680 Atlet Berlaga pada Kejuaraan Internasional Perisai Diri di Lombok

Mataram, IDN Times - Ajang bergengsi Kejuaraan Internasional Perisai Diri atau Perisai Diri International Championship (PDIC) ke-XI digelar di GOR Turida, Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 12-17 Juli 2025. Ajang silat berskala internasional ini menyatukan sekitar 680 atlet terbaik dari seluruh Pengurus Provinsi (Pengprov) Perisai Diri se-Indonesia serta beberapa komisariat luar negeri.
Ketua Umum Kelatnas Perisai Diri, Dwi Sutjipto menjelsskan, PDIC ke-XI akan menjadi panggung bagi para pesilat dari berbagai negara, termasuk Jepang, Australia, Timor Leste, dan beberapa negara Eropa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.
"Tingkat internasional kejuaraan ini menegaskan posisi Perisai Diri sebagai salah satu organisasi silat terkemuka yang mampu menarik perhatian global," kata Dwi Sutjipto di Mataram, Minggu (13/7/2025) malam.
1. Menguji kemampuan atlet dan mencari bibit unggul

Mantan Kepala SKK Migas ini menegaskan bahwa PDIC ke-XI di Lombok ini bukan sekadar kompetisi, melainkan ajang strategis untuk menguji kemampuan atlet, mencari bibit unggul penerus bangsa. Sekaligus mempererat tali silaturahmi antar anggota Perisai Diri dari berbagai penjuru dunia.
"PDIC ini diselenggarakan rutin dua tahun sekali," tambah Dwi Sutjipto.
Acara pembukaan kejuaraan akan diadakan di pinggir pantai, tepatnya di Taman Wisata Loang Baloq, Kota Mataram. Seremoni pembukaan menampilkan beberapa pagelaran seni bantuan dari Dispar Pemkot Mataram di antaranya Tari Tandang Mendet, Gandrung, Cilokak, Pusi Musikal dan diiringi oleh wayang sinema kolaborasi 10 dalang.
PDIC ke-XI di Lombok diharapkan tidak hanya menjadi kesempatan emas bagi para atlet Perisai Diri untuk mengukir prestasi di kancah internasional, tetapi juga sebagai momentum penting untuk mempromosikan dan melestarikan olahraga silat sebagai warisan budaya Indonesia yang mendunia.
2. Targetkan pencak silat masuk olimpiade

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB IPSI) itu menjelaskan bahwa Indonesia punya target jangka panjang membawa pencak silat masuk sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade. Kejuaraan Internasional Perisai Diri yang digelar di Lombok merupakan bagian dari upaya mewujudkan target tersebut.
"Diharapkan pada Olimpiade 2028 di Los Angeles, pencak silat sudah bisa dihadirkan, bentuknya apakah pertandingan atau eksibisi," ujarnya.
Kemudian pada Olimpiade 2032 di Australia diharapkan pencak silat dapat dipertandingkan. Karena pencak silat di Australia sangat berkembang pesat. "Pada 2036, Indonesia menjadi tuan rumah olimpiade, kita harapkan pencak silat lebih kuat lagi masuk olimpiade," harapnya.
Dwi menyebutkan federasi pencak silat sudah terbentuk di 83 negara sehingga sangat memenuhi syarat masuk olimpiade. Hanya saja, federasi pencak silat belum diakui oleh Komite Olimpiade Nasional atau National Olympic Committee (NOC).
"Sekarang PB IPSI mengirim pelatih ke negara lain sehingga diharapkan ketika ada pertandingan internasional, atlet dari negara itu bisa juara. Kalau medali tersebar di banyak negara maka akan didukung masuk olimpiade. Sekarang ini dua pelatih dari Indonesia yang ditugaskan melatih di Myanmar. IPSI punya program menyiapkan tenaga pelatih ke berbagai negara," jelasnya.
3. Gubernur NTB: perisai diri karakter menyatukan

Sementara, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengatakan bahwa perisai diri adalah olahraga beladiri. Karena itu, semua orang penting untuk mempelajari bela diri. Kemudian perisai diri adalah budaya. Perisai diri ini bukan sekedar olahraga tetapi sebuah ensiklopedi budaya beladiri.
"Karena itu, belajar di perisai diri sama halnya belajar filosofi dari beladiri yang ada seluruh bagian nusantara. Karena itu adalah karakter dari perisai diri ini, karakter yang menyatukan. Dia tumbuh tidak di satu tempat, dia menjadi ensiklopedi banyak tempat," kata Iqbal.
Eks Duta Besar Indonesia untuk Turki ini menambahkan bahwa perbedaan-perbedaan diramu dan dikumpulkan dalam prinsip-prinsip serta filosofi perisai diri. Hal ini persis seperti di NTB yang terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda-beda tetapi tetap bisa melebur menjadi satu.