Dalam kehidupan yang penuh tuntutan sosial, profesional, dan relasional, banyak orang merasa bersalah saat mengambil waktu untuk dirinya sendiri. Istirahat dianggap sebagai kemewahan, bukan kebutuhan. Bahkan, praktik self-care kerap diberi label egois, terutama dalam budaya yang menilai nilai seseorang dari seberapa banyak yang bisa ia berikan kepada orang lain.
Padahal, jika terus-menerus mengabaikan kebutuhan diri, kamu bisa kehilangan kapasitas untuk hadir sepenuhnya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Self-care bukan tentang menjauh dari tanggung jawab, tetapi tentang menata ulang energi agar dapat menjalani tanggung jawab dengan lebih sehat dan berkelanjutan. Merawat diri bukan bentuk penarikan diri dari dunia, melainkan upaya sadar untuk kembali hadir dengan utuh.
Berikut seni menata ulang energi lewat praktik self-care.