5 Temuan Psikologi Sosial yang Menarik untuk Diamati

Mulai dari perilaku bystander effect hingga groupthink

Interaksi sosial manusia di masyarakat, baik itu antarindividu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok, semuanya itu memiliki perangsang sosial. Seperti sikap, emosional, perhatian, dan kemauan. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Sherif dalam bukunya yang berjudul An Outline of Social Psychology bahwa antara tingkah laku dengan situasi perangsang sosial sangat erat hubungannya antara manusia dengan masyarakat.

Kondisi dalam berinteraksi sosial dipengaruhi tidak hanya oleh kejiwaan, namun juga oleh kondisi lingkungan. Nah, faktor lingkungan seperti norma, nilai, aturan sosial, budaya, hingga cuaca inilah yang memengaruhi harga diri, etos kerja, kebanggaan, semangat hidup, ataupun kesadaran dalam kehidupan sehari-hari.

Hal inilah yang mendorong para peneliti bidang ilmu psikologi sosial untuk mempelajari alasan di balik perilaku manusia. Berikut ada 5 temuan psikologi sosial yang menarik untuk diamati.

1. Intellectual humility

5 Temuan Psikologi Sosial yang Menarik untuk DiamatiPinterest

Intellectual humility merupakan kemampuan seseorang yang berhubungan dengan kepribadian, mencakup keterbukaan, rasa penasaran, hingga toleransi akan perbedaan. Tindakan-tindakan yang ditekankan oleh intellectual humility dapat dinilai dari keterbukaan tindakan atau pikiran seseorang, adanya kemauan belajar dari orang lain atau tidak, menerima perbedaan, hingga bekerja sama dengan orang lain.

Dalam jurnal yang berjudul Cognitive and Interpersonal Features of Intellectual Humility yang diteliti oleh Leary, Diebels, Davisson, dan kawan-kawan pada tahun 2017 mengatakan bahwa intellectual humility merupakan sudut pandang bahwa keyakinan kamu sendiri mungkin sebenarnya salah. Sehingga memungkinkan orang untuk mendengarkan argumen orang lain berdasarkan fakta, tanpa menilai kepribadian orang tersebut berdasarkan pandangannya.

Apabila seseorang melakukan tindakan-tindakan yang berlawanan, maka seseorang mendapatkan sikap yang berlawanan dari intellectual humility, yaitu intellectual arrogance. Tidak mau mengakui kesalahannya karena merasa tidak bersalah, selalu merasa benar, dan tidak mau mendengarkan orang lain. Intellectual arrogance menjadi berbahaya karena seseorang bisa saja tidak melihat sikap arogan di dalam diri mereka. Mereka tidak menyadari itu, karena mereka sudah dibutakan dengan apa yang mereka miliki saat ini.

2. Bystander effect

5 Temuan Psikologi Sosial yang Menarik untuk DiamatiPinterest

Bystander effect adalah suatu fenomena ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban. Akan tetapi, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Oleh karena itu, fenomena ini disebut bystander effect dalam jurnal From Empathy to Apathy: The bystander effect revisited yang diteliti oleh Hortensius dan De Gelder.

Menurut Bibb Latane dan John Darley, pencetus istilah bystander effect, terdapat 2 alasan mengapa fenomena ini bisa terjadi.

1. Difusi tanggung jawab

Mereka merasa bahwa membantu orang lain di ruang publik adalah tanggung jawab bersama, sehingga harus ada yang memulai agar korban dapat tertolong. Semakin banyak orang dalam ruang publik, keinginan mereka untuk menolong akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut merasa tidak bertanggung jawab atas individu itu.

2. Terlalu melihat situasi

Pada saat menolong seseorang, terutama korban kecelakaan, diperlukan cara dan langkah-langkah yang benar serta diterima secara sosial. Biasanya, ketika ada seseorang yang meminta bantuan, mungkin kamu akan melihat reaksi orang lain terlebih dahulu. Selain itu, kamu atau orang lain mungkin merasa takut untuk menolong karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk memberikan bantuan.

Baca Juga: 13 Quote Self-Esteem untuk Lebih Menghargai Diri Sendiri

3. Actor-observer bias

5 Temuan Psikologi Sosial yang Menarik untuk DiamatiPinterest

Fenomena actor-observer bias ini biasanya terjadi pada mereka yang memandang dirinya hebat atau terkena juga dunning-kruger effect. Menurut Kulibert dan Thompson dalam penelitiannya yang berjudul Stepping into Their Shoes: Reducing the actor-observer discrepancy in judgments of infidelity through the experimental manipulation of perspective-taking, mengatakan bahwa saat menjelaskan perilaku ini, kita cenderung mengaitkan nasib baik kita sendiri dengan faktor internal dan sesuatu yang buruk dikaitkan dengan hal eksternal. Namun, ketika menyangkut orang lain, kita biasanya mengaitkan tindakan mereka dengan karakteristik internal.

