Duck Syndrome: di Balik Wajah yang Tenang, Ada Jiwa yang Tertekan

Duck syndrome, fenomena psikologis yang belum banyak dikenal namun memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan mental individu. Istilah ini merujuk pada ketidakseimbangan antara kesan luarnya yang tampak tenang dan damai dengan perjuangan batin yang intens dan berat yang dialami oleh seseorang.
Saat kita mengamati bebek berenang di atas permukaan air, mereka terlihat tenang dan santai. Namun, di bawah permukaan, mereka berenang dengan sangat keras untuk tetap mengapung. Hal yang sama bisa diterapkan pada duck syndrome dalam konteks manusia.
Orang yang mengalami duck syndrome mungkin terlihat seperti mereka memiliki segalanya di bawah kendali. Mereka mungkin sukses secara akademis, profesional, atau sosial, dan tampaknya hidup mereka sempurna. Namun, di dalam, mereka mungkin merasa cemas, tertekan, dan tidak mampu mengatasi tekanan yang mereka rasakan.
Berikut penjelasan lengkapnya mengenai fenomena duck syndrome, di balik wajah yang tenang, ada jiwa yang tertekan.
1. Gejala duck syndrome
Duck syndrome hingga saat ini belum secara resmi diakui sebagai gangguan mental. Umumnya fenomena ini dialami oleh mereka yang masih berusia muda, misalnya siswa, mahasiswa, atau pekerja.
Meski merasakan banyak tekanan dan stres, sebagian penderita duck syndrome masih bisa produktif dan beraktivitas dengan baik. Hal ini mungkin terkait dengan perilaku stoicism atau ketabahan yang kuat. Namun, orang yang mengalami duck syndrome juga berisiko untuk mengalami masalah kejiwaan tertentu.
Gejala duck syndrome tidak jelas dan bisa menyerupai gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan cemas. Namun, beberapa penderita sindrom ini sering kali akan merasa cemas, gugup, tertekan secara mental, tetapi memaksakan diri untuk tampak baik-baik saja atau bahagia.
Selain itu, mereka juga mungkin akan merasa sering susah tidur, pusing, dan susah konsentrasi.
2. Penyebab duck syndrome
Ada beberapa penyebab yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami duck syndrome, di antaranya:
- Tuntutan akademik
- Ekspektasi yang terlalu tinggi dari keluarga dan teman
- Pola asuh helikopter, seperti pengawasan yang ketat dan keterlibatan yang berlebihan dari orang tua
- Pengaruh media sosial, misalnya terbuai ide bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dan bahagia ketika melihat unggahan dari orang tersebut
- Perfeksionisme
- Pernah mengalami peristiwa traumatik, seperti pelecehan verbal, fisik, dan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, atau kematian orang yang dicintai
- Self-esteem yang rendah.
Orang yang menderita duck syndrome juga cenderung suka membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa hidup orang lain lebih baik dan sempurna darinya. Mereka juga memiliki tendensi untuk menganggap bahwa mereka sedang diamati atau diuji oleh orang lain sehingga harus menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin.
3. Cara mengatasi duck syndrome
Duck syndrome bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari stres berat karena persaingan hidup hingga gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas. Jika diabaikan begitu saja, duck syndrome berpotensi membuat penderitanya mengalami depresi berat atau bahkan memiliki ide untuk bunuh diri.
Oleh karena itu, orang yang mengalami duck syndrome atau berisiko tinggi mengalami masalah psikologis tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog. Apabila sudah terdiagnosis mengalami depresi atau gangguan cemas, dokter dapat mengobati duck syndrome dengan memberikan obat-obatan dan psikoterapi.
Jika kamu mengalami duck syndrome, cobalah untuk mencari pertolongan dan lakukan beberapa tips berikut untuk menjaga kesehatan mentalmu:
- Lakukan konseling dengan pembimbing akademik atau konselor di sekolah atau kampus
- Kenali kapasitas diri agar dapat bekerja sesuai dengan kemampuan
- Belajar untuk mencintai diri sendiri
- Jalani gaya hidup sehat, yakni dengan mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol
- Luangkan waktu untuk melakukan me time atau relaksasi guna mengurangi stress
- Ubah pola pikir menjadi lebih positif dan berhenti membandingkan diri dengan orang lain.
- Jauhi media sosial untuk beberapa waktu.
Ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan semua orang memiliki perjuangannya masing-masing.
Demikian penjelasan lengkapnya mengenai fenomena duck syndrome, di balik wajah yang tenang, ada jiwa yang tertekan.