang pakai tangan kiri," jelas dia, Jumat (12/8/2022).

Pro kontra menggunakan tangan kiri ini juga terjadi di sejumlah masyarakat adat. Meski tidak sedikit pula yang tak telalu mempersoalkan penggunaan tangan kiri bagi orang kidal. Misalnya di Bima, budayawan setempat Alan Malingi mengatakan bahwa masyarakat adat pada umumnya tidak mempersoalkan penggunaan tangan kiri bagi orang kidal.

Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat di Lampung. Tokoh adat Provinsi Lampung, Irjen Pol (Purn) Ike Edwin menjelaskan, kondisi tersebut tidak diatur secara terperinci dan tertulis dalam norma kesopanan dan hukum adat provinsi berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai.

"Tidak ada yang mengatur itu (orang tangan kidal), tapi jelas untuk yang terbiasa atau berkondisi normal harus dan wajib menggunakan tangan kanan. Sebab dalam agama juga sudah jelas, kita diajarkan menggunakan tangan kanan," katanya.

Baca Juga: Si Tangan Kidal yang Harus Beradaptasi dengan Norma Kesopanan 

4. Dasar norma agama

Mendobrak Standar Norma Kesopanan bagi Orang Kidal di IndonesiaUstaz di Banjarmasin H Mairijani M. (Foto: istimewa)

Wakil Ketua Umum II Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, KH Ihya Ulumuddin menegaskan, ajaran agama Islam jelas melarang umatnya mengedepankan penggunaan tangan kiri saat beraktivitas, apalagi urusan makan dan minum. Menurutnya, sebuah hadits Aisyah Radhiyallahu Anhu (RA) menjelaskan, Rasulullah SAW selalu makan dan minum menggunakan tangan kanan, bahkan sebelum itu beliau SAW selalu mengucapkan basmallah.

"Hukum fiqih mengikuti qodrat dan irodat Allah SWT, karena manusia dilahirkan tidak dalam kondisi normal 'kekuatan seorang pada tangan kiri dibandingkan tangan kanan'. Jelas ini tidak bisa dipaksakan," terangnya.

Meski demikian, pengecualian itu juga gugur alias tak berlaku dalam urusan pelaksanaan ibadah semisal berwudhu, bersalaman, dan lain-lain. "Apalagi berkaitan dengan salat, tetap diutamakan tangan kanan," sambung dia.

Menurut salah satu ustaz di Banjarmasin H Mairijani M yang memiliki pendapat beda. Menurutnya, sejumlah ulama juga punya pendapat berbeda tentang kebiasaan kidal ini. Ada yang menyatakan haram dan ada yang menyatakan makruh.

Mairijani juga menyebutkan, alasan lain yang membuat orang akhirnya menjadi kidal. Seperti ada persoalan gangguan fisik, misalnya faktor luka maupun cacat. 

"Tapi kalau alasan luka atau cacat, (pakai tangan kiri) menjadi mubah atau boleh," katanya.

Baca Juga: Kisah Fotografer Tangan Kidal Lampung: Jangan Anggap Diri Kita Berbeda

5. Jangan paksa anak pakai tangan kanan, akibatnya fatal

Mendobrak Standar Norma Kesopanan bagi Orang Kidal di Indonesiailustrasi orang kidal (occupationaltherapy.com.au)

Menurut seorang psikolog anak di RS Santo Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro, tradisi yang mengharuskan seseorang untuk menggunakan tangan kanan mestinya dihentikan karena bisa mengganggu tumbuh kembang anak-anak. 

"Biarkan anak berkembang dari sisi biologisnya. Jangan paksakan anak kidal untuk pakai tangan kanan. Karena kita percaya Tuhan menciptakan tangan manis itu pada dua tangan. Bukan hanya tangan kanan saja tapi juga tangan kiri," ujar Probo saat berbincang dengan IDN Times, Sabtu (13/8/2022).

Ia berujar orang yang kidal tidak hanya dominan menggunakan tangan kirinya. Melainkan juga cara berpikirnya lebih banyak memakai struktur otak kiri.

"Soalnya orang kidal tidak hanya tangannya. Tapi juga otaknya. Jadi kalau anak kidal dipaksakan pakai tangan kanan yang terjadi malah dia jatuh sakit. Lambat laun dia nyeri atau sering pusing, tulisannya jadi jelek sampai prestasinya di sekolah jadi drop. Kejadian paling ekstrem, otaknya bisa error. Karena dia yang terbiasa mikir pakai otak kanan, tiba-tiba dipaksa orang tuanya untuk pakai yang kanan," urainya.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, penggunaan tangan kidal tidak punya pengaruh buruk terhadap hal apapun dalam kehidupan sehari-hari. Ada sekitar 10 – 12 persen penduduk dunia yang bertangan kidal.

Otak besar manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu kiri dan kanan. Masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda dan bekerja secara bersilang, artinya belahan otak kanan mengontrol sisi tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Otak kiri yang mengontrol sisi kanan tubuh, terkait dengan fungsi literasi, berbicara maupun menulis, juga terkait dengan kemampuan logika, math, dan sains.

Sebaliknya fungsi otak kanan yang mengontrol sisi kiri tubuh, terkait kemampuan kreatif, seni, musik, juga persepsi dan emosi. Pada anak-anak kidal, kerja otak kanan yang mendominasi. Sehingga anak-anak bertangan kidal justru sering kali memiliki banyak kelebihan.

Mereka juga memiliki kemampuan persepsi visual dan spasial atau keruangan yang lebih baik. Selain itu, mereka juga terkadang menonjol di berbagai bidang seni.

Menggunakan tangan kanan atau tangan kiri, keduanya sama-sama baik. Karena bagaimanapun kidal adalah sebuah keunikan. Anak kidal memiliki banyak kelebihan-kelebihan yang dapat dikembangkan, sehingga orang tua dapat memahami dan menerima keunikannya tersebut.

 

Penulis : Rangga Erfizal (Sumsel), Tama Wiguna (Lampung), Ayu Afria Ulita Ermalia (Bali), Sri Wibisono (Kaltim), Anggun Puspitoningrum (Jateng), Fariz Ferdianto (Jateng), Masdalenda Napitupulu (Sumut), Muhammad Nasir (NTB) dan Juliadin (NTB)

Baca Juga: Dear Bunda! Jangan Paksakan Anak Kidal Pakai Tangan Kanan Karena Akibatnya Fatal

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya