Di era digital, internet bukan hanya sarana komunikasi, melainkan juga ruang sosial tempat manusia mengekspresikan diri, bersosialisasi, dan mencari validasi. Media sosial memungkinkan kita terhubung tanpa batas, tetapi juga melahirkan risiko baru, cyberbullying, komentar kebencian, tekanan citra diri, hingga rasa cemas akibat perbandingan sosial.
Fenomena ini telah menjadikan kesehatan mental sebagai isu mendesak yang tak terpisahkan dari penggunaan teknologi sehari-hari. Ketahanan atau resilience menjadi semakin relevan dalam menghadapi dinamika digital. Bagaimana kita bertahan secara psikologis di tengah arus informasi yang deras, komentar negatif, atau tuntutan eksistensi online?
Lewat artikel ini, penulis membahas bagaimana ketahanan mental dibentuk, diuji, dan diperkuat dalam konteks media sosial dan cyberbullying, serta strategi praktis agar tetap waras di dunia maya.