Akademisi Nilai Netralitas ASN Tidak Bisa Dinilai dari Unggahan Foto
Substansi netralitas dalam arti sebenarnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kupang, IDN Times - Pengamat politik yang juga pengajar ilmu komunikasi politik dan teori kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan netralitas aparatur sipil negara (ASN) dalam Pemilu tidak bisa hanya dinilai dari unggahan foto bersama kontestan Pemilu.
"Larangan agar ASN tidak memasang foto bersama kontestan Pemilu merupakan penegasan tentang netralitas ASN. Hanya saja pertanyaannya adalah apakah netralitas itu hanya berkaitan dengan foto, atribut dan semua ornamen yan bisa divisualisasi?. Hal paling substansial adalah netralitas dalam arti yang sebenarnya," kata Mikhael Bataona dilaporkan Antara di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu, (23/9/2023).
Baca Juga: Gempa Kupang M 5,7 Akibat Tabrakan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia
1. Netralitas ASN bukan sekadar slogan
Menurut dia, bukan sekadar slogan netralitas karena bisa saja mereka tidak unggah foto tetapi bermain kekuasaan untuk mengarahkan orang memilih pihak tertentu. "Jadi, larangan ini menurut saya, bukan sesuatu yang akan menjamin netralitas ASN," katanya.
Dia mengatakan, sebagai penyelenggara pemilu, tugas Bawaslu dan KPU juga Kementerian Dalam Negeri yang membawahi para ASN agar netralitas itu dihayati dan dijalankan. Bukan sekadar imbauan belaka karena yang lebih mengerikan adalah ASN di setiap kota/kabupaten digerakkan oleh janji uang, jabatan dan kekuasaan untuk menjadi tim sukses seorang kontestan.
Dan ini yang selama ini terjadi dari pemilu ke pemilu di mana anak atau istri seorang bupati atau wali kota bisa menjadi anggota DPR atau DPR RI karena tim suksesnya adalah para ASN, katanya.
"Jadi yang harus benar-benar diawasi adalah relasi kuasa dan permainan kekuasaan, bukan sekedar unggahan foto atau postingan mendukung salah satu kontestan, sebab, kita bicara tentang politik praktis yang penuh dengan dramaturgi," katanya.
Baca Juga: Bulog NTT Salurkan Beras Bantuan Pangan kepada 16.140 Warga Kupang