Bukit Kayangan: Transformasi Lahan Tandus Menjadi Destinasi Wisata

Lombok Timur, IDN Times - Pada wilayah perbukitan Desa Labuhan Lombok, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, terdapat sebuah destinasi wisata yang indah bernama Bukit Kayangan. Dahulu, lahan ini hanyalah tanah tandus yang tak terurus. Berkat kegigihan masyarakat setempat serta dukungan dari berbagai pihak, kini Bukit Kayangan menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi di daerah tersebut.
Haris Munandar, pemuda berusia 34 tahun yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Harmoni Desa Labuhan Lombok sekaligus pengelola destinasi Bukit Kayangan, mengisahkan perjalanan panjang dalam membangun tempat ini. Pesona Bukit Kayangan ini juga yang mengantarkan Desa Labuhan Lombok menjadi Desa BRILiaN di NTB pada tahun 2022.
“Kami melihat ada potensi besar di lahan ini yang sayang jika tidak dimanfaatkan. Akhirnya, kami mengusulkan kepada kepala desa (Labuhan Lombok) untuk mengembangkannya menjadi destinasi wisata. Beliau mendukung penuh dan sejak tahun 2022 Bukit Kayangan resmi dibuka untuk umum,” ujar Haris kepada IDN Times, Senin (10/3/2025).
Pesona alam dan tantangan yang dihadapi
Bukit Kayangan menawarkan pesona alam yang memukau dari ketinggian 82 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dari puncaknya, pengunjung dapat menikmati pemandangan laut yang membentang luas, hamparan perbukitan hijau, serta keindahan matahari terbit dan terbenam yang menawan. Tidak heran, tempat ini menjadi favorit bagi para fotografer dan pencinta alam. Selain itu, kebersihan, keamanan, dan kenyamanan juga menjadi prioritas dalam pengelolaannya.
Pada awal pembukaannya di tahun 2022, Bukit Kayangan berhasil menarik lebih dari 500 pengunjung pada akhir pekan. Dengan luas lahan yang dimanfaatkan sekitar 3 hektare dari total 16 hektare milik pemerintah daerah, pengelolaan tempat ini dilakukan melalui kerja sama antara desa dan pemerintah daerah setempat. Wisatawan yang datang bisa menikmati berbagai fasilitas seperti area camping ground, rumah panggung khas budaya lokal dan berbagai spot foto Instagramable.
Namun, perjalanan Bukit Kayangan tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah ketersediaan air. Sebagai daerah perbukitan, pasokan air bersih untuk menyiram tanaman dan memenuhi kebutuhan operasional menjadi kendala utama.
“Kami belum berani melakukan pengeboran sumur karena biayanya tinggi dan wilayah ini dekat dengan pesisir laut. Selama ini, kami harus membeli air dari PDAM dan menaikkannya menggunakan mesin bertekanan tinggi,” jelas Haris.
Tantangan semakin berat ketika kemarau panjang melanda sepanjang tahun 2023 hingga 2024. Kekeringan menyebabkan tanaman mati dan daya tarik wisata menurun drastis. Jumlah pengunjung pun berkurang, sehingga pendapatan tidak lagi mampu menutupi biaya operasional. Bukit Kayangan yang sebelumnya ramai menjadi lebih sepi karena panasnya cuaca membuat wisatawan enggan berkunjung.
Selain kondisi cuaca, tantangan lain adalah minimnya dukungan anggaran dari Pemerintah Daerah selama periode tersebut. Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Lombok Timur, Muhir menjelaskan selama ini pengembangan dan pembangunan pariwisata di Lombok Timur hanya bergantung pada Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat.
"Kami berharap pemerintahan baru bisa memberikan sentuhan baru dengan memberikan dukungan pendanaan melalui APBD - PAD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah - Pendapatan Asli Daerah). Dengan begitu, desa wisata yang memegang SK (Surat Keputusan) bisa berkembang lebih baik," harapnya.
Terdapat puluhan desa wisata di Kabupaten Lombok Timur yang menurut Muhir memiliki potensi besar untuk meningkatkan PAD dan kesejahteraan masyarakat. Namun, anggaran yang tersedia selama ini hanya cukup untuk operasional, tidak untuk pengembangan.
"Persoalan ini sudah sering saya sampaikan di Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kabupaten Lombok Timur dan rencana usulan lainnya. Kita sudah dijatahkan anggaran (untuk hal-hal lain), sehingga tidak bisa berkutik," ujarnya.
Meski mengalami sejumlah kendala, pengelola wisata Bukit Kayangan tidak mati akal. Mereka berusaha untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain dan melakukan swadaya.
Revitalisasi dan upaya menghidupkan kembali Bukit Kayangan
Setelah menjadi bagian dari program Desa BRILiaN, Bukit Kayangan mendapatkan dukungan penghijauan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Seiring dengan datangnya musim hujan di awal 2024, Haris dan timnya mulai bangkit kembali. Mereka mengadakan berbagai acara, termasuk event musik yang sempat viral dan berhasil menarik banyak pengunjung. Pada Januari 2024, jumlah wisatawan kembali meningkat, dengan 200 hingga 250 orang berkunjung pada akhir pekan.
