Bank Indonesia Beri Catatan agar NTT Tak Banyak Impor Pangan

Kupang, IDN Times - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Timur (BI NTT), Agus Sistyo Widjajati, menyoroti khusus terkait sektor pangan . Tujuannya agar bisa menekan disparitas inflasi antardaerah di NTT.
Agus menyampaikan ini saat high level meeting kepada para pejabat penting dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTT. Pertemuan di Hotel Neo Aston Kupang ini didahului dengan sidak pasokan dan harga di Gudang Bulog Alak, Pelabuhan Peti Kemas Pelindo Tenau, Pasar Kasih, dan Pasar Oebobo, Selasa (15/7/2025).
1. Mandiri pangan

Ia memaparkan inflasi NTT per Juni ini sebesar 1,72% secara year on year (yoy). Angka itu memang masih terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 ± 1% per yoy. Namun demikian, tandas Agus, stabilitas inflasi ini perlu lebih diseriusi lagi. Untuk itu ia meminta sinergitas antar daerah yang makin diperkuat dan BI sendiri siap membantu mewujudkan tujuan itu.
"Dengan kemandirian pangan di setiap kabupaten dan kota agar disparitas inflasi antardaerah semakin kecil," sebut Agus.
2. Produktivitas hingga distribusi

Ia memberi catatan juga soal produktivitas dan distribusi pangan sehingga NTT bisa lebih mandiri. Berbagai pihak dapat bekerjasama dan BI pun saat ini tengah mengembangkan good agricultural practice (GAP), peningkatan kompetensi SDM, hingga hilirisasi produk hasil pertanian untuk perluasan akses pasar.
"Fokus kita harus tertuju pada peningkatan produktivitas pertanian dan pemerataan distribusi untuk memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan," kata Agus dalam keterangan yang diterima Rabu (16/7/2025).
3. Turunkan impor

Selain untuk memastikan ekonomi tumbuh berkelanjutan dan menjaga inflasi, jelas Agus, produktivitas dan distribusi yang meningkat dapat menurunkan ketergantungan NTT akan impor.
"Langkah ini juga bertujuan untuk menurunkan ketergantungan impor pangan NTT dan mendorong ekspor komoditas bernilai tambah," tandasnya.
Pada Januari lalu Agus memaparkan nilai impor NTT yang membludak hingga Rp 40,49 triliun, sedangkan ekspornya cuma Rp 5,88 triliun. Kenyataannya NTT masih mengharapkan kebutuhan pokoknya terpenuhi dengan impor dari Jawa Timur, Jakarta, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan selama 2024.