Pura Suranadi terletak di Jalan Wisata Suranadi, Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Nama "Suranadi" sendiri berasal dari dua kata dengan makna yang mendalam, yaitu "Sura" yang berarti Dewa dan "Nadi" yang berarti Sungai.
Keberadaan Pura Suranadi terkait erat dengan perjalanan suci Dhang Hyang Dwijendra dalam menyebarkan agama Hindu di Lombok. Menurut legenda, Dhang Hyang Dwijendra beberapa kali beristirahat bersama rombongannya saat tiba di Lombok. Di setiap tempat beristirahat, beliau menancapkan tongkat yang selalu dibawanya. Dari tancapan tersebut, kemudian mengalir lima pancuran mata air yang diyakini berasal dari Gunung Rinjani, masing-masing dikenal sebagai mata air Toya Tabah, Toya Pabersihan, Toya Panglukatan, Tirta, dan Pangentas.
Umat Hindu percaya bahwa air suci dari lima mata air ini memiliki kekuatan penyembuhan, yang dikenal dalam bahasa Sasak sebagai "Ngentas Male". Mereka meyakini bahwa dengan berdoa dan membersihkan diri dengan air dari lima mata air tersebut, mereka akan mendapatkan kehidupan baru atau "Suranadi".
Untuk menghormati jasa Dhang Hyang Dwijendra, umat Hindu di Lombok Barat secara rutin mengadakan upacara sembahyang setiap bulan Purnama, khususnya sekitar bulan Oktober hingga November.