Untuk meningkatkan daya tarik, pengelola juga menyediakan pakaian adat khas Lombok bagi wisatawan yang ingin berfoto. Rumah panggung di Bukit Kayangan dirancang sebagai spot foto dengan desain unik. Terdapat dua rumah panggung dengan arsitektur khas, yaitu rumah tinggi yang terinspirasi dari rumah adat Sulawesi dan rumah rendah menyerupai lumbung tradisional Lombok.
Dampak ekonomi dari keberadaan Bukit Kayangan ini cukup terasa di tengah masyarakat, terutama bagi pada pemuda yang mengelola tempat tersebut. Sebelumnya, kebanyakan dari mereka tidak memiliki pekerjaan tetap. Dengan adanya destinasi wisata ini, mereka bisa memiliki pendapatan dari kunjungan wisatawan.
“Jumlah anggota Pokdarwis ada 15. Meski dampak secara luas belum begitu terasa, tapi paling tidak ini bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi anak muda. Kedepan kita berharap bisa lebih banyak lagi warga sekitar yang berjualan di Bukit Kayangan ini,” kata Haris.
Selain itu, pengelola berencana menambah wahana dan tempat kuliner agar wisatawan semakin betah berlama-lama. Rencana ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar, khususnya pedagang kecil yang kini mulai berjualan di kawasan wisata.
“Sejauh ini belum ada yang berjualan tetap di sini, yang ada itu pedagang keliling. Misalnya yang menjual cilok, air minum dan camilan lainnya,” kata Haris.
Harapan dan masa depan Bukit Kayangan
Haris dan timnya memiliki harapan besar agar Bukit Kayangan mendapatkan lebih banyak perhatian dari pemerintah, BUMN, swasta, atau investor. Menurutnya, jika hanya mengandalkan anggaran desa, perkembangan Bukit Kayangan akan berjalan lambat.
“Kami ingin tempat ini bisa berkembang seperti destinasi wisata lainnya yang sudah mendapat dukungan dari berbagai pihak,” kata Haris.
Saat ini, akses menuju Bukit Kayangan sudah cukup baik dan dapat dilalui kendaraan dengan mudah. Harga tiket masuk pun sangat terjangkau, hanya Rp5.000 per orang sesuai dengan aturan pemerintah daerah. Namun, untuk menarik lebih banyak pengunjung, pengelola menerapkan promosi Rp5.000 per motor, tanpa memperhitungkan jumlah penumpang. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan, terutama keluarga dan rombongan wisata.
Dengan semangat dan kerja keras, Haris Munandar dan timnya terus berupaya mengembangkan Bukit Kayangan agar semakin dikenal dan berkembang secara berkelanjutan. Mereka berharap bahwa tahun 2025 akan menjadi titik kebangkitan bagi destinasi wisata ini, dengan lebih banyak dukungan dari berbagai pihak.
“Bukit Kayangan saat ini sedang indah-indahnya, karena mulai hujan. Kami optimistis setelah Lebaran nanti, jumlah pengunjung akan terus meningkat. Kami akan terus berupaya menjadikan Bukit Kayangan sebagai salah satu ikon wisata terbaik di Lombok Timur,” pungkas Haris.
Salah satu wisatawan yang pernah berkunjung ke Bukit Kayangan, M.Nasir mengatakan bahwa Bukit Kayangan sangat direkomendasikan untuk dikunjungi. Pemandangannya yang indah dan lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan menjadikannya semakin menarik.
“Kita bisa lihat pemandangan laut dan Gunung Rinjani dari Bukit Kayangan. Pokoknya indah dan saya sangat merekomendasikan bagi wisatawan untuk berkunjung,” kata Nasir.
Nasir melihat akses menuju Bukit Kayangan sudah sangat baik, sehingga sangat mudah untuk dijangkau. Ia berharap Bukit Kayangan dapat terus eksis dan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Provinsi NTB.
Sementara itu, Kepala Desa Labuhan Lombok, Siti Zaenab Massaro mengatakan bahwa Desa Labuhan Lombok punya banyak potensi yang dapat dikembangkan. Selain pertanian, kelautan dan industri, desa ini juga memiliki daya tarik wisata.
“Di Desa Labuhan Lombok ini banyak destinasi wisata yang menarik, salah satunya Bukit Kayangan. Meski sekarang sedang sepi karena Ramadan, harapannya setelah ini kunjungan bisa kembali ramai, karena tempatnya sangat indah,” kata Siti Zaenab.
Ia mengatakan bahwa destinasi wisata itu juga dikembangkan oleh anak-anak muda kreatif dari Desa Labuhan Lombok. Tak heran desa ini akhirnya dinobatkan sebagai Desa BRILiaN oleh BRI tahun 2022. Siti Zaenab berharap kedepannya akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke destinasi wisata yang ada di Labuhan Lombok, termasuk ke destinasi wisata Bukit Kayangan.