Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto Yukio Mishima, penulis terkenal yang mengakhiri hidupnya sendiri. (Pinterest/Eimi)

Kay Redfield Jamison, PhD, seorang profesor psikiatri di Johns Hopkins School of Medicine di Baltimore mengatakan bahwa penulis dua kali lebih rentan melakukan bunuh diri daripada orang lain. Hal ini disebabkan karena penulis mengalami tingkat depresi lebih tinggi dari pekerjaan yang lainnya.

Meskipun korelasi antara kreativitas dan penyakit mental masih diperdebatkan, tidak ada keraguan bahwa dunia kesusastraan telah banyak kehilangan tokoh-tokohnya, karena begitu banyak orang jenius yang mengalami kesulitan untuk berdamai dengan kehidupan mereka.

Sejumlah penulis yang terkenal di dunia telah berjuang melawan depresi dan godaan untuk bunuh diri. Meski tidak semua penulis mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri. Sayangnya, tak sedikit dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kebuntuan dalam berkarya atau pun depresi dengan cara bunuh diri.

Berikut 5 penulis terkenal yang mengakhiri hidupnya sendiri.

Artikel ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan karena memuat tentang bunuh diri. Pembaca diharapkan lebih bijak dalam menyikapi isi artikel ini.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami kesulitan emosional atau berpikir untuk bunuh diri, harap mencari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan dukungan yang tersedia. Anda tidak sendirian dan ada orang-orang yang peduli serta siap membantu. Hubungi layanan kesehatan mental terdekat untuk mendapatkan bantuan yang Anda butuhkan.

1. Ernest Hemingway

Foto Ernest Hemingway, rekomendasi bukunya yang sanagat populer. (Pinterest/New York Post Shopping)

Lahir dan dibesarkan di Oak Park, Illinois, Amerika, bakat sastra Ernest Hemingway telah terlihat sejak dirinya remaja. Ketika akhirnya ia bekerja sebagai penulis dan editor untuk koran sekolah, nama Ernest cukup disegani oleh teman-temannya.

Pasca wisuda, ia pun segera bekerja sebagai reporter pemula di The Kansas City Star dan akhirnya memutuskan untuk berhenti dan menjadi sopir ambulans milik Palang Merah di Italia selama Perang Dunia I. Setelah ia kembali ke Amerika Serikat, Ernest akhirnya pindah ke Toronto dan mendapatkan pekerjaan di Toronto Star Weekly. Disana ia bekerja sebagai freelancer, staf penulis, dan koresponden asing.

Ernest terkenal karena mampu menulis beberapa novel terlaris yang sekarang dianggap sebagai sastra klasik Amerika, seperti For Whom the Bell Tolls dan The Old Man and the Sea. Kontribusinya terhadap sastra membuatnya memenangkan Penghargaan Pulitzer pada tahun 1953 dan Hadiah Nobel pada 1954.

Namun sayangnya, Ernest kemudian mengalami kecanduan alkohol yang menyebabkan dirinya menderita tekanan darah tinggi dan masalah hati. Tak lama berselang pada tahun 1961, ia mencoba mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di rumahnya sendiri di Sun Valley. Meski sempat digagalkan, Ernest berhasil merenggut nyawanya dengan menembakkan pistol di mulutnya.

2. Yukio Mishima

Editorial Team

EditorLinggauni

Tonton lebih seru di