Schadenfreude: Muncul Rasa Puas saat Rival Mengalami Kegagalan

- Asal usul dan makna psikologis schadenfreude
- Bentuk-bentuk schadenfreude
- Mengapa kita menikmati kemalangan orang lain?
Pernahkah kamu merasa diam-diam senang saat melihat orang sombong terpeleset, atau rekan kerja yang sering pamer akhirnya dimarahi atasan? Perasaan senang atas kemalangan orang lain ini dikenal dengan istilah schadenfreude. Istilah ini berasal dari bahasa Jerman, yaitu “schaden” berarti kerugian, dan “freude” berarti kebahagiaan.
Fenomena ini bukan hal yang langka, justru banyak orang mengalaminya, walau sering enggan mengakuinya. Secara psikologis, schadenfreude menunjukkan sisi gelap dari emosi manusia yang sangat kompleks.
Schadenfreude bukan sekadar rasa puas, melainkan gabungan dari iri, kompetisi, keadilan sosial, dan perlindungan ego. Memahami schadenfreude tidak hanya membantu kita menyadari dinamika emosi kita sendiri, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana hubungan sosial dan struktur kekuasaan terbentuk di masyarakat.
Berikut ulasan mengenai fenomena schadenfreude, kenikmatan tersembunyi saat orang lain gagal.
1. Asal usul dan makna psikologis schadenfreude

Schadenfreude telah lama dibahas dalam filsafat dan psikologi, bahkan sejak era Aristoteles, yang menyebut emosi ini sebagai bentuk malicious joy. Dalam psikologi modern, schadenfreude dipandang sebagai respons emosional yang muncul ketika seseorang merasa ada keadilan yang ditegakkan, atau saat individu yang dipandang lebih tinggi mengalami penurunan status.
Beberapa peneliti menyebut schadenfreude sebagai bentuk reaksi terhadap ancaman ego. Ketika seseorang yang kamu anggap sebagai rival mengalami kegagalan, rasa senang itu muncul karena secara tidak sadar kamu merasa posisi kamu jadi lebih baik. Fenomena ini bukan sekadar rasa iri, tapi perpaduan antara kompetisi sosial dan perlindungan harga diri.
2. Bentuk-bentuk schadenfreude

Schadenfreude dapat muncul dalam tiga bentuk utama, yaitu agresif, kompetitif, dan keadilan sosial. Bentuk agresif terjadi saat kamu senang melihat musuh atau tokoh yang kamu benci menderita. Ini sering terlihat dalam konteks politik atau konflik kelompok.
Yang kedua, bentuk kompetitif yang lebih halus, misalnya saat teman sekantor gagal dalam proyek dan kamu merasa lebih unggul. Sedangkan yang ketiga, bentuk keadilan sosial muncul saat orang yang berbuat salah akhirnya menerima ganjaran, seperti koruptor yang tertangkap. Bentuk ini sering dianggap lebih dibenarkan secara moral karena disertai rasa bahwa keadilan telah ditegakkan.
3. Mengapa kita menikmati kemalangan orang lain?

Emosi ini sering dikaitkan dengan struktur sosial dan rasa keadilan. Ketika kamu merasa tidak punya kekuatan untuk menghukum ketidakadilan secara langsung, kegagalan orang lain, terutama yang arogan atau menyebalkan, memberikan rasa kemenangan simbolis. Dalam beberapa kasus, ini berfungsi sebagai katarsis emosional.
Namun schadenfreude juga bisa menjadi cerminan ketidakpuasan dalam diri sendiri. Ketika seseorang merasa rendah diri atau gagal memenuhi harapan pribadi, kegembiraan atas penderitaan orang lain bisa menjadi pelarian atau bentuk pembalasan emosional tidak langsung. Oleh karena itu, mengenali emosi ini penting untuk mendorong refleksi diri yang lebih jujur.
4. Apakah schadenfreude selalu negatif?

Meskipun sering dipandang sebagai emosi yang buruk, schadenfreude tidak selalu destruktif. Dalam konteks keadilan sosial, perasaan ini bisa memperkuat norma moral, yang membuat kita merasa puas ketika pelanggar aturan mendapatkan konsekuensinya. Ini menumbuhkan rasa keadilan kolektif dalam kelompok atau masyarakat.
Namun, jika dibiarkan tanpa kendali, schadenfreude bisa merusak hubungan dan memperkuat sikap sinis terhadap orang lain. Terlalu sering menikmati kegagalan orang lain bisa membuat kamu kehilangan empati dan menghambat pertumbuhan pribadi. Mengenali kapan perasaan ini muncul dan mengapa, adalah langkah awal menuju pengelolaan emosi yang lebih sehat.
5. Mengenali sisi gelap untuk menjadi lebih bijak

Schadenfreude mungkin terasa memalukan untuk diakui, tapi itu adalah bagian alami dari dinamika emosi manusia. Yang terpenting adalah bagaimana kamu memahami dan merespons perasaan itu, bukan menolaknya sepenuhnya. Dengan mengenalinya, kamu bisa menjadi pribadi yang lebih sadar dan empatik.
Dalam dunia yang dipenuhi dengan persaingan dan hiruk-pikuk sosial, schadenfreude mengajarkan kita tentang kerentanan ego, dinamika kekuasaan, dan pentingnya refleksi diri. Karena kadang, di balik tawa kecil saat orang lain jatuh, tersembunyi pelajaran besar tentang diri kita sendiri.
Demikian ulasan mengenai fenomena schadenfreude, kenikmatan tersembunyi saat orang lain gagal.