Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi mengapa kita tidak menyukai rekaman suara sendiri? (Pinterest/Woman.es)

Intinya sih...

  • Suara rekaman terdengar berbeda karena perbedaan jalur transmisi suara, menghilangkan efek resonansi tulang.

  • Suara kita adalah bagian identitas, namun fenomena ini juga berdampak psikologis dan sosial.

  • Otak manusia memiliki kemampuan memodifikasi suara internal dan teknologi saat ini memungkinkan mendekati pengalaman mendengar suara seperti orang lain.

Banyak orang terkejut mendengar rekaman suara mereka sendiri. Rasanya asing, bahkan canggung, seolah suara itu milik orang lain. Fenomena ini menimbulkan satu pertanyaan mendalam: Apakah kita punya “suara asli” yang sebenarnya tidak pernah kita dengar?.

Ternyata, jawaban atas pertanyaan ini lebih kompleks dari sekadar perbedaan antara suara kita di kepala dan suara di rekaman. Ilmu anatomi, fisika suara, hingga psikologi berperan besar dalam bagaimana kita mengenali (atau salah mengenali) suara kita sendiri.

Suara bukan hanya sekadar getaran pita suara yang keluar dari mulut. Proses mendengarkan suara sendiri melibatkan tulang-tulang di kepala, rongga sinus, hingga resonansi tubuh. Inilah sebabnya, suara kita yang kita dengar saat berbicara terdengar lebih hangat, dalam, atau “bulat” dibandingkan dengan suara rekaman. Perbedaan ini bukan ilusi semata, melainkan konsekuensi dari cara kerja tubuh dan otak manusia dalam memproses gelombang suara.

Mari kita telusuri lebih dalam misteri mengenai alasan mengapa kita tidak menyukai rekaman suara kita sendiri.

1. Mengapa suara rekaman terdengar berbeda?

Ilustrasi echoic memory, menangkap suara yang penting di tengah kebisingan. (Pinterest/Martijn van Meijel)

Salah satu penyebab utama mengapa kita terkejut mendengar suara rekaman adalah karena perbedaan jalur transmisi suara. Saat berbicara, kita mendengar suara kita sendiri lewat dua jalur: konduksi udara (suara keluar lewat mulut dan masuk ke telinga luar) dan konduksi tulang (getaran yang merambat langsung melalui tengkorak ke koklea di telinga dalam). Suara yang lewat tulang cenderung terdengar lebih rendah dan penuh karena frekuensi rendah lebih efektif ditransmisikan lewat tulang.

Sementara itu, rekaman hanya menangkap suara yang keluar ke udara dan ditangkap mikrofon, yang sebagian besar kehilangan efek resonansi tulang. Hasilnya, suara terdengar lebih tinggi, tipis, dan kurang kaya dibanding yang kita dengar sendiri. Bagi banyak orang, ini memicu rasa asing atau bahkan tidak suka pada suara mereka sendiri.

2. Suara diri: identitas atau ilusi?

Ilustrasi tanda kelelahan emosional yang sering diabaikan. (Pinterest/momjunction.com)

Menariknya, suara adalah bagian penting dari identitas kita. Kita mengenali orang lain lewat suara, sama halnya orang lain mengenali kita. Namun ironisnya, kita sendiri tidak pernah mendengar “suara asli” kita seperti orang lain mendengarnya. Sejumlah peneliti menyebut fenomena ini sebagai acoustic self-recognition paradox.

Hal ini juga berdampak psikologis. Beberapa orang merasa canggung mendengar rekaman suara mereka karena tidak sesuai dengan citra diri yang mereka miliki. Suara menjadi bagian dari konsep diri, sehingga perubahan persepsi suara dapat memicu kecanggungan sosial atau rasa tidak percaya diri, terutama bagi mereka yang bekerja di bidang publik seperti penyiar, guru, atau pembicara publik.

3. Bagaimana otak memodifikasi suara kita?

Ilustrasi kenapa orang pintar susah dapat pasangan? (Pinterest/Milan)

Otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk memodifikasi suara internal agar terasa familiar. Ketika kita berbicara, otak secara otomatis memprediksi bagaimana suara kita akan terdengar, lalu mengoreksi jika ada perbedaan. Proses ini dikenal sebagai auditory feedback loop.

Namun, saat mendengar rekaman, otak tidak lagi bisa mengoreksi suara yang telah terekam. Hasilnya, suara terdengar “salah” atau tidak sesuai dengan harapan. Ini juga alasan mengapa aktor, penyanyi, atau penyiar sering memerlukan latihan mendengarkan rekaman diri agar terbiasa dengan bagaimana suara mereka sebenarnya terdengar di telinga orang lain.

4. Mungkinkah mendengar suara asli kita sendiri?

Ilustrasi mengapa kita tidak menyukai rekaman suara sendiri? (Pinterest/Woman.es)

Secara teknis, kita tidak bisa mendengar suara kita sendiri persis seperti orang lain mendengarnya karena resonansi tulang selalu terlibat ketika kita berbicara. Namun, teknologi saat ini memungkinkan kita mendekati pengalaman tersebut. Beberapa studio rekaman profesional memakai headphone “open-back” dan teknik equalizing untuk mendekatkan suara monitor dengan suara yang direkam.

Meski begitu, hasilnya tidak 100% identik. Resonansi tubuh tetap tak tergantikan. Bahkan para ahli menyatakan bahwa sepenuhnya mendengar suara kita seperti orang lain mendengarnya mungkin adalah pengalaman yang tidak akan pernah sepenuhnya bisa kita rasakan, kecuali kita benar-benar berbicara melalui rekaman dan mendengarkan ulang.

5. Mengapa kita tidak menyukai suara kita sendiri?

Ilustrasi mengenal fenomena earworm, lagu yang tersangkut di kepala. (Pinterest/New York Post Shopping)

Fenomena tidak suka mendengar rekaman suara sendiri bukan sekadar masalah teknis, melainkan juga psikologis. Saat kita mendengar rekaman, kita seakan mendengar “orang asing” berbicara, meski itu suara kita. Hal ini memicu ketidaknyamanan, karena tidak sesuai dengan suara yang kita bayangkan selama ini.

Selain itu, suara kita sering diasosiasikan dengan kepribadian. Jika suara terdengar lebih nyaring, lebih cempreng, atau lebih lemah dibanding bayangan diri, hal itu bisa mengganggu konsep diri dan rasa percaya diri. Ini bahkan bisa memicu kecemasan sosial pada sebagian orang, terutama mereka yang pekerjaannya banyak mengandalkan suara. Namun kabar baiknya, semakin sering kita mendengar rekaman suara kita, otak cenderung mulai “menerima” suara itu sebagai bagian dari diri kita, sehingga rasa canggung pun perlahan berkurang.

Kesimpulannya, mungkin benar kita punya “suara diri sendiri” yang tidak pernah benar-benar kita dengar sepenuhnya. Suara kita di kepala selalu bercampur dengan resonansi tulang, sedangkan suara rekaman mendekati apa yang didengar orang lain. Itulah sebabnya, mendengar rekaman suara sendiri bisa terasa seperti mendengar orang lain. Jadi, kalau kamu cringe mendengar suaramu sendiri, tenang saja, kamu tidak sendirian!

Demikian pembahasan mengenai alasan mengapa kita tidak menyukai rekaman suara kita sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team