Semantic Satiation: ketika Kata yang Diulang-ulang jadi Memudar

- Semantic satiation adalah fenomena psikologis di mana makna suatu kata hilang sementara akibat pengulangan terus-menerus.
- Otak mengalami semantic satiation karena sistem saraf cenderung mengurangi respons terhadap informasi yang sama berulang kali, dalam mekanisme yang dikenal sebagai neural adaptation.
- Terapi gangguan kecemasan atau trauma dapat menggunakan teknik pengulangan kata untuk menumpulkan respons emosional, dan pengulangan kata dalam iklan bisa menyebabkan audiens mati rasa terhadap pesan yang disampaikan.
Pernahkah kamu mengulang sebuah kata berkali-kali hingga terdengar aneh, tidak bermakna, atau bahkan terasa seperti bukan bahasa sendiri? Misalnya, mengulang kata “kursi” terus-menerus, lalu tiba-tiba kata itu seolah menjadi suara kosong yang tidak masuk akal. Fenomena ini disebut semantic satiation, yaitu sebuah efek psikologis yang membuat arti suatu kata seakan-akan memudar setelah diulang-ulang dalam waktu singkat.
Meskipun terdengar seperti gangguan aneh, semantic satiation adalah respons normal dari otak manusia terhadap rangsangan berulang. Fenomena ini menarik perhatian para peneliti karena mengungkap bagaimana otak memproses, menyimpan, dan memberi makna pada bahasa. Ia juga menunjukkan bahwa makna bukan hanya berasal dari kata itu sendiri, tetapi juga dari bagaimana dan seberapa sering otak memanggil representasi mental dari kata tersebut.
Berikut ulasan lengkap mengenai fenomena semantic satiation, ketika kata yang diulang-ulang jadi kehilangan makna.
1. Apa itu semantic satiation?

Semantic satiation adalah fenomena psikologis ketika makna suatu kata hilang sementara akibat pengulangan terus-menerus. Saat kamu mengulang sebuah kata 20 hingga 30 kali secara cepat, otak kamu mengalami semacam kelelahan semantik, yaitu koneksi antara kata dan artinya terganggu, yang menyebabkan persepsi terhadap kata itu menjadi aneh atau hampa makna.
Fenomena ini pertama kali diteliti pada awal abad ke-20 oleh psikolog Edward Titchener dan Leon Jakobovits James. Penelitian mereka menunjukkan bahwa pengulangan kata menyebabkan penurunan aktivitas saraf yang berkaitan dengan pengolahan makna. Artinya, otak bosan atau lelah dengan makna tersebut untuk sementara waktu, seperti saat telinga kita menjadi kebal terhadap suara latar yang terus-menerus.
2. Mengapa otak mengalami semantic satiation?

Otak kita dirancang untuk efisiensi. Ketika menerima informasi yang sama berulang kali, sistem saraf cenderung mengurangi respons terhadap rangsangan tersebut. Mekanisme ini dikenal sebagai neural adaptation. Dalam kasus semantic satiation, ini berarti otak berhenti menanggapi kata yang terus diulang karena dianggap tidak memberikan informasi baru.
Proses ini tidak hanya terjadi pada kata, tetapi juga pada rangsangan lain seperti suara, cahaya, atau aroma. Namun, pada bahasa, efeknya menjadi unik karena makna kata sangat terkait dengan konteks dan pengalaman pribadi. Ketika konteks hilang dan kata hanya menjadi bunyi berulang, otak seolah memutus hubungan antara bunyi dan makna.
3. Aplikasi dan implikasi dalam kehidupan sehari-hari

Meskipun terlihat sepele, semantic satiation bisa memiliki aplikasi praktis. Misalnya, dalam terapi gangguan kecemasan atau trauma, mengulang kata atau frasa tertentu yang menimbulkan kecemasan dapat membantu menumpulkan respon emosional terhadap kata itu. Teknik ini kadang digunakan dalam pendekatan seperti exposure therapy.
Selain itu, fenomena ini juga menjelaskan mengapa kata-kata dalam iklan atau slogan kadang kehilangan kekuatan setelah terlalu sering diputar. Dalam dunia branding, pengulangan memang penting, tapi jika berlebihan bisa menyebabkan audiens mati rasa terhadap pesan yang disampaikan.
4. Sebuah jendela menuju cara kerja otak

Semantic satiation adalah bukti bahwa otak bukan hanya mesin penerjemah kata, tapi juga penyaring makna. Ia mengatur ulang perhatian kita terhadap informasi yang berulang, menjaga agar kita tidak kewalahan oleh hal-hal yang tidak relevan secara kognitif.
Fenomena ini membuka ruang untuk memahami lebih jauh bagaimana bahasa, persepsi, dan pikiran saling terhubung. Jadi, lain kali ketika kamu merasa kata “rumah” terdengar aneh setelah diulang 25 kali, ingatlah itu bukan karena kamu aneh, tapi karena otak kamu sedang bekerja sebagaimana mestinya.
Demikian ulasan lengkap mengenai fenomena semantic satiation, ketika kata yang diulang-ulang jadi kehilangan makna.