Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Lebaran selalu memiliki makna mendalam bagi setiap orang. Bagi saya, momen ini bukan hanya sekadar hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga kesempatan untuk kembali ke akar, ke tempat yang selalu saya sebut rumah, yaitu Desa Aikdewa, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur. Di sanalah semua kenangan masa kecil saya tertinggal, di sanalah keluarga dan sahabat lama menanti dengan tangan terbuka.

Setiap kali bulan Ramadan memasuki hari-hari terakhir, hati saya mulai dipenuhi dengan kerinduan yang mendalam. Bayangan suasana Lebaran di kampung halaman muncul begitu jelas. Hiruk-pikuk persiapan menyambut hari raya, aroma khas masakan ibu yang memenuhi rumah, serta kebersamaan yang terasa begitu erat dan hangat. Namun, ada satu momen yang paling saya rindukan, yaitu salat Idulfitri di masjid dekat rumah.

Pagi hari Lebaran di kampung halaman saya selalu dimulai dengan takbir yang berkumandang dari masjid. Suara bedug bertalu-talu seakan membangunkan warga di seluruh desa, mengajak semua orang untuk segera bersiap-siap menuju tempat salat Id. Saya masih ingat betapa antusiasnya saya saat masih kecil, mengenakan pakaian terbaik yang sudah disiapkan sejak malam sebelumnya, lalu berjalan bersama keluarga menuju masjid yang menjadi tempat salat Idulfitri.

Di sana, ribuan warga berkumpul, duduk bersaf-saf rapi di atas tikar atau sajadah yang dibawa dari rumah. Udara pagi masih terasa sejuk, dan embun yang menempel di rumput belum sepenuhnya mengering. Saat imam mulai mengangkat takbir, suasana menjadi begitu khusyuk. Ada perasaan yang sulit dijelaskan, rasa damai yang meresap ke dalam hati, seolah semua beban selama setahun terakhir luruh dalam sujud di pagi yang suci itu.

Editorial Team

EditorLinggauni

Tonton lebih seru di