Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi teman bermuka dua (pexels.com/Liza Summer)

Mataram, IDN Times - Tujuan utama dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah membangun hubungan yang sehat dan saling menguntungkan. Namun, tidak semua orang bersikap jujur dan tulus dalam pergaulan. Tanpa disadari, ada orang-orang bermuka dua di antara teman-teman kita, yang berpotensi merusak kepercayaan dan menciptakan suasana tidak nyaman.

Sikap bermuka dua sering kali sulit dikenali karena mereka tampak seperti teman yang baik dan suportif, padahal ada niat tersembunyi di balik sikap tersebut. Untuk melindungi diri dari pengaruh negatif, penting bagi kita untuk memahami beberapa tanda dari orang yang bermuka dua. Berikut ini adalah ciri-ciri yang perlu kamu waspadai!

1. Ucapan selalu berbeda dengan niatnya

Ilustrasi berbicara buruk dibelakang teman (pexels.com/Yan Krukau)

Salah satu tanda paling mencolok dari orang bermuka dua adalah perilaku yang berbeda di setiap situasi. Mereka menunjukkan sikap ramah dan mendukung ketika berhadapan langsung, namun berbicara negatif atau merendahkan saat kita tidak ada.

Ketidakjujuran seperti ini bisa merusak reputasi dan kepercayaan dalam hubungan. Tidak hanya itu, perilaku tersebut dapat menimbulkan luka emosional serta kebingungan di antara teman-teman lainnya. Akibatnya, tercipta lingkungan yang toksik dan hubungan yang dipenuhi kebohongan.

2. Memanfaatkan hubungan dengan orang lain

Ilustrasi memanfaatkan hubungan dengan orang lain (pexels.com/Gustavo Fring)

Orang bermuka dua sering memanfaatkan hubungan untuk keuntungan pribadi. Mereka berpura-pura peduli atau menunjukkan empati demi mendapatkan dukungan. Namun, begitu situasi tidak lagi menguntungkan, mereka tidak akan ragu untuk meninggalkan orang tersebut.

Perilaku manipulatif ini membuat teman-teman merasa dimanfaatkan dan kecewa. Akhirnya, banyak orang yang memilih menjauh dan mengurangi interaksi dengan individu bermuka dua ini.

3. Sering melakukan manipulasi

Ilustrasi suka manipulasi teman (pexels.com/Yan Krukau)

Manipulasi dalam lingkungan sosial juga menjadi salah satu taktik orang bermuka dua. Mereka menciptakan konflik antara orang lain untuk memperkuat posisi mereka sendiri. Misalnya, mengadu domba antara dua teman agar terjadi ketegangan di antara mereka.

Tindakan ini dapat merusak kepercayaan dan menciptakan lingkungan pertemanan yang tidak sehat. Ketika orang-orang terjebak dalam permainan manipulatif ini, kerja sama berkurang dan rasa saling percaya mulai memudar.

4. Gak bisa konsisten dengan pendapatnya

Ilustrasi berdebat dalam pekerjaan (pexels.com/AlphaTradeZone)

Ketidakonsistenan dalam berpendapat adalah ciri khas lainnya dari orang bermuka dua. Mereka dengan mudah mengubah pandangan tergantung pada siapa yang mereka ajak bicara. Pendapat yang diungkapkan selalu disesuaikan dengan kelompok yang sedang mereka hadapi.

Hal ini membuat orang lain sulit untuk mempercayai mereka. Ketika seseorang menunjukkan ketidakstabilan dalam pendapatnya, rasa ragu muncul, yang pada akhirnya menghambat terbentuknya hubungan yang lebih mendalam. Keterbukaan dan kejujuran sangat penting dalam membangun kepercayaan, dan perilaku ini dapat dengan cepat merusaknya.

5. Mencari dukungan dari banyak pihak

Ilustrasi mencari banyak dukungan (pexels.com/Thirdman)

Orang bermuka dua sering berusaha mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dengan menampilkan diri sebagai pribadi yang baik di depan umum, namun menyimpan pendapat pribadi yang bertentangan. Hal ini menciptakan citra diri yang tidak otentik dan membuat orang lain bingung.

Saat seseorang terlalu terobsesi dengan penilaian orang lain, mereka cenderung mengorbankan kejujuran dan integritas. Usaha terus-menerus untuk mendapatkan dukungan dengan cara menipu diri sendiri dapat memicu stres, kecemasan, dan menurunkan rasa percaya diri.

Mengenali tanda-tanda orang bermuka dua sangat penting untuk menjaga hubungan yang sehat dan produktif. Jika kamu melihat tanda-tanda ini pada diri sendiri atau orang lain, mungkin sudah saatnya untuk melakukan refleksi dan memperbaiki sikap. Lebih baik jujur terhadap diri sendiri dan orang lain daripada hidup dalam kepalsuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team