TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ketimpangan Gender di NTB, Hanya 1,59 Persen Perempuan Duduk di DPRD

IKG NTB mengalami perbaikan

Ketua DPRD NTB Hj. Baiq Isvie Rupaeda menemui massa aksi. Ia satu-satunya perempuan yang menjadi anggota DPRD NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi NTB tahun 2022 sebesar 0,648. IKG NTB tahun 2022 mengalami perbaikan atau turun 0,005 poin dibandingkan tahun 2021 yakni sebesar 0,653.

Meskipun terjadi perbaikan IKG NTB tahun 2022, tetapi keterwakilan perempuan NTB di lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) masih cukup jomplang dibandingkan laki-laki. BPS NTB mencatat keterwakilan perempuan di DPRD hanya sebesar 1,59 persen, sedangkan laki-laki mencapai 98,41 persen.

Kepala BPS NTB Wahyudin di Mataram, Selasa (1/8/2023) menjelaskan peningkatan ketimpangan gender di NTB terjadi pada tahun 2019. Karena penurunan proporsi anggota legislatif perempuan dari 9,23 persen tahun 2018 menjadi 1,54 persen tahun 2019. Kemudian proporsi anggota legislatif naik sedikit menjadi 1,59 persen pada 2020, 2021 dan 2022.

Baca Juga: Bandara Lombok Resmi Berlakukan Pembayaran Parkir Nontunai  

1. Tiga dimensi pembentuk IKG

Kepala BPS NTB Wahyudin memaparkan IKG 10 kabupaten/kota di NTB tahun 2022. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Wahyudin menjelaskan ada tiga dimensi pembentuk IKG, yaitu dimensi kesehatan reproduksi, dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar kerja. Dikatakan, perbaikan IKG NTB 2022 dipengaruhi oleh perbaikan dimensi pemberdayaan. Dimana, perbaikan dimensi pemberdayaan dipengaruhi oleh perbaikan indikator persentase perempuan usia 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas yang meningkat dibandingkan laki-laki.

"Persentase perempuan meningkat dari 27,21 persen pada tahun 2021 menjadi 29,68 persen pada tahun 2022, sedangkan persentase laki-laki menurun dari 38,17 persen pada tahun 2021 menjadi 36,78 persen pada tahun 2022," terang Wahyudin.

Ketimpangan gender Provinsi NTB sejak 2018 hingga 2022 secara umum mengalami penurunan. Sejak tahun 2018, IKG berkurang sebesar 0,071 poin, dengan rata-rata penurunan 0,0178 poin per tahun.

"Hal ini mengindikasikan ketimpangan gender yang semakin mengecil atau kesetaraan yang semakin membaik. Namun demikian terjadi kenaikan ketimpangan gender pada tahun 2019 sebesar 0,091 poin," terangnya.

Penurunan ketimpangan gender terbesar terjadi pada tahun 2021 yang turun 0,012 poin, utamanya dipengaruhi oleh menurunnya ketimpangan dalam dimensi pendidikan. Persentase penduduk perempuan umur di atas 25 tahun dengan pendidikan SMA ke atas meningkat dari 24,20 persen pada tahun 2020 menjadi 27,21 persen pada tahun 2021.

2. Dimensi pembentuk IKG NTB mengalami perbaikan

Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Wahyudin mengatakan ketiga dimensi pembentuk IKG secara umum mengalami perbaikan. Dimensi kesehatan reproduksi membaik, risiko perempuan dalam kesehatan reproduksi semakin menurun. Sementara, dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja semakin setara.

Dimensi kesehatan reproduksi perempuan dibentuk dari 2 indikator, yaitu proporsi perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan (MTF) dan proporsi perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia < 20 tahun (MHPK20).

Pada tahun 2018, angka MTF sebesar 0,351, kemudian secara berturut-turut turun hingga menjadi 0,300 pada tahun 2021, dan mengalami kenaikan pada tahun 2022 menjadi 0,305. Ia mengungkapkan indikator MHPK20 selama tahun 2018-2022 cenderung berfluktuasi.

"Pada tahun 2018 MHPK20 sebesar 0,285, kemudian tahun 2019 meningkat menjadi 0,334. Pada dua tahun berikutnya menurun menjadi 0,311 dan 0,308, sampai dengan tahun 2022 menjadi 0,304," teangnya.

Kemudian, dimensi pemberdayaan dibentuk oleh 2 indikator, yaitu persentase anggota legislatif dan persentase perempuan 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas. Selama periode 2018-2022, persentase perempuan anggota legislatif cenderung tetap.

"Namun sejak tahun 2019 terus mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini merepresentasikan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan masih belum setara," ucapnya.

Wahyudin menambahkan persentase penduduk usia 25 tahun ke atas berpendidikan SMA ke atas selama kurun waktu 2018 sampai dengan 2022 mengalami fluktuasi, baik laki-laki maupun perempuan. Persentase penduduk laki-laki pada tahun 2018 sebesar 35,61 persen meningkat pada tahun 2019 menjadi 38,40 persen.

Namun mengalami penurunan dari tahun 2021 dan 2022 yaitu menjadi 38,17 persen dan 36,78 persen. Sementara persentase penduduk perempuan meningkat dari 24,37 persen pada tahun 2018 menjadi 29,68 persen pada tahun 2022 atau meningkat 5,31 persen.

"Peningkatan pendidikan perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki membuat tingkat pendidikan antara perempuan dan laki-laki menjadi lebih setara," tuturnya.

Baca Juga: Tim Turun Survei, Investasi Kereta Gantung Rinjani Jadi Rp6,5 Triliun

Berita Terkini Lainnya