Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi kenapa orang optimis lebih panjang umur? Ini jawaban ilmiahnya. (Pinterest/Getty Images/Urilux)

Dalam dunia yang penuh tekanan, menjadi optimis bukan hanya soal merasa bahagia, ternyata juga berkaitan erat dengan kualitas dan panjangnya hidup seseorang. Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa individu dengan pandangan hidup yang positif cenderung memiliki usia harapan hidup lebih tinggi dibandingkan mereka yang pesimis.

Optimisme bukanlah sekadar bentuk pemikiran positif belaka, melainkan suatu gaya berpikir yang terbukti memberikan dampak nyata pada kesehatan fisik dan mental. Optimisme dapat memengaruhi tubuh kita pada tingkat biologis. Misalnya, orang optimis cenderung memiliki tekanan darah yang lebih stabil, sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat, serta risiko penyakit kronis yang lebih rendah.

Penulis akan mengulas bagaimana dan mengapa optimisme berdampak besar pada umur panjang melalui lensa ilmiah, psikologis, dan medis.

1. Optimisme dan kesehatan kardiovaskular

Ilustrasi fakta psikologis tentang priming, bagaimana pikiran diarahkan tanpa disadari. (Pinterest/lightroompresets.com)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki sikap optimis mengalami penurunan risiko penyakit jantung koroner. Dalam sebuah studi besar yang diteliti oleh Boehm dan kawan-kawan pada tahun 2019 yang diterbitkan dalam JAMA Network Open, ditemukan bahwa individu dengan tingkat optimisme tinggi memiliki kemungkinan 35% lebih rendah untuk mengalami kejadian kardiovaskular besar dibandingkan mereka yang pesimis.

Hal ini disebabkan oleh kecenderungan orang optimis untuk mengelola stres dengan lebih baik dan menjalani gaya hidup sehat. Optimisme juga berkaitan dengan rendahnya tingkat peradangan dalam tubuh dan kestabilan detak jantung. Peradangan kronis sering dikaitkan dengan perkembangan penyakit jantung, dan optimisme terbukti dapat mengurangi kadar biomarker inflamasi tertentu.

Ini menjelaskan mengapa mereka yang optimis tidak hanya merasa lebih sehat, tapi juga benar-benar memiliki jantung yang lebih sehat secara fisiologis.

2. Pengaruh optimisme terhadap imunitas

Ilustrasi jika aku mati besok, apakah hidupku hari ini sudah bermakna? (Pinterest/Getty Images/greenleaf123)

Orang optimis cenderung memiliki sistem imun yang lebih kuat, yang merupakan kunci utama dalam mempertahankan kesehatan jangka panjang. Sebuah studi yang dilakukan oleh Segerstrom dan Sephton pada tahun 2010 dengan judul Optimistic expectancies and cell-mediated immunity: The role of positive affect menunjukkan bahwa mahasiswa hukum yang menunjukkan peningkatan optimisme mengalami peningkatan aktivitas sel imun alami (natural killer cells), yang merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi dan kanker.

Kondisi mental yang positif tampaknya membantu menyeimbangkan hormon stres seperti kortisol, yang jika dibiarkan tinggi dalam waktu lama dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Karena itu, optimisme secara tidak langsung menjaga ketahanan tubuh dalam menghadapi penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit kronis yang lebih serius.

3. Hubungan antara optimisme dan gaya hidup sehat

Ilustrasi seni menata ulang energi lewat praktik self-care. (Pinterest/mindbodygreen.com)

Optimis bukan hanya merasa bahagia, optimis juga tentang mereka yang lebih cenderung menjalani kebiasaan hidup sehat. Orang dengan pandangan positif memiliki kecenderungan lebih besar untuk berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan bergizi, dan menghindari kebiasaan merusak seperti merokok atau mengonsumsi alkohol berlebihan, ungkap Carver dan kawan-kawan dalam jurnal Clinical Psychology Review.

Selain itu, mereka cenderung patuh pada pengobatan atau terapi yang dijalani ketika sakit. Hal ini menunjukkan bahwa optimisme bukan hanya kondisi psikologis, melainkan juga menjadi motivasi untuk menjaga diri secara fisik. Dengan gaya hidup sehat yang konsisten, tentu saja peluang untuk hidup lebih lama akan meningkat secara signifikan.

4. Resiliensi mental dan pengaruhnya pada harapan hidup

Ilustrasi sisi terdalam dari memaafkan mereka yang tak pernah meminta maaf. (Pinterest/Nettie Wooster)

Salah satu kekuatan orang optimis adalah kemampuan mereka untuk bangkit dari keterpurukan atau stres. Mereka memiliki resiliensi yang tinggi, yang memungkinkan mereka menyesuaikan diri dengan situasi sulit tanpa menyerah. Dalam jangka panjang, ini membantu menjaga kesehatan mental tetap stabil dan menghindari gangguan seperti depresi dan kecemasan yang kronis, ungkap Tugade dan Fredrickson dalam Journal of Personality and Social Psychology.

Resiliensi ini membuat mereka memiliki pemahaman bahwa krisis adalah bagian dari hidup, dan hal tersebut tidak serta-merta meniadakan harapan masa depan. Dengan sikap seperti itu, mereka mengalami lebih sedikit kelelahan emosional yang dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik, termasuk gangguan tidur dan tekanan darah tinggi.

5. Optimisme dan efek langsung terhadap umur panjang

Ilustrasi kenapa orang optimis lebih panjang umur? Ini jawaban ilmiahnya. (Pinterest/Getty Images/Urilux)

Salah satu studi paling menonjol yang menghubungkan optimisme dengan umur panjang dilakukan oleh Lee dan kawan-kawan pada tahun 2019 dari Harvard T.H. Chan School of Public Health. Studi ini menemukan bahwa wanita yang paling optimis hidup rata-rata 15% lebih lama dan memiliki kemungkinan 50–70% lebih besar untuk mencapai usia 85 tahun dibandingkan wanita yang paling pesimis. Hasil serupa juga ditemukan pada pria.

Efek ini tetap signifikan bahkan setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti status ekonomi, kondisi kesehatan awal, dan gaya hidup. Hal ini memperkuat argumen bahwa optimisme bukan hanya tambahan pelengkap dalam hidup, tetapi fondasi penting yang bisa memperpanjang umur seseorang secara nyata.

Optimisme bukanlah ilusi positif belaka. Ia adalah kekuatan mental yang terbukti secara ilmiah membawa dampak pada kesehatan fisik, mental, dan bahkan panjang umur. Orang optimis cenderung memiliki jantung yang lebih sehat, sistem imun yang kuat, gaya hidup yang lebih baik, serta kemampuan adaptasi terhadap tekanan hidup. Dengan kata lain, memiliki pandangan yang positif terhadap masa depan dapat menjadi strategi hidup panjang yang nyata.

Demikian ulasan mengenai bagaimana dan mengapa optimisme berdampak besar pada umur panjang melalui lensa ilmiah, psikologis, dan medis. Semoga bermanfaat, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLinggauni