Ternyata ini Alasan Mengapa Kita Susah Mengingat Awal Mimpi

Pernahkah kamu bangun tidur dengan ingatan akan mimpi yang terasa begitu jelas, tapi jika ditanya bagaimana awal ceritanya, kamu mendadak bingung? Rasanya seperti kita hanya mengingat potongan-potongan terakhir, sementara bagian awal mimpi menghilang begitu saja. Fenomena ini terjadi pada hampir semua orang.
Meskipun mimpi bisa terasa panjang dan dramatis, ingatan kita terhadap mimpi justru sering kabur, terutama bagian permulaan. Para ilmuwan telah lama mempelajari misteri mimpi. Kenapa kita bisa mengingat adegan tertentu dengan detail, tetapi tidak pernah benar-benar tahu bagaimana mimpi itu dimulai?
Berikut pembahasan mengapa kita susah mengingat awal mimpi, dari sisi biologi otak, memori, hingga faktor psikologis yang memengaruhi pengalaman tidur kita.
1. Proses penyimpanan memori saat tidur

Salah satu alasan utama kita sulit mengingat awal mimpi adalah karena mimpi terjadi saat otak dalam fase tidur REM atau rapid eye movement. Pada fase ini, aktivitas otak sangat tinggi, hampir seperti saat terjaga, tetapi fungsi hippocampus, bagian otak yang bertugas memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, justru melemah. Akibatnya, banyak “fragmen” mimpi yang tidak tersimpan dengan baik.
Hal ini membuat kita hanya menyimpan potongan mimpi yang terjadi persis sebelum kita terbangun, karena momen itu masih segar dalam memori kerja otak. Itulah sebabnya bagian awal mimpi, yang terjadi lebih awal dalam siklus tidur, cenderung hilang atau terfragmentasi. Kita seolah hanya mengingat “highlight” terakhir sebelum terbangun.
2. Sifat mimpi yang non-linear

Berbeda dengan cerita film atau buku, mimpi tidak selalu memiliki struktur narasi yang runtut. Seringkali mimpi melompat-lompat dari satu adegan ke adegan lain tanpa logika. Otak tidak menyusun mimpi seperti alur cerita dengan awal, tengah, dan akhir.
Hal ini membuat sulit bagi otak kita untuk menentukan “awal” mimpi. Ketika bangun, kita hanya mengingat cuplikan yang paling emosional atau paling aneh. Karena mimpi tidak punya garis waktu yang jelas, bagian awalnya sering tercampur atau hilang begitu saja. Otak lebih suka menyimpan momen puncak daripada detail awal yang mungkin membosankan atau kabur.
3. Peran emosi dalam ingatan mimpi

Emosi berperan besar dalam menentukan bagian mana dari mimpi yang akan kita ingat. Mimpi yang menakutkan, membuat sedih, atau sangat membahagiakan cenderung meninggalkan jejak memori lebih kuat, ungkap Nielsen dan Levin dalam jurnal Sleep Medicine Reviews. Namun, emosi biasanya muncul di pertengahan atau akhir mimpi, bukan di awal.
Itulah sebabnya kita lebih sering mengingat momen dramatis di mimpi, seperti dikejar, jatuh, atau bertemu orang penting, tetapi tidak mengingat bagaimana mimpi itu dimulai. Sistem limbik otak, yaitu pusat pengolah emosi lebih aktif dalam fase REM, membantu memprioritaskan ingatan berdasarkan intensitas emosi, bukan urutan waktu.
4. Gangguan pergeseran kesadaran

Saat mimpi, kesadaran kita berada dalam kondisi yang sangat berbeda dari saat terjaga. Peralihan dari tidur ke bangun, atau sebaliknya, sering menciptakan disorientasi. Proses “pergeseran kesadaran” ini membuat memori di awal mimpi mudah terhapus atau bercampur dengan imajinasi saat kita baru saja bangun, kata Hobson dalam bukunya Dreaming: An introduction to the science of sleep.
Kadang, kita merasa mimpi sudah berlangsung lama, padahal sebenarnya hanya terjadi dalam hitungan detik sebelum bangun. Saat otak beralih ke keadaan sadar, hanya fragmen mimpi terakhir yang masih sempat “tersalin” ke memori jangka pendek. Semua yang terjadi sebelumnya perlahan lenyap atau menjadi samar.
5. Kurangnya upaya mengingat mimpi

Faktor lain adalah kita jarang berusaha mengingat mimpi, apalagi bagian awalnya. Begitu bangun, perhatian kita langsung teralihkan ke aktivitas lain. Penelitian Schredl dalam jurnal Perceptual and Motor Skills menunjukkan bahwa orang yang rutin mencatat mimpi atau dream journal cenderung mengingat mimpi lebih panjang, termasuk awalnya.
Tanpa latihan, memori mimpi kita memang sangat rapuh. Bahkan saat kita sempat mengingat awal mimpi beberapa detik setelah bangun, detailnya cepat menghilang karena tidak segera dicatat. Inilah mengapa banyak orang merasa hanya mengingat potongan akhir mimpi, meski sebenarnya mereka sempat mengingat bagian awalnya.
Sulitnya mengingat awal mimpi bukan karena kita “lupa,” melainkan akibat cara kerja otak saat tidur. Dari lemahnya penyimpanan memori saat REM, sifat mimpi yang non-linear, dominasi emosi, hingga pergeseran kesadaran, semuanya berperan menciptakan celah ingatan. Meski terdengar misterius, fenomena ini sekaligus mengungkap betapa kompleks dan menakjubkannya cara kerja otak manusia saat bermimpi.
Itulah pembahasan mengapa kita susah mengingat awal mimpi, dari sisi biologi otak, memori, hingga faktor psikologis yang memengaruhi pengalaman tidur kita.