Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Toko Pitagoras milik Maedina Urfah di Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur. (Dok. Maedina Urfah)

Lombok Timur, IDN Times – Maedina Urfah (31), pemilik toko Pitagoras yang ada di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat memanfaatkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam bertransaksi dengan pelanggannya. Maedina Urfah yang biasa dipanggil Dina ini memulai bisnisnya itu sejak menjadi reseller pakaian (menjual produk/pakaian orang lain) hingga kini memiliki toko sendiri.

Dina mulai membuka tokonya sejak tahun 2021, namun jauh sebelum itu, dia sudah lama menjual pakaian. Bedanya, dulu dia hanya menjual pakaian atau produk orang lain dan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan. Sementara saat ini sudah memiliki toko sendiri, sehingga bisa menjual dalam jumlah yang lebih banyak.

Sejak menjadi reseller hingga memiliki toko sendiri, Dina memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan barang jualannya. Saat ini, dia sudah memiliki tujuh karyawan yang membantunya mengelola toko tersebut.

“Toko ini dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait tren dan mode, terutama bagi masyarakat di Lombok,” kata Dina, Jumat (29/11/2024).

1.Modal Rp250 ribu

Koleksi di Toko Pitagoras milik Maedina Urfah. (Dok Maedina Urfah)

Dina menceritakan modal awal saat dirinya memulai bisnis tersebut. Dia mengaku modalnya tidak besar, karena menjadi reseller memang tidak membutuhkan modal yang banyak.

“Modal awal saya itu Rp250 ribu. Saya pesan barang, kemudian saya jual lagi. Itu dulu kecil-kecilan karena modalnya juga tidak banyak,” kata Dina.

Keuntungan dari setiap penjualan itu tidak digunakan untuk keperluan lain. Saat itu, Dina juga bekerja menjadi guru private untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara keuntungan dari bisnisnya itu diputar kembali untuk menambah modal.

“Keuntungan yang saya dapatkan itu saya pakai untuk menambah modal. Maklum modalnya kecil, jadi kalau mau semakin besar, ya modal harus terus ditambah,” ujarnya.

Dua tahun kemudian, Dina merasa bahwa modalnya cukup untuk membuka toko pakaian. Dia kemudian membuka toko di Kecamatan Pringgasela pada awal 2021. Meski sudah membuka toko, penjualan secara daring masih tetap dilakukan.

“Masih jualan secara online sampai sekarang. Setelah pembayaran berhasil, baru setelah itu saya kirimkan barangnya. Saya menggunakan aplikasi BRI Mobile Banking (BRImo), jadi mudah untuk cek pembayaran yang sudah masuk,” ujarnya.

Ribuan lembar pakaian, celana dan barang lainnya terjual setiap bulan. Harga pakaiannya cukup beragam dan terjangkau, ada yang harga Rp25 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Dia juga memberi apresiasi kepada semua karyawannya yang bekerja dengan baik, sehingga dapat meningkatkan penjualan.

“Ini tidak terlepas dari kerja sama tim dari semua karyawan, sehingga kami bisa terus menambah stok dan bisa memberikan banyak pilihan bagi pelanggan,” ujarnya.

2.Rutin promosi lewat konten

Toko Pitagoras milik Dina menjual ragam jenis pakaian, mulai dari pakaian anak-anak, remaja hingga dewasa. Barang yang dijual seperti baju, celana, topi, sandal dan lainnya. Target pasarnya lebih banyak anak muda, sehingga dia lebih sering mempromosikan barang jualannya itu melalui media sosial.

Dari tujuh karyawan yang ada di tokonya, dua orang melayani pelanggan di toko, empat orang pembuat konten promosi dan satu orang admin. Dia merasa pembuat konten harus lebih banyak, karena promosi harus dilakukan setiap hari.

“Konten-konten yang kami buat kemudian dipromosikan di Instagram, Facebook, TikTok dan Shopee dengan nama Pitagoras Store,” ujar Dina.

Pemasaran secara daring ini cukup berhasil, sebab 50 persen pelanggannya memesan secara daring. Selain mengirim barang melalui ekspedisi, Dina juga melakukan COD (cash on delivery) bersama pelanggannya.

“Dari masih jadi reseller sudah sering COD, tapi sekarang Alahamdulillah sudah ada yang bantu untuk delivery. Kalau dulu itu saya antar sendiri,” kata Maedina.

Dia merasakan suka dan duka berjualan secara online. Menurutnya, jatuh dan bangun dalam menjalankan bisnis adalah hal yang biasa, namun harus tetap bangkit dan berpikiran positif.

“Pernah juga janjian COD, tapi orangnya gak datang-datang. Itu saya anggap sebagai perjuangan dalam menjalankan bisnis ini. Tapi kalau sekarang, saya lebih banyak menerima pembayaran di awal yang bisa dicek dulu di mobile banking, jadi bisa menghindari kejadian seperti itu lagi,” ujarnya.

3.Alasan menggunakan BRI Mobile Banking

Koleksi di Toko Pitagoras milik Maedina Urfah. (Dok Maedina Urfah)

Dina mengatakan bahwa sebagian besar pelanggannya menggunakan BRI dalam bertransaksi. Sehingga untuk memudahkan pelanggan, dia menggunakan BRI juga sebagai nomor rekening pembayaran.

“Lebih dari 60 persen pelanggan saya menggunakan BRI. Jadi bisa lebih mudah, karena menggunakan bank yang sama. Selain itu, aplikasi BRImo juga sangat memudahkan saya, karena aplikasinya mudah diakses,” ujarnya.

Dia juga mengaku banyak kemudahan yang didapatkan saat menggunakan aplikasi BRImo. Selain kemudahan dalam akses, Dina merasa bahwa fitur yang diberikan cukup lengkap.

“Namanya kita jualan online kan butuh cepat, pelanggan juga gak suka kalau kita lelet-lelet respons. Jadi begitu pelanggan melakukan pembayaran, saya biasanya langsung cek di BRImo. Gak perlu waktu lama, saya bisa langsung konfirmasi pembayaran dari pelanggan,” kata Dina.

Dia mengaku cukup senang menggunakan aplikasi BRImo dengan semua kemudahan yang diberikan. Dia berharap bisnisnya dapat berjalan semakin baik di masa mendatang.

“Saya berharap bisnis saya ini semakin baik. Bisa buka toko cabang di daerah lain dan bisa membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi warga setempat,” harapnya.

Editorial Team

EditorLinggauni