Edi Lau, Pemilik Yayasan Sinar Mentari Sejati dan juga mitra BGN. (IDN Times/Putra Bali Mula)
Edi Lau, Pemilik Yayasan Sinar Mentari Sejati dan juga mitra BGN tempat Indri bertugas mengungkap pendapat serupa. Ia juga kasihan dengan kerja ahli gizi yang mengawasi semua proses dari awal hingga selalu overtime.
"Mereka paling kasihan ya karena harus terlibat dalam saat masak, permorsian, hingga pengiriman," tukasnya.
Ia menilai Cucun sudah keliru memandang profesi ahli gizi. Peran ahli gizi justru krusial dalam program besutan Presiden Prabowo Subianto ini. Ahli gizi yang baik akan meracik menu sesuai dengan takaran atau komposisi gizi dari bahan makanan yang bisa mereka pasok ke dapur.
"Itu pendapat yang salah dan sangat-sangat keliru karena profesi ini punya keahlian khusus dan ilmu yang tidak semua tahu. Tujuan Pak Prabowo dengan program ini kan bukan asal makan saja kan tapi ada nilai gizinya sesuai dengan anak-anak. Program ini bagus kalau ahli gizi dan nilai gizi yang diutamakan bisa bagus. Dan kami selalu dengarkan mereka. Kita melapor hari ini buah apa, sayur apa, daging apa, mereka yang akan kombinasikan. Mau protein misalnya, nanti nilainya diangkat dari bahan apa-apa," jelasnya.
Berbeda dengan di kota, masalah pasokan bahan makanan, buah-buahan tertentu hingga sayuran di daerah terpencil ini menjadi tantangan untuk mendapatkan menu yang berkualitas. Hal ini tentunya hanya bisa diperhitungkan oleh seorang ahli gizi dalam menetapkan menu yang baik untuk hari selanjutnya.
"Dari kandungan dari makanan, nabatinya, proteinnya, itu mereka yang hitung dan dibuat menu dengan perhitungan itu untuk kita masak nanti. Kalau kita di daerah harus sampaikan ke ahli gizi, pasokan yang ada apa saja. Nanti mereka hitung. Jadi kalau tidak ada ahli gizi ya tidak beda dengan kita beri makan biasa, tidak ada nilai gizinya," jelas dia.
SPPG miliknya, kata dia, sangat bergantung dan baru bisa berjalan dengan adanya seorang ahli gizi. Saat ini yayasannya memiliki 9 SPPG di wilayah Pulau Timor termasuk di Kota Kupang dan masing-masing memiliki ahli gizi yaitu 3 lulusan S1 dan sisanya adalah lulusan D3.
"Kalau menurut saya ada ahli gizi baru dapur bisa berjalan. Kita tahunya masak saja tapi kalau mereka ini tahu nilai gizi apa yang ada dan itu harus di-share terus ke BGN apa yang sudah mereka masak hari ini. Nanti kita bisa lihat, oh ini proteinnya berapa, karbohidrat berapa," kata dia.