Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Tokoh Dunia yang Berhasil Keluar dari Keterpurukan Hidup

Ilustrasi tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit. (Pinterest/Dacia Fletcher)

Dalam sejarah umat manusia, banyak tokoh besar yang tidak hanya dikenang karena keberhasilannya, tetapi juga karena ketangguhannya menghadapi krisis. Di balik pencapaian gemilang mereka, tersembunyi kisah-kisah penuh luka, kehilangan, dan tekanan besar. Namun yang membedakan mereka adalah satu sikap fundamental, yaitu optimisme. Di tengah keterpurukan, mereka tetap percaya bahwa sesuatu yang baik masih mungkin terjadi.

Optimisme yang mereka tunjukkan bukanlah bentuk penyangkalan terhadap kenyataan pahit, melainkan cara berpikir aktif untuk mengubah keadaan dan tetap bertahan. Kisah-kisah ini bukan hanya menginspirasi, tetapi juga menunjukkan bahwa optimisme bisa menjadi kekuatan transformatif dalam menghadapi masa-masa tergelap.

Mari belajar dari 5 tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit.

1. Nelson Mandela, optimisme di balik jeruji besi

Ilustrasi tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit. (Pinterest/Dacia Fletcher)

Nelson Mandela menghabiskan 27 tahun hidupnya di penjara karena perjuangannya melawan apartheid di Afrika Selatan. Di balik jeruji besi, ia bisa saja menyerah, menjadi pahit, atau penuh dendam. Namun, Mandela memilih tetap memelihara harapan dan keyakinan bahwa keadilan akan menang. Dalam tulisannya, ia menyebut bahwa "Saya tidak dilahirkan dengan rasa takut. Itu adalah hal yang saya pelajari." Keyakinan itu memberinya kekuatan untuk bertahan.

Optimisme Mandela bukan sekadar impian kosong. Ia menggunakan waktu di penjara untuk belajar, merancang strategi damai, dan membangun karakter. Ketika akhirnya bebas dan menjadi presiden, ia tidak membalas dengan kebencian, melainkan merangkul lawan-lawan politiknya. Optimisme yang ia bawa mengubah arah sejarah Afrika Selatan dan menginspirasi dunia untuk percaya pada rekonsiliasi.

2. Malala Yousafzai, harapan dari luka peluru

Ilustrasi tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit. (Pinterest/British Vogue)

Malala adalah simbol global perjuangan pendidikan perempuan. Pada usia 15 tahun, ia ditembak oleh Taliban karena keberaniannya memperjuangkan hak anak perempuan untuk bersekolah di Pakistan. Bukannya mundur atau merasa hancur, Malala justru bangkit dari tragedi itu dengan kekuatan yang luar biasa. Dalam pidatonya di PBB, ia berkata, "Satu anak, satu guru, satu buku, dan satu pena dapat mengubah dunia."

Kisah Malala menunjukkan bahwa optimisme bisa lahir dari tempat paling gelap. Ia tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga tumbuh menjadi tokoh yang memperjuangkan pendidikan di seluruh dunia. Sikap positifnya tidak lahir dari kenyamanan, melainkan dari keberanian untuk bermimpi di tengah kekerasan. Optimismenya adalah bentuk perlawanan terhadap ketakutan.

3. Viktor Frankl, mencari makna di kamp konsentrasi

Ilustrasi tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit. (Pinterest/Business Insider)

Psikiater asal Austria, Viktor Frankl, adalah penyintas Holocaust yang menghabiskan waktu di kamp konsentrasi Nazi. Dalam kondisi ekstrem yang melucuti martabat manusia, ia menyadari satu hal penting, bahwa manusia bisa kehilangan segalanya kecuali satu, yaitu kemampuan untuk memilih sikapnya terhadap penderitaan. Dari pengalaman itulah lahir buku terkenalnya, Man’s Search for Meaning.

Optimisme menurut Frankl bukanlah berpikir bahwa semua akan baik-baik saja, melainkan keyakinan bahwa penderitaan pun bisa memiliki makna. Bahkan dalam penderitaan yang paling kejam, seseorang masih bisa memilih untuk tidak menyerah. Pemikirannya menjadi dasar terapi logoterapi yang hingga kini digunakan untuk membantu orang menemukan makna hidup.

4. Stephen Hawking, menantang fisik dengan pikiran

Ilustrasi tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit. (Pinterest/The Independent)

Stephen Hawking divonis menderita ALS pada usia 21 tahun dan diperkirakan hanya memiliki waktu hidup dua tahun. Namun, alih-alih menyerah pada takdir, Hawking tetap mengejar karier ilmiahnya dan menjadi salah satu fisikawan teoritis terbesar dalam sejarah. Ia pernah berkata, “Selama ada kehidupan, ada harapan.”

Keterbatasan fisiknya tidak menghalangi kejernihan pikirannya. Ia menulis buku-buku sains yang menjadi best-seller, memberikan ceramah di seluruh dunia, dan menjadi ikon semangat manusia. Optimisme Hawking bukanlah ilusi tentang kesembuhan, tetapi tentang memilih untuk tetap berkontribusi dan mencintai kehidupan di tengah kondisi yang tak ideal.

5. Anne Frank, menulis harapan dari tempat persembunyian

Ilustrasi tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit. (Pinterest/Getty Images/Andreas Rentz)

Di tengah perburuan Nazi terhadap kaum Yahudi, seorang gadis muda bernama Anne Frank menulis buku harian dari ruang persembunyian. Di usia remaja, ia menunjukkan kedalaman pandangan hidup yang luar biasa. Dalam salah satu catatannya, ia menulis, "Aku masih percaya, di lubuk hatiku yang terdalam, bahwa manusia itu baik." Pernyataan ini lahir bukan dari kenyamanan, tetapi dari tempat yang penuh ketakutan.

Tulisan Anne Frank menjadi warisan dunia tentang kemanusiaan dan harapan. Meskipun ia akhirnya meninggal di kamp konsentrasi, kata-katanya tetap hidup dan menyentuh hati jutaan orang. Optimisme yang ia tuliskan adalah bentuk kekuatan batin seorang anak yang mampu melihat cahaya di tengah kegelapan dunia.

Optimisme bukanlah milik mereka yang hidupnya mudah, tapi justru dimiliki oleh mereka yang diuji paling keras. Tokoh-tokoh dunia seperti Mandela, Malala, Frankl, Hawking, dan Anne Frank menunjukkan bahwa harapan bukanlah hasil akhir, melainkan pilihan di tengah penderitaan. Belajar dari mereka, kita bisa memahami bahwa optimisme adalah kekuatan yang membebaskan, memperkuat, dan menghidupkan makna di tengah krisis terdalam manusia.

Demikian kisah dari 5 tokoh dunia yang membuktikan bahwa harapan adalah bahan bakar untuk bangkit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us