Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pexel.com/Kiara Coll

Warga di Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki salah satu mata pencaharian, yaitu menenun. Kota ini dijadikan sebagai tempat wisata sekaligus sebagai tempat membeli kain tenun khas Bima.

Dalam mempertahankan budaya dan perekonomiannya, penenun memiliki alat tenun sendiri sejak masih berada di Sekolah Dasar (SD). Bahkan jika dalam satu keluarga terdapat dua atau tiga perempuan, kemungkinan besar masing-masing dari mereka telah memiliki alat tenun tradisional atau “muna”.

Jenis alat tenun yang digunakan oleh masyarakat Bima adalah alat tenun jenis Gedogan, yaitu dengan cara alat tenun dipangku oleh penenun dan posisi duduk serta kaki penenun yang diselonjorkan.

Salah satu hasil tenun Bima adalah Tembe atau sarung. Contohnya Tembe Nggoli, Tembe Songke, Tembe Me'e dan Tembe Kafa Nae yang merupakan jenis kain tenun Bima dengan beberapa motif. Motifnya antara lain Kakando, Nggusu Waru, Nggusu Tolu, B'ali Mpida, B'ali Lomba,Tagambe, serta Aruna.

Kain tenun Bima juga ada yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti Tembe Nggoli dengan bahan yang sangat nyaman serta lembut untuk digunakan. Apalagi kain ini akan terasa hangat saat musim dingin dan terasa dingin saat cuaca yang panas. Kain sejuta umat masyarakat Bima ini dapat digunakan untuk salat, tidur, digunakan sebagai rimpu (menutup tubuh bagian atas) untuk perempuan dan katente untuk lelaki. Selain itu, ada jenis kain tertentu seperti songke yang digunakan pada acara-acara formal seperti upacara adat atau hajatan.

Dalam menenun kainnya, terdapat empat proses utama yaitu penggulungan benang atau “Moro Kafa”, pemisahan benang atau “Ngane Kafa”, “Luru Kafa”, dan yang terakhir adalah “Muna”. Selembar kainnya membutuhkan waktu pembuatan yang lumayan lama karena masih menggunakan cara manual dan juga alat-alat tradisional untuk menjaga kualitas kain tenun itu sendiri. Ini beberapa proses dalam membuat kain tenun tradisional Bima.

1. Moro Kafa (penggulungan benang)

Dok. Pribadi/Ayu Mara Qonita

Sebelum ke tahap menenun motif, benang akan digulung terlebih dahulu dengan menggunakan alat putar yang disebut janta dan langgiri.

Proses moro atau penggulungan benang ini dilakukan oleh satu orang dengan satu tangan untuk memutar janta, sedangkan tangan lainnya untuk memegang benang dari langgiri agar benang tersebut tergulung dengan rapi.

2. Ngane Kafa (pemisahan benang)

Editorial Team

Tonton lebih seru di