TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dinkes NTB Catat 2.295 Kasus DBD, Lima Pasien Meninggal

Kasus DBD tertinggi di Lombok Barat

ilustrasi nyamuk penyebab DBD (unsplash.com/Erik Karits)

Mataram, IDN Times - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat sebanyak 2.295 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak Januari hingga Mei 2024. Dari 10 kabupaten/kota, kasus DBD tertinggi terdapat di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 549 kasus.

"Terdapat 5 orang dinyatakan meninggal dunia akibat DBD selama periode Januari hingga Mei 2024," sebut Kepala Dinkes Provinsi NTB dr. Lalu Hamzi Fikri di Mataram, Selasa (2/7/2024).

1. Kasus DBD terendah di Kota Bima

Fikri merincikan kasus DBD tertinggi dan terendah di 10 kabupaten/kota yang ada di NTB hingga Mei 2024. Kasus tertinggi berada di Lombok Barat 549 kasus, 364 kasus di Mataram, 158 kasus di Lombok Tengah.

Kemudian 140 kasus di Lombok Timur, 359 kasus di Lombok Utara, 225 kasus di Sumbawa Barat, 291 kasus di Sumbawa, Dompu 83 kasus, Bima 75 kasus, dan Kota Bima 51 kasus.

Dinkes NTB telah mengeluarkan Surat Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD sejak awal Februari yang ditujukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-NTB.

Surat tersebut bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan setiap daerah menghadapi potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Imbauan tertulis juga telah diberikan kepada seluruh Puskesmas dan Desa.

Baca Juga: Pj Gubernur NTB Ingatkan ASN untuk Jaga Netralitas di Pilkada 2024 

2. Distribusikan alat diagnosa DBD

Fikri menambahkan pihaknya telah mendistribusikan logistik untuk kegiatan pencegahan, pengendalian berupa insektisida, larvasida, dan alat pengendalian serta alat diagnosa DBD (RDT NS1 Combo).

Kemudian melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) bersama seluruh Puskesmas secara serentak dan berkala di masing-masing wilayah puskesmas, berkoordinasi dengan desa serta aparat terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD dan memonitoring kegiatan PSN di Masyarakat.

Ditambahkan, pemberian larvasidasi oleh Puskesmas di seluruh rumah dan sekitarnya yang telah disurvei juga tetap dilakukan. Puskesmas juga melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui kegiatan-kegiatan seperti posyandu, pertemuan di kantor desa dan sekolah-sekolah terkait pencagahan DBD untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang PSN.

"Dinkes Provinsi, Kabupaten/Kota dan puskesmas bergerak cepat dalam merespons setiap alert yang muncul di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) melalui tindakan penyelidikan epidemiologi kurang dari 1x24 jam," jelas Fikri.

Berita Terkini Lainnya