Ada hal-hal dari tahun lalu yang mungkin masih diam-diam menempel di dalam diri: penyesalan yang tidak selesai, marah yang tidak pernah terucap, kegagalan yang terus diulang di kepala, atau harapan yang tak sempat terwujud. Semua itu seperti bayangan emosional yang mengikuti ke mana pun kita pergi, bahkan ketika kalender sudah berganti. Mengikhlaskan bukan berarti melupakan, tetapi memberi ruang baru bagi diri sendiri untuk bergerak tanpa beban yang sama.
Tahun baru seharusnya menjadi kesempatan psikologis untuk me-reset pikiran, menyusun ulang prioritas, dan menata ulang emosi. Namun, banyak orang justru masuk ke tahun baru dengan luka lama yang dibawa serta, sehingga tahun yang datang terasa sama beratnya seperti sebelumnya. Mengikhlaskan berarti membiarkan diri memahami apa yang terjadi, menerima apa yang tidak bisa diubah, serta mengambil pelajaran yang bisa menjadi pijakan untuk masa depan.
Berikut 5 cara mengikhlaskan tahun lalu agar tidak terbawa ke tahun baru.
