Pernikahan bukan hanya soal berbagi rumah atau merencanakan masa depan bersama, tetapi juga seni berkomunikasi yang terus berkembang. Di awal hubungan, percakapan mungkin mengalir tanpa hambatan. Namun seiring waktu, kesibukan, tuntutan pekerjaan, dan rutinitas harian dapat membuat obrolan berubah menjadi percakapan praktis, sekadar membicarakan belanja, tagihan, atau jadwal anak.
Tanpa disadari, kualitas komunikasi emosional menurun, padahal percakapan yang penuh empati adalah jembatan utama yang menjaga keintiman dan kehangatan dalam pernikahan. Empati bukan sekadar mendengar kata-kata pasangan, tetapi memahami perasaan di baliknya. Ketika kamu dan pasangan saling terhubung secara emosional melalui percakapan, kepercayaan tumbuh, kesalahpahaman berkurang, dan rasa kebersamaan semakin kokoh.
Berikut 5 cara untuk mempertahankan percakapan yang penuh empati setelah menikah, agar hubungan tetap hangat dan mendalam meski waktu terus berjalan.