11 Istilah Bahasa Sasak Lombok yang Sudah Jarang Terdengar

Penggunaan bahasa daerah kini semakin tergerus oleh perkembangan zaman dan masuknya berbagai budaya baru. Generasi muda lebih sering menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari. Kondisi ini membuat bahasa daerah perlahan kehilangan penutur aslinya.
Fenomena tersebut juga terjadi pada bahasa daerah di Lombok yang mayoritas dituturkan oleh Suku Sasak. Banyak kosakata khas yang dahulu lazim digunakan kini mulai jarang terdengar. Perubahan gaya hidup dan lingkungan komunikasi menjadi salah satu faktor yang memengaruhinya.
Beberapa istilah dalam bahasa Sasak kini dianggap asing oleh sebagian anak muda. Padahal, istilah-istilah tersebut menyimpan nilai historis dan budaya yang penting bagi masyarakat Lombok. Jika tidak dilestarikan, bukan tidak mungkin istilah ini akan menghilang dari percakapan sehari-hari.
Untuk itu, mengenali dan mempelajari kembali kosakata lama bahasa Sasak menjadi langkah kecil yang penting. Selain menambah pengetahuan, hal ini juga membantu menjaga warisan budaya tetap hidup. Apa saja istilah-istilah itu? Yuk simak ulasan di bawah ini!
1. Tembelengkang, berarti keselek oleh tulang ikan

2. Dolong Dompa, berenang menggunakan kain yang diikat agar bisa menjadi pelampung

3. Nyemporon, terjun dari ketinggian ke dalam air

4. Berolang-olang, rekreasi dengan membawa bekal

5. Bededengkak, lari dengan bertumpu menggunakan satu kaki

6. Goljek, starter motor menggunakan kaki

7. Songkop/Songklop, menangkap benda yang dilemparkan

8. Nyengkelat, buang air besar di semak-semak dan dibilas menggunakan batu apung

9. Begerapak, jatuh berguguran

10. Berindu, menghangatkan badan dengan menyalakan api unggun

11. Pocol, berarti merugi

Itulah 11 kata atau istilah dalam bahasa Sasak Lombok yang kini mulai jarang terdengar. Yuk, kita budayakan kembali penggunaan bahasa daerah agar tidak semakin tergerus oleh perkembangan zaman
Menuturkan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari akan membantu menjaga eksistensinya hingga diwariskan kepada anak cucu dan generasi-generasi berikutnya. Selain sebagai bahasa ibu, bahasa daerah juga menjadi bukti nyata kekayaan budaya yang perlu kita lestarikan bersama.



















