Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Psikologi Mimpi: Mengapa Kita Sering Lupa Mimpi setelah Bangun?

Ilustrasi mengapa kita sering lupa mimpi begitu bangun? (Pinterest/Harmony Haven)
Ilustrasi mengapa kita sering lupa mimpi begitu bangun? (Pinterest/Harmony Haven)

Pernahkah kamu terbangun di pagi hari dengan samar mengingat mimpi yang barusan kamu alami, entah lucu, aneh, atau bahkan menakutkan, namun beberapa menit kemudian, detailnya menghilang begitu saja? Mengapa mimpi begitu cepat terlupakan? Padahal, saat bermimpi, rasanya peristiwa-peristiwa itu sangat nyata, seolah benar-benar kita alami. Fenomena ini membingungkan banyak orang, karena mimpi sering dianggap jendela ke alam bawah sadar atau refleksi pikiran terdalam kita.

Para ilmuwan, psikolog, hingga ahli saraf telah lama meneliti misteri ingatan mimpi. Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan mengapa kita sulit mengingat mimpi, mulai dari alasan biologis, struktur otak, hingga faktor psikologis. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang membuat mimpi mudah hilang begitu saja, dan apa sebenarnya yang terjadi di otak kita saat tidur.

Berikut ulasan lengkapnya mengapa kita sering lupa mimpi begitu bangun?

1. Peran otak dalam mengingat mimpi

Ilustrasi tipe kepribadian seseorang berdasarkan posisi tidur. (Pinterest/thoughtcatalog.com)
Ilustrasi tipe kepribadian seseorang berdasarkan posisi tidur. (Pinterest/thoughtcatalog.com)

Salah satu penyebab utama kita cepat melupakan mimpi adalah cara kerja otak saat tidur. Saat kita bermimpi, otak berada dalam fase tidur REM atau rapid eye movement, yaitu kondisi di mana aktivitas otak sangat tinggi, mirip seperti saat kita terjaga.

Namun, dalam fase REM, aktivitas di area hippocampus, bagian otak yang berfungsi menyimpan memori jangka panjang, justru lebih rendah. Artinya, meskipun kita mengalami mimpi yang dramatis, otak tidak memprosesnya seperti kejadian nyata yang layak disimpan dalam memori. Inilah sebabnya mengapa mimpi cepat memudar begitu kita terbangun.

2. Mimpi bukan prioritas otak

Ilustrasi tidur kurang dari 6 jam bisa mengubah genetik tubuh. (Pinterest/Bedfolk)
Ilustrasi tidur kurang dari 6 jam bisa mengubah genetik tubuh. (Pinterest/Bedfolk)

Dari sudut evolusi, otak kita dirancang untuk mengingat hal-hal penting untuk bertahan hidup, seperti ancaman, informasi sosial, atau keterampilan praktis. Mimpi, meski sering terasa nyata, dianggap oleh otak sebagai “simulasi” yang tidak mendesak untuk diingat.

Selain itu, mimpi sering bersifat tidak masuk akal, acak, atau penuh distorsi waktu dan ruang. Otak cenderung menghapus informasi yang dianggap tidak konsisten atau tidak relevan. Jadi, begitu kita bangun, mimpi dianggap “sampah memori” yang tidak perlu disimpan.

3. Perpindahan kesadaran yang terlalu cepat

Ilustrasi mengapa kita sering lupa mimpi begitu bangun? (Pinterest/Harmony Haven)
Ilustrasi mengapa kita sering lupa mimpi begitu bangun? (Pinterest/Harmony Haven)

Momen bangun tidur adalah peralihan cepat dari keadaan tidur ke terjaga. Saat kita membuka mata, otak langsung sibuk memproses informasi nyata: cahaya, suara, pikiran tentang aktivitas hari itu. Proses ini sering “menimpa” memori mimpi yang masih samar, ungkap Stickgold, Hobson, dan Fosse dalam jurnal Science.

Jika kita terbangun secara tiba-tiba, misalnya karena alarm, memori mimpi lebih cepat terhapus. Sebaliknya, jika kita bangun perlahan, ada kemungkinan lebih besar untuk mengingat mimpi. Inilah mengapa beberapa orang yang bangun alami atau sengaja melatih lucid dreaming lebih sering mengingat detail mimpi mereka, ungkap LaBerge dalam bukunya yang berjudul Lucid Dreaming.

4. Emosi membantu, tetapi tidak selalu

Ilustrasi mengungkap misteri pola tidur aneh yang tidur hanya 2 jam sehari. (Pinterest/Saatva)
Ilustrasi mengungkap misteri pola tidur aneh yang tidur hanya 2 jam sehari. (Pinterest/Saatva)

Menariknya, mimpi yang sangat emosional, baik mimpi indah maupun mimpi buruk, lebih mudah diingat. Otak menyimpan peristiwa yang berkaitan dengan emosi lebih baik karena melibatkan amigdala, pusat pengolah emosi.

Namun, tidak semua mimpi emosional tersimpan. Jika mimpi menimbulkan kecemasan berlebihan, otak justru bisa “menghapusnya” sebagai mekanisme perlindungan. Jadi, mimpi buruk yang sangat intens kadang malah sulit diingat karena otak sengaja memblokir akses ke memori traumatis.

5. Bisa dilatih atau tidak?

Ilustrasi tipe kepribadian seseorang berdasarkan posisi tidur. (Pinterest/Peacock Alley)
Ilustrasi tipe kepribadian seseorang berdasarkan posisi tidur. (Pinterest/Peacock Alley)

Kabar baiknya, kita bisa melatih diri untuk mengingat mimpi. Para ahli menyarankan mencatat mimpi segera setelah bangun. Membuat jurnal mimpi melatih otak memprioritaskan ingatan mimpi, sehingga lama-kelamaan kita lebih mudah mengingatnya, lanjut LaBerge.

Selain itu, kebiasaan tidur teratur, menghindari alkohol, dan bangun perlahan juga membantu mempertahankan memori mimpi. Namun, tidak semua orang akan bisa mengingat mimpi sepenuhnya. Ada faktor genetik dan biologis yang membuat sebagian orang memang lebih sulit mengingat mimpi dibanding yang lain, ungkap Hobson dalam jurnal Nature Reviews Neuroscience.

Alasan kita sering melupakan mimpi begitu bangun bukanlah karena mimpi tidak penting, melainkan akibat cara kerja otak yang memprioritaskan memori tertentu. Meskipun beberapa orang bisa melatih diri agar lebih mengingat mimpi, fenomena cepat hilangnya mimpi tetap menjadi misteri menarik di dunia ilmu saraf dan psikologi.

Jadi, lain kali jika kamu lupa mimpi indahmu, ingatlah, itu bukan salahmu, melainkan cara otak menjaga ruang simpan memorinya.

Demikian ulasan mengapa kita sering lupa mimpi begitu bangun? Semoga bermanfaat, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us