Contohnya, dalam satu kelas, kamu tahu orang-orang yang pernah atau suka keluar kelas ketika jam pelajaran, jarang mengerjakan tugas, dan jarang baca buku. Ketika mereka gagal, secara otomatis perhatian kamu fokus pada hal-hal yang mereka kerjakan. Apalagi ketika diri mendapatkan kegagalan, kita selalu menyalahkan lingkungan bahkan mencari kambing hitam atas kegagalan itu. Contoh yang lain, ketika kamu merasa aneh melihat orang yang tatoan sholat dan ngaji suaranya merdu, itu artinya kamu sedang mengalami fenomena ini. Hal ini berdampak pada persepsi kamu terhadap orang lain. Dampak terburuknya, seakan kamu hanya menyimpulkan dari apa yang kamu lihat saja.

4. Confirmation bias

5 Temuan Psikologi Sosial yang Menarik untuk DiamatiPinterest

Confirmation bias merupakan suatu kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya. Allahverdyan dan Galstyan dalam jurnal yang berjudul Opinion Dynamics with Confirmation Bias, mengatakan bahwa orang biasanya mencari hal-hal yang mengkonfirmasi keyakinan mereka yang ada dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang sudah mereka pikirkan. Inilah yang membuat fenomena kognitif ini sulit untuk dihilangkan apabila mereka sudah meyakini hal tersebut.

Dan Ariely bersama rekan-rekannya, melakukan sebuah percobaan yang dimana ia memberitahu sekelompok orang bahwa segelas bir telah dicampur dengan cuka balsamik. Hal ini membuat sebagian besar dari mereka tidak menyukai bir tersebut. Kesimpulan dalam percobaan tersebut ialah bahwa ekspektasi seseorang dapat mempengaruhi persepsinya, dan inilah yang disebut confirmation bias.

5. Groupthink

5 Temuan Psikologi Sosial yang Menarik untuk DiamatiPinterest

Groupthink adalah istilah yang menggambarkan bagaimana sekelompok orang yang sebenarnya cerdas dapat membuat keputusan yang salah. Dalam jurnal yang berjudul Making Better Decisions in Groups yang ditulis oleh Bang dan Frith mengungkapkan bahwa dalam kelompok, orang sering mengikuti pendapat mayoritas daripada mencoba memunculkan sesuatu yang dapat memicu keributan atau perbedaan. Fenomena ini cenderung terjadi lebih sering ketika anggota kelompok berbagi banyak kesamaan ketika kelompok berada di bawah tekanan, atau di hadapan seorang pemimpin karismatik.

Contohnya, pada waktu meledaknya pesawat ruang angkasa Challenger. Salah satu mekaniknya sudah tahu bahwa ada yang tidak beres dengan pesawat tersebut, sebelum diadakan peluncuran. Di sisi lain, kepala mekanik sudah mengatakan bahwa pesawat dalam kondisi siap luncur, maka para anggota mekanik harus menjalankan tugasnya. Akhirnya, pesawat itu meledak di angkasa yang menewaskan seluruh awaknya. Namun dalam hal ini, para mekanik tetap membela kelompoknya dengan alasan bahwa suatu kecelakaan lumrah saja terjadi sehingga tidak ada pihak yang salah.

Demikian sedikit pembahasan mengenai 5 temuan psikologi sosial yang menarik untuk kita amati. Semoga penjelasan di atas tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat menyadarkan kita dalam fenomena kesalahan berpikir selama ini.

Baca Juga: 10 Cara Tidak Sehat dalam Upaya Meningkatkan 'Self-Esteem'

Hirpan Rosidi Photo Community Writer Hirpan Rosidi

Hirpan Rosidi, laki-laki kelahiran 1997 yang tidak pandai mendeskripsikan dirinya. Karena kemampuan menulisnya dibawah rata-rata, dia memiliki cita-cita yang dimana dia sendiri tidak terlalu berharap cita-citanya bisa terwujud; yaitu disalah satu rak toko buku, di antara buku-buku dari penulis besar itu, terselip satu judul buku dengan nama Hirpan Rosidi sebagai penulisnya. Berbekal lulusan Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan kecintaannya pada literasi, menjadikannya ingin membangun perpustakaan untuk anak-anak dan warga di kampungnya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya