TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Petani Bima Memprotes Anjloknya Harga Jagung yang Tidak Wajar

Petani di Bima akan menderita kerugian sangat besar

Foto petani di Kecamatan Langgudu saat blokade jalan dan aksi bakar jagung (Dok/Istimewa)

Bima, IDN Times - Puluhan petani di Kecamatan Langgudu, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memblokade jalan dan membakar jagung pada Sabtu (13/4/2024). Aksi ini sebagai bentuk protes terhadap penurunan harga jagung yang dianggap tidak wajar. 

Para petani merasa harga jagung yang saat ini dibanderol sangat merugikan mereka. Mereka khawatir tidak akan mampu mendapatkan keuntungan yang cukup bahkan untuk membayar angsuran bank yang mencapai puluhan juta rupiah.

"Penurunan harga jagung saat ini sangat mengkhawatirkan bagi petani. Mereka khawatir tidak akan mampu membayar utang mereka di bank," kata penanggung jawab aksi, Heriyanto saat dihubungi IDN Times. 

1. Pinjaman di bank hingga Rp60 juta per orang

Foto petani di Kecamatan Langgudu saat protes harga jagung anjlok (Dok/istimewa)

Heriyanto menjelaskan, bahwa sebagian besar petani di Bima bergantung pada pinjaman bank untuk menjadi petani jagung. Besaran pinjaman mereka bervariasi, mulai dari Rp20 juta hingga Rp60 juta per orang, tergantung pada luas lahan yang mereka garap.

"Besaran pinjaman tergantung pada luas lahan. Semakin luas lahan, semakin besar pinjamannya," jelasnya.

Pinjaman tersebut digunakan untuk biaya mulai dari persiapan lahan hingga masa panen, termasuk biaya pembelian lahan, bibit, tanam, obat-obatan, pupuk, dan biaya lainnya termasuk biaya penggilingan jagung.

"Semua biaya tersebut semakin mahal. Tidak ada yang murah," ungkapnya.

Baca Juga: Gas Subsidi Langka di Pontianak, Pertamina Tambah 6.160 Tabung 

2. Harga dituding sengaja dimainkan perusahaan

Foto warga Bima saat jemur jagung siap jual (Dok/Istimewa)

Heriyanto berharap bahwa kondisi ini akan menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk menaikkan harga jagung setidaknya kembali ke level Rp9 ribu per kilogram seperti yang berlaku sekitar bulan Februari 2024.

"Pada saat itu, harga jagung memang Rp9 ribu per kilogram, tetapi seiring berjalannya waktu, harga terus turun hingga mencapai Rp3,8 ribu per kilogram seperti sekarang. Penurunan harga ini sangat merugikan," katanya.

Menurut Heriyanto, penurunan harga jagung saat ini disebabkan oleh minimnya peran pemerintah daerah (pemda) dalam melakukan pengawasan lapangan. Hal ini dimanfaatkan oleh perusahaan yang beroperasi di Bima untuk menetapkan harga sesuai keinginan mereka.

"Jika pemda memiliki niat baik untuk melakukan pengawasan, harga jagung di lapangan tidak akan sampai seburuk ini," tambahnya.

Berita Terkini Lainnya