Seru! Anak-anak Korban Gempa Lombok Bercerita Lewat Wayang Botol

Literasi kebencanaan bagi anak korban gempa di Lombok

Lombok Utara, IDN Times –Suara tawa belasan anak korban gempa bumi di Dusun Santong Mulia Desa Santong Kecamatan Kayangan Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat itu akhirnya pecah seketika. Mereka begitu girang melihat wayang botol plastik itu dimainkan salah satu dari rekan mereka.

“Lari-lari. Awas!” kata Irza, anak yang baru beranjak kelas 5 sekolah dasar di Desa Santong ketika pertama kali memainkan wayang botol plastik di hadapan rekan-rekannya, Kamis (3/3/2022) kemarin.

1. Anak korban gempa cerita kondisi di dalam pengungsian lewat wayang

Seru! Anak-anak Korban Gempa Lombok Bercerita Lewat Wayang BotolMenghibur anak-anak korban gempa di Lombok menggunakan wayang botol IDN Times/Ahmad Viqi

Begitu kuat ingatan Irza ketika mecoba menceritakan kembali kondisi gempa bumi yang melanda Lombok Utara tanggal 5 Agustus tahun 2018 silam.

Dia kembali menarik benang wayang yang dirangkai menggunakan batang pohon bambu. Dia menceritakan dirinya menjadi salah satu korban bencana gempa bumi yang merusak ribuan rumah warga di Desa Santong tiga tahun silam.

“Saya lari kemudian diam bersama ayah. Saya tidur di bawah terpal saat selamat dari gempa,” tutu Irza yang berperan sebagai dalang wayang botol.

Sambil tersenyum penuh rasa malu, Irza mencoba merefleksikan rasa takutnya menggunakan wayang botol saat puluhan kali gempa susulan kembali melanda wilayah Kabupaten Lombok Utara malam itu.

“Saya dipeluk ayah dan tidur sama warga lainnya,” ujarnya lanjut bercerita.

Rasa trauma yang dialami Irza ternyata dialami oleh belasan anak yang menjadi korban gempa bumi di Desa Santong. Bahkan saat melihat salah satu dari mereka memainkan wayang botol, tawa mereka pun akhirnya pecah. Rasa takut itu seperti hilang seketika. 

“Tolong, lindur (gempa dalam Bahasa Sasak) itu datang…,” lagi-lagi teriak Irza sambil melanjutkan permainan wayang botol.

Seketika itu juga, tawa belasan anak-anak korban gempa bumi itu pun pecah dengan dilanjutkan suara tepuk tangan. Sesaat, belasan anak-anak korban gempa itu bernyanyi bersama dengan suara lantang usai melihat pentas sederhana permainan wayang botol yang dimainkan Irza.

“Kalau ada gempa sembunyi di bawah meja, kalau ada gempa cepat keluar dari rumah,” kata anak-anak nyanyi bersama menggunakan Bahasa Sasak dipandu salah satu pemuda dari Desa Santong bersama Koordinator Lapangan Yayasan Sheep Indonesia Sulistio.

2. Perkuat literasi kebencanaan bagi anak-anak korban gempa Lombok

Seru! Anak-anak Korban Gempa Lombok Bercerita Lewat Wayang BotolAnak-anak di Desa Santong Lombok Utara mainkan wayang botol IDN Times/Ahmad Viqi

Melihat kegirangan anak-anak korban gempa memainkan wayang botol di Desa Santong, Koordinator Lapangan Yayasan Sheep Indonesia Sulistio menjelaskan bahwa semua anak memang membutuhkan literasi kebencanaan pasca-melewati masa-masa sulit usai dilanda gempa bumi 7.0 magnitudo berpusat di Kabupaten Lombok Utara.

Sulistio menjelaskan sudah seharusnya memberikan rasa optimisme kepada belasan anak korban gempa untuk mengubur rasa trauma yang dialami setelah melewati masa sulit terdampak gempa bumi.

“Bagaimanapun juga kami mencoba menguatkan program literasi kebencanaan kepada anak-anak korban gempa di sini,” kata Sulistio.

Berbekal alat sederhana berbahan dasar bambu dan botol plastik bekas, anak-anak korban gempa bumi di Desa Santong kini mulai belajar membuat wayang botol.

Tujuannya, kata Sulistio, wayang botol itu nanti bisa memantik cerita anak-anak usai mengalami dan rasakan getaran hebat saat gempa bumi datang.

Bahkan, bukan hanya bercerita terkait bencana gempa bumi saja, anak-anak juga diharapkan mampu mengulang pelajaran yang diperoleh di sekolahnya menggunakan wayang botol ini. 

“Sasaran kita memang anak-anak bisa menjadi dalang atau pemain wayang. Mulai dari yang usia 10-15 tahun. Mereka diajar bermain musik dan belajar bercerita kearifan lokal juga," ujar Sulistio.

3. Bercerita lewat wayang

Seru! Anak-anak Korban Gempa Lombok Bercerita Lewat Wayang BotolAnak-anak korban gempa di Lombok Utara bermain wayang botol IDN Times/Ahmad Viqi

Konsep bercerita melalui wayang botol ini bertujuan untuk memperbanyak interaksi antar anak-anak korban gempa bumi di Desa Santong Lombok Utara. Pasalnya, selama proses pemulihan atau rekonstruksi bangunan rusak akibat gempa anak-anak di Desa Santong hanya berinterkasi di sekolah dan lingkungan keluarga.

“Ini bahkan di luar ekspektasi kami. Ternyata mereka sangat tertarik tentang permainan wayang botol,” katanya.

Saat menyaksikan proses pembuatan wayang oleh pihak Yayasan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak NTB belasan anak-anak korban gempa pun tampak girang. Bahkan salah satu di antara mereka tak sabar ingin menulis naskah cerita untuk dimainkan melalui wayang botol.  

“Selain bisa memantik anak bercerita. Kita sekaligus memberi edukasi soal menjaga lingkungan sejak dini. Ini terbuat dari botol bekas, jadi anak lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitar,” kata Sulistio.

Baca Juga: Selain dari Palu, Material Trek Sirkuit Mandalika Diambil di Lombok

4. Jadi medium pemelajaran

Seru! Anak-anak Korban Gempa Lombok Bercerita Lewat Wayang BotolWayang botol menjadi medium pembelajaran anak anak korban gempa di Lombok Utara IDN Times/Ahmad Viqi

Membuat wayang botol pun tidak sesulit wayang kulit pada umumnya. Abdul Latif Apriaman pendiri Yayasan Sekolah Pedalangan Wayang Sasak pun menjelaskan bahwa proses pembuatan wayang botol sangatlah sederhana.

Hanya bermodalkan benang, bambu, lem, lap ban dan botol bekas, dan kertas wayang botol bisa didesain sesuai dengan keinginan.

Sangat bermanfaat jika wayang yang dibuat dari botol plastik bekas berubah menjadi medium pemelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak.

Adapun, nilai-nilai yang coba disampaikan kepada mereka, bisa hadir dalam bentuk permainan. Sebab seni pertunjukan yang mudah ditangkap melalui apa yang mereka rasakan dan mereka alami.

“Konsepnya tidak menggurui mereka,” ujar Latif.

Menurutnya, dengan wayang botol juga anak-anak bisa belajar berekspresi, menyampaikan pendapat mereka, dan melatih kepekaan kondisi lingkungan sekitar. Meraka juga bisa belajar bekerja sama.

“Karena pertunjukan wayang yang mereka mainkan memang membutuhkan kerja tim. Semua saling mendukung satu sama lainnya,” ulasnya.

Kaitan wayang botol dengan gempa bumi, lanjut Latif, bisa menjadi bagian dari proses trauma healing kepada anak-anak korban gempa di Desa Santong. Selain itu, anak-anak juga bisa mengambil pelajaran dari musibah gempa yang mereka alami tahun 2018 lalu.

"Kemudian menjadikannya sebuah cerita yang di dalamnya berisi pelajaran tentang mitigasi bencana,” terang Latif.

Pemilihan wayang botol sebagai medium pembelajaran, selain mudah diproduksi, bahan baku dari botol plastik bekas juga banyak dijumpai di lingkungan sekitar warga. Selain bisa dipakai untuk menyampaikan beragam pesan, wayang botol juga bisa jadi media kampanye penyelamatan lingkungan dari sampah plastik.

“Anak-anak mulai diajarkan sejak dini belajar bijak, bagaimana menyikapi sampah plastik di sekitar mereka,” ujarnya.

5. Membangun ruang evakuasi khusus warga

Seru! Anak-anak Korban Gempa Lombok Bercerita Lewat Wayang BotolBernyanyi bersama anak korban gempa di Lombok Utara IDN Times/Ahmad Viqi

Menurut Sulistio, perhatian bukan saja untuk anak-anak korban bencana. Yayasan Sheep Indonesia juga sangat memerhatikan kondisi korban bencana gempa bumi dari berbagai kalangan.

Seperti ibu hamil (Bumil) lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas khusus di Desa Santong.

“Jadi kita alhamdulillah sudah membangun ruang evakuasi yang dikelola oleh warga setempat seluar 900 meter persegi. Jadi banguan itu ketika terjadi bencana semua anak-anak, lansia, bumil dan difabel akan diungsikan ke sana,” sambung Sulistio.

Selama tidak ada terjadi bencana yang mengkhawatirkan, ruang bangunan evakuasi itu berubah fungsi menjadi ruang berkegiatan masyarakat setempat. Baik kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sosial serta kegiatan keagamaan.

“Kita berikan agar dikelola dengan baik oleh masyarakat. Ruangan itu bisa menampung 280 jiwa,” kata Sulistio.

Saat ini, progres pembangunan ruang evakuasi di Desa Santong kata Sulistio sejak 9 Oktober 2021 baru capai 60 persen. Jika tidak ada aral melintang, pembangunan ruang evakuasi ditargetkan rampung pada September 2022 nanti.

Baca Juga: Jelang MotoGP, Ribuan Kamar Penginapan di Lombok Gak Laku!

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya