6 Simbol Tikus dalam Peribahasa, Ada "Bagai Tikus Membaiki Labu"

Peribahasa adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sarat akan makna dan nasihat kehidupan. Melalui ungkapan-ungkapan singkat, peribahasa sering menggunakan binatang sebagai simbol untuk mengibaratkan sifat, perilaku, ataupun situasi manusia. Salah satu binatang yang kerap muncul dalam peribahasa adalah tikus.
Hewan kecil tersebut sering dijadikan metafora untuk menggambarkan kelicikan, ketamakan, atau bahkan ketakutan. Bahkan, tikus jua digunakan sebagai kiasan untuk menyindir koruptor, seperti dalam istilah "tikus berdasi" yang menggambarkan orang yang terlihat rapi dan terhormat, tetapi sebenarnya melakukan tindakan yang merugikan rakyat.
Dalam artikel ini, akan dikulik enam peribahasa Indonesia yang menggunakan simbol tikus beserta maknanya. Yuk, kita gali bersama!
1. Bagai tikus membaiki labu
Pertama ada bagai tikus membaiki labu yang mengilustrasikan tentang tikus yang mencoba "memperbaiki" labu, tetapi justru merusaknya. Peribahasa ini mengajarkan kita tentang tindakan yang sia-sia atau bahkan merugikan karena ketidaktahuan.
Contohnya program atau kebijakan yang dirombak sana-sini saat pergantian pemimpin tanpa pertimbangan matang sehingga menimbulkan masalah baru yang seharusnya tak ada.
2. Kucing pergi, tikus menari
Peribahasa kucing pergi, tikus menari merupakan salah satu yang paling populer. Ketika kucing (simbol pengawasan) pergi, tikus-tikus akan menari-nari dengan bebas. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana orang-orang bertindak buruk atau sesuka hati saat tidak ada yang mengawasi.
Misalnya saja pejabat yang menggelapkan dana demi keuntungan pribadi lantaran tahu lemahnya hukum dan sistem pengawasan.
3. Rumah terbakar, tikus habis ke luar
Rumah terbakar, tikus habis ke luar menggambarkan situasi yang mana kerugian besar terjadi, tetapi tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Ketika rumah terbakar, tikus-tikus yang selama ini bersembunyi akan keluar, tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa karena rumah tersebut telah hancur.
Misalnya, seseorang yang menghabiskan semua uangnya untuk proyek bisnis, tetapi proyek tersebut gagal total sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.
4. Rupa harimau, hati tikus
Peribahasa berbunyi rupa harimau, hati tikus mengkritik orang yang tampak gagah berani, tetapi sebenarnya penakut. Secara fisik, mereka mungkin terlihat kuat seperti harimau, tetapi aslinya berhati lemah seperti tikus. Ungkapan ini sering digunakan untuk menyindir orang yang suka pamer keberanian, tetapi tidak memiliki nyali.
Contohnya kepala daerah yang berapi-api menebar janji akan memberantas pungli, tetapi nihil aksi dan realisasi.
5. Seperti tikus masuk perangkap
Perumpamaan seperti tikus masuk perangkap menggambarkan seseorang yang amat gelisah atau sudah kehilangan akal karena menghadapi situasi yang sangat sulit. Tikus yang masuk perangkap tidak bisa keluar dengan mudah, sama seperti seseorang yang terjebak dalam masalah besar tanpa tahu harus berbuat apa.
Misalnya saja karyawan yang dituduh melakukan penyelewengan oleh rekan kerjanya dengan bukti-bukti yang telah direkayasa.
6. Serta lalu kucing, tikus tiada berdecit lagi
Peribahasa serta lalu kucing, tikus tiada berdecit lagi menggambarkan situasi tatkala orang-orang yang biasanya berani, tiba-tiba diam saat ada yang berkuasa. Ketika kucing datang, tikus-tikus akan diam. Contohnya ketika atasan datang untuk inspeksi mendadak, pegawai yang biasanya sering bergunjing dan menindas yang lain di kantor langsung ketakutan hingga pura-pura bekerja seperti biasa.
Simbol tikus dalam berbagai peribahasa di atas menjadi cerminan kehidupan manusia, dari kelicikan hingga ketakutan. Melalui ungkapan-ungkapan tersebut, kita diajak belajar tentang kebijaksanaan, kehati-hatian, dan integritas. Mari renungi dan ambil pelajarannya, ya.