Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/Dulat)
Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/Dulat)

Tahun 1998 menjadi salah satu babak paling emosional dalam sejarah sepak bola dunia. Piala Dunia tahun itu tidak hanya menampilkan permainan-permainan menegangkan, tetapi juga momen penuh makna ketika tim tuan rumah, Prancis, mengangkat trofi untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.

Final yang digelar di Stade de France, Saint-Denis, pada 12 Juli itu menyaksikan kemenangan 3-0 Prancis atas Brasil, disambut bukan hanya dengan sorak-sorai, tetapi juga isak tangis.

Dari para pemain, pelatih, hingga jutaan pendukung yang tak percaya bahwa mimpi itu benar-benar jadi nyata. Momen tersebut tidak hanya tentang sepak bola. Ini adalah tentang kebanggaan nasional, keberagaman, perjuangan kolektif, dan momen penyatuan sebuah bangsa yang tengah mencari identitasnya.

Di tengah ketegangan politik dan sosial saat itu, kemenangan ini membawa harapan dan semangat baru bagi rakyat Prancis. Tangis bahagia yang tumpah malam itu bukan hanya karena skor akhir, tetapi karena beban sejarah yang akhirnya terangkat dengan gemilang.

Berikut momen final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis kemenangan.

1. Prancis dan beban menjadi tuan rumah

Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/Sofía Pérez Rodríguez)

Prancis datang ke turnamen ini sebagai tuan rumah dengan tekanan besar. Seluruh mata dunia tertuju pada mereka, dan ekspektasi publik sangat tinggi. Tim nasional Prancis, yang dijuluki Les Bleus, belum pernah menjuarai Piala Dunia sebelumnya. Di balik semangat optimisme, ada pula keraguan dan rasa takut akan kegagalan di rumah sendiri.

Tapi Prancis memiliki generasi emas. Di bawah pelatih Aime Jacquet, tim ini diisi oleh para pemain dari berbagai latar belakang etnis, seperti Zinedine Zidane (keturunan Aljazair), Lilian Thuram (Guadeloupe), hingga Marcel Desailly (Ghana). Keberagaman ini sempat memicu kontroversi, tapi juga menjadi kekuatan utama mereka. Prancis menunjukkan bahwa keberagaman bukan kelemahan, tapi kekuatan kolektif yang luar biasa.

2. Final melawan Brasil

Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/CATCHMAN338)

Laga final menghadapkan Prancis pada Brasil, juara bertahan dengan bintang-bintang seperti Ronaldo, Rivaldo, dan Cafu. Banyak yang memprediksi Brasil akan menang mudah, tetapi malam itu justru milik Prancis. Zinedine Zidane mencetak dua gol melalui sundulan kepala dari tendangan sudut, dan Emmanuel Petit menambah gol ketiga di menit akhir.

Yang membuat malam itu semakin dramatis adalah kondisi Ronaldo, striker andalan Brasil, yang dikabarkan mengalami kejang beberapa jam sebelum pertandingan. Ia tetap dimainkan, tapi penampilannya jauh dari kata optimal. Di sisi lain, permainan Prancis sangat disiplin dan penuh determinasi. Ketika peluit akhir berbunyi, tangis pecah dari para pemain Prancis, sebuah ekspresi campuran antara ketegangan, kelegaan, dan kebahagiaan mutlak.

3. Tangis yang mengubah makna kemenangan

Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/CATCHMAN338)

Tangis Zinedine Zidane, sang pahlawan malam itu, menjadi simbol paling kuat dari momen tersebut. Ia bukan hanya mencetak dua gol penting, tapi juga menjadi ikon pemersatu bangsa. Sebagai anak imigran dari Marseille yang sering mendapat diskriminasi, kemenangannya menjadi simbol harapan bagi generasi muda Prancis dari berbagai latar belakang.

Bukan hanya pemain, rakyat Prancis dari berbagai usia dan wilayah juga ikut menangis. Jalanan Paris dipenuhi lautan manusia yang bersorak, berpelukan, dan menitikkan air mata. Tak peduli latar belakang politik, ekonomi, atau etnis, malam itu semua larut dalam euforia bersama. Prancis tak hanya memenangkan pertandingan, mereka merebut kembali rasa percaya diri sebagai bangsa.

4. Warisan emosional dari sebuah trofi

Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/Dulat)

Piala Dunia 1998 meninggalkan warisan yang jauh lebih besar daripada sekadar trofi emas. Ia menjadi tonggak penting dalam narasi identitas nasional Prancis, terutama tentang multikulturalisme dan penyatuan sosial. Generasi yang tumbuh setelah tahun itu melihat para pemain seperti Zidane, Thuram, dan Henry bukan hanya sebagai atlet, tapi juga simbol masa depan yang inklusif.

Tahun-tahun setelah kemenangan itu memang tak selalu mudah bagi Prancis, baik secara politik maupun dalam prestasi sepak bola. Namun, kenangan akan malam 12 Juli 1998 tetap hidup. Ia adalah pengingat bahwa momen olahraga bisa menjadi lebih dari sekadar permainan, ia bisa menyatukan jutaan hati, membasuh luka lama, dan mengajarkan bahwa air mata bahagia kadang lahir dari perjuangan yang sangat panjang.

5. Lebih dari gol, lebih dari menang

Momen Final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis. (Pinterest/Dulat)

Final Piala Dunia 1998 di Prancis adalah momen ketika sepak bola menjadi bahasa universal tentang harapan dan persatuan. Momen di mana sebuah kemenangan menghapus keraguan dan memicu isak tangis yang merayakan bukan hanya hasil pertandingan, tapi juga jati diri bangsa.

Di malam itu, di bawah langit Saint-Denis, Prancis tidak hanya menjadi juara dunia, mereka menjadi simbol dari kemenangan yang sesungguhnya, menyatukan perbedaan menjadi kekuatan.

Itulah momen final Piala Dunia 1998 di Prancis yang disambut isak tangis kemenangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team