Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Masalah Terberat yang Dihadapi di Tahun Pertama Pernikahan

Ilustrasi masalah terberat yang dihadapi di tahun pertama pernikahan. (Pinterest/relationshipculture.com)

Tahun pertama pernikahan sering dianggap sebagai masa bulan madu yang penuh kebahagiaan. Namun, realitanya tidak selalu semanis bayangan. Di tahun pertama inilah, dua individu dengan latar belakang, kebiasaan, dan nilai yang berbeda mencoba menyatu dalam satu kehidupan bersama. Perbedaan-perbedaan tersebut kerap kali memicu berbagai tantangan yang bisa mengguncang pondasi awal rumah tangga.

Dalam pernikahan, fondasi yang kuat justru terbentuk dari bagaimana kamu melewati tantangan-tantangan awal ini. Tahun pertama bukan hanya soal cinta, tapi juga soal penyesuaian, komunikasi, dan kesabaran.

Berikut ini 5 masalah terberat yang umum dihadapi di tahun pertama pernikahan.

1. Penyesuaian kebiasaan sehari-hari

Ilustrasi perilaku menyakitkan terhadap pasangan selain selingkuh. (Pinterest/La Vie Des Reines)
Ilustrasi perilaku menyakitkan terhadap pasangan selain selingkuh. (Pinterest/La Vie Des Reines)

Ketika dua orang menikah, mereka membawa kebiasaan dari keluarga dan kehidupan sebelumnya. Hal sederhana seperti cara menyikat gigi, cara menyimpan barang, hingga kebiasaan bangun tidur bisa menjadi sumber gesekan. Misalnya, satu pasangan terbiasa hidup rapi dan teratur, sementara yang lain lebih santai dan spontan. Kebiasaan ini jika tidak diselaraskan dapat memicu pertengkaran kecil namun berkepanjangan.

Kunci dalam mengatasi masalah ini adalah komunikasi dan kompromi. Penting untuk saling terbuka terhadap perbedaan dan berusaha menemukan titik tengah. Jangan menganggap bahwa pasangan harus mengikuti cara kamu sepenuhnya. Sebaliknya, lihatlah penyesuaian ini sebagai proses belajar dan tumbuh bersama.

2. Masalah keuangan

Ilustrasi masalah terberat yang dihadapi di tahun pertama pernikahan. (Pinterest/relationshipculture.com)

Urusan keuangan sering kali menjadi sumber konflik di tahun pertama pernikahan. Mulai dari siapa yang mengatur keuangan, bagaimana pengeluaran dibagi, hingga perbedaan dalam pola konsumsi. Salah satu pasangan mungkin lebih boros, sementara yang lain sangat hemat. Hal ini bisa menimbulkan rasa tidak adil dan saling menyalahkan.

Untuk menghindari konflik yang lebih besar, penting bagi pasangan untuk duduk bersama dan menyusun anggaran rumah tangga. Buat kesepakatan sejak awal tentang prioritas keuangan, seperti tabungan, cicilan, dan belanja bulanan. Dengan transparansi dan kerja sama, urusan uang bisa menjadi alat pemersatu, bukan pemecah.

3. Peran dan tanggung jawab rumah tangga

Ilustrasi aturan kecil yang bisa kamu terapkan di awal pernikahan. (Pinterest/Creative Market)

Banyak pasangan baru yang masih bingung membagi peran dalam kehidupan rumah tangga. Siapa yang bertanggung jawab mencuci piring, membersihkan rumah, atau mengurus tagihan bulanan seringkali menjadi perdebatan. Jika tidak dibicarakan sejak awal, salah satu pasangan bisa merasa terbebani.

Menentukan peran dan tanggung jawab bukan berarti harus kaku. Justru, fleksibilitas dan saling membantu adalah kunci keharmonisan. Buatlah pembagian tugas yang adil dan sesuai dengan kapasitas masing-masing, serta pastikan ada saluran komunikasi yang terbuka jika ada ketidakpuasan.

4. Campur tangan keluarga besar

Ilustrasi cara menyatu dengan keluarga pasangan tanpa merasa kehilangan diri. (Pinterest/Jatsszunk Egyutt)

Keluarga besar sering kali memiliki niat baik untuk membantu, namun kadang tanpa disadari justru memperkeruh hubungan pasangan baru. Entah itu dari orang tua yang terlalu ikut campur, atau saudara yang suka membanding-bandingkan. Jika pasangan tidak satu suara dalam menyikapi hal ini, bisa timbul konflik yang cukup serius.

Pasangan harus bersatu sebagai satu tim dalam menghadapi tekanan eksternal dari keluarga. Tegaskan batasan dengan cara yang sopan dan tetap menjaga hubungan baik. Komunikasi yang jujur dan saling mendukung satu sama lain sangat penting dalam situasi ini agar tidak memicu ketegangan tambahan.

5. Ekspektasi yang tidak realistis

Ilustrasi alasan mengapa tahun pertama pernikahan disebut ujian. (Pinterest/laviedesreines.com)

Banyak pasangan masuk ke pernikahan dengan harapan yang tinggi dan idealisasi terhadap pasangan. Namun ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya pasangan ternyata tidak seromantis yang dibayangkan, muncullah kekecewaan. Ini bisa membuat pasangan merasa menyesal atau tidak puas.

Membangun rumah tangga membutuhkan kesadaran bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Penting untuk menyesuaikan ekspektasi dan menerima pasangan apa adanya. Fokuslah pada proses membangun hubungan yang sehat dan bahagia daripada berharap pasangan berubah menjadi sosok ideal dalam pikiran kamu.

Tahun pertama pernikahan adalah ujian awal yang menentukan bagaimana sebuah hubungan akan berkembang. Tantangan-tantangan yang muncul bukan untuk memisahkan, tapi justru menjadi kesempatan untuk memperkuat ikatan. Dengan komunikasi yang jujur, sikap saling pengertian, dan komitmen untuk tumbuh bersama, pasangan bisa melewati masa sulit ini dan membangun rumah tangga yang kokoh dan harmonis.

Demikian 5 masalah terberat yang umum dihadapi di tahun pertama pernikahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us