Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sungai gangga (pixabay.com/Nick115)
sungai gangga (pixabay.com/Nick115)

Sungai Gangga di India bukan sekadar sungai. Ia adalah nadi kehidupan spiritual, sosial, dan budaya bagi jutaan umat Hindu. Airnya dianggap suci, diyakini mampu membersihkan dosa, menyucikan jiwa, dan menjadi jalan pengantar menuju moksha, kebebasan dari siklus kelahiran kembali. Namun, di tepiannya, ada kontras tajam yang begitu nyata, kehidupan yang bergulir penuh semangat berdampingan dengan kematian yang dirayakan dengan keheningan dan api unggun.

Bagi para peziarah dan pengunjung, berada di tepian Gangga bukan hanya tentang menyaksikan upacara agama atau budaya. Ini adalah pengalaman batin yang mengguncang dan membukakan mata: bagaimana manusia merayakan hidup dan menerima kematian sebagai bagian tak terhindarkan dari perjalanan mereka. Di sinilah spiritualitas terasa hidup, bukan di tempat sunyi, tapi di tengah hiruk-pikuk yang menenangkan.

Berikut momen kehidupan dan kematian di tepi sungai Gangga di India, ketika segalanya menyatu dalam arus yang sama.

1. Varanasi, kota tertua yang tidak pernah tidur

Sungai Gangga (pexels.com/Rachel Claire)

Varanasi, kota suci di tepi Sungai Gangga, dianggap sebagai salah satu kota tertua yang masih dihuni di dunia. Setiap hari, ribuan orang datang dari seluruh penjuru India dan dunia untuk mandi di sungai ini, berdoa, dan menghadiri upacara pemakaman yang terus berlangsung tanpa henti. Kota ini tidak tidur. Dini hari, ghat-ghtat (anak tangga batu menuju sungai) telah dipenuhi orang-orang yang melakukan ritual pagi dengan air Gangga.

Kehidupan di Varanasi begitu padat, tetapi tidak pernah terasa terburu-buru. Ada ketenangan dalam kesibukan, ada kedamaian dalam keramaian. Dari penjual bunga dan dupa di pinggir jalan, hingga sadhus (orang suci) yang duduk bermeditasi, semua berpadu dalam simfoni kehidupan yang sangat khas. Di sinilah kamu bisa menyaksikan wajah India yang sesungguhnya, campuran antara kehidupan sehari-hari dan pengabdian spiritual yang mendalam.

2. Ritual kematian di Manikarnika Ghat

Sungai Gangga (unsplash.com/Snowscat)

Manikarnika Ghat adalah tempat kremasi paling suci di Varanasi, dan mungkin juga yang paling mencengangkan bagi siapa pun yang pertama kali menginjakkan kaki di sana. Setiap hari, puluhan jenazah dikremasi secara terbuka di sini, dengan api yang diyakini tidak pernah padam selama ratusan tahun. Ritualnya dijalankan dengan ketenangan, tanpa tangis, karena kematian dianggap sebagai transisi suci menuju kebebasan spiritual.

Para anggota keluarga membawa jenazah di atas tandu yang dihiasi kain berwarna cerah dan bunga marigold. Mereka mengelilingi jenazah sambil membaca doa, lalu meletakkannya di atas tumpukan kayu. Setelah kremasi, abunya akan dilarung ke Sungai Gangga. Bagi umat Hindu, meninggal dan dikremasi di Varanasi berarti memutus siklus reinkarnasi dan mencapai moksha, itulah sebabnya banyak orangtua datang ke sini untuk menghabiskan sisa hidup mereka.

3. Di antara harapan dan pelepasan, suasana emosional yang tak terlupakan

sungai gangga (unsplash.com/Shiv Prasad)

Melihat kematian secara langsung mungkin terasa mengganggu bagi sebagian orang, tapi di Gangga, kamu akan menyadari betapa normalnya proses itu bagi banyak orang. Tak ada jeritan, tak ada ratapan histeris. Yang ada hanyalah doa dan penerimaan. Ini bukan tentang kehilangan, tapi tentang melepas. Sebuah pelajaran diam-diam tentang bagaimana manusia bisa berdamai dengan kefanaan.

Namun di sisi lain, hanya beberapa meter dari ghat kremasi, anak-anak bermain air, perempuan mencuci pakaian, dan para peziarah merendam diri dalam doa. Ini bukan sekadar ironi visual, tapi sebuah pesan eksistensial, kehidupan dan kematian bukanlah dua hal yang saling meniadakan, tapi satu kesatuan yang terus berlangsung dalam siklus abadi.

4. Sungai Gangga sebagai penghubung spiritual dan simbol alam

sungai gangga (pixabay.com/Nick115)

Gangga bukan hanya sungai secara fisik, tapi juga simbol energi feminin dan ilahi dalam kepercayaan Hindu. Ia dianggap sebagai Dewi Gangga, yang turun dari surga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia. Mandi di Gangga tidak hanya menyucikan tubuh, tetapi juga jiwa. Itulah sebabnya begitu banyak orang datang ke sini dengan harapan, penyesalan, dan doa yang tak terucap.

Namun, Gangga juga menghadapi tantangan dunia modern: pencemaran, pembangunan berlebihan, dan perubahan iklim. Di tengah momen-momen spiritual yang mendalam, muncul juga kesadaran ekologis, bahwa menjaga Gangga berarti menjaga kehidupan dan kematian yang ia peluk sekaligus. Banyak gerakan lokal kini berupaya membersihkan dan melestarikan sungai ini agar tetap menjadi ruang suci bagi generasi mendatang.

Di tepian Sungai Gangga, kamu tidak hanya akan melihat peristiwa luar biasa, tapi juga akan merasa disentuh di tempat paling dalam dari dirimu. Momen-momen yang kamu saksikan, mandi pagi, kremasi, doa, tawa, tangis, kesunyian, dan keramaian, semuanya menjadi satu kesatuan yang mengajarkan makna hidup secara utuh. Sungai ini tidak hanya membawa air, tapi juga kenangan, harapan, dan pelepasan yang menyatu dalam arus abadi. Di sanalah kamu mungkin akan sadar, hidup dan mati bukan dua titik yang terpisah, tapi dua sisi dari aliran yang sama.

Demikian momen spiritual antara kehidupan dan kematian di tepi sungai Gangga di India, ketika segalanya menyatu dalam arus yang sama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team