Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi self-deprecating humor, humor yang bisa membuat kamu disukai. (Pinterest/Shaad Khan)
Ilustrasi self-deprecating humor, humor yang bisa membuat kamu disukai. (Pinterest/Shaad Khan)

Intinya sih...

  • Self-deprecating humor adalah bentuk lelucon atau sindiran ringan yang diarahkan pada diri sendiri.

  • Orang yang bisa menertawakan dirinya sendiri menunjukkan kepercayaan diri dan kerendahan hati secara bersamaan.

  • Gunakan self-deprecating humor dengan sadar dan selektif untuk membangun koneksi tanpa terlalu sering menggunakan atau dibuat-buat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam dunia yang semakin sensitif dan penuh tekanan sosial, banyak orang mencoba menampilkan citra terbaiknya setiap saat. Namun, ada satu bentuk humor yang justru menembus lapisan pencitraan ini dan menawarkan sesuatu yang lebih membumi, yaitu self-deprecating humor atau humor yang menertawakan diri sendiri.

Jauh dari kesan lemah, humor jenis ini justru menjadi senjata sosial yang kuat. Memunculkan kedekatan, membangun kepercayaan, dan menunjukkan kepercayaan diri yang sehat. Menertawakan kekurangan atau kesalahan pribadi bukan berarti merendahkan diri. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa seseorang nyaman dengan dirinya apa adanya, dengan segala celah dan ketidaksempurnaan.

Di tangan yang tepat, humor semacam ini bisa menghilangkan ketegangan, menyatukan orang dalam obrolan hangat, bahkan meredam kritik atau konflik. Mari kita telaah lebih dalam kekuatan dari humor yang tampak sederhana ini.

Berikut ulasan self-deprecating humor, ketika menertawakan diri sendiri jadi sumber kekuatan.

1. Apa itu self-deprecating humor?

Ilustrasi self-deprecating humor, humor yang bisa membuat kamu disukai. (Pinterest/AntonioGuillem)

Self-deprecating humor adalah bentuk lelucon atau sindiran ringan yang diarahkan pada diri sendiri. Biasanya digunakan untuk menertawakan kelemahan, kegagalan kecil, atau hal-hal lucu yang dialami secara pribadi. Jenis humor ini sering terdengar dalam percakapan santai, stand-up comedy, bahkan pidato publik yang ingin terasa lebih membumi dan relatable.

Daripada membanggakan diri atau menghindari kekurangan, pelaku humor ini memilih untuk mengakui dan bahkan membumbui kelemahannya sendiri. Misalnya, seseorang yang mengatakan, “Saya sangat buruk dalam matematika, sampai kalkulator pun menyerah.”

Humor seperti ini membuat audiens merasa lebih dekat karena tidak ada kesan ingin unggul atau mendominasi, justru sebaliknya, terasa jujur dan menyenangkan.

2. Mengapa humor ini bisa membuat kamu disukai?

Ilustrasi self-deprecating humor, humor yang bisa membuat kamu disukai. (Pinterest/Shaad Khan)

Dalam psikologi sosial, dikenal istilah pratfall effect, yaitu ketika orang yang kompeten melakukan kesalahan kecil, mereka justru terlihat lebih menarik dan manusiawi. Self-deprecating humor bekerja dengan prinsip yang sama, bahwa orang yang bisa menertawakan dirinya sendiri menunjukkan kepercayaan diri dan kerendahan hati secara bersamaan.

Alih-alih memberi kesan sombong atau penuh pertahanan, seseorang yang berani terbuka terhadap kelemahannya justru lebih mudah dipercaya. Kita semua punya ketidaksempurnaan, dan ketika orang lain bisa menunjukkan miliknya dengan ringan, itu menciptakan ruang empati. Humor ini menjadi cara halus untuk berkata, “Saya juga manusia seperti kamu.”

3. Batas sehat dalam menertawakan diri sendiri

Ilustrasi alasan liburan bersama pasangan bisa bikin hubungan lebih langgeng. (Pinterest/Stocksy United)

Meskipun bermanfaat, humor ini tetap perlu keseimbangan. Terlalu sering menertawakan diri sendiri, terutama dalam konteks yang serius atau saat digunakan sebagai tameng untuk menghindari kritik, bisa membuat orang mempertanyakan kompetensi atau harga diri seseorang. Bahkan, bisa muncul kesan bahwa seseorang menyabotase dirinya sendiri secara tidak sadar.

Kuncinya adalah menggunakan humor ini dengan sadar dan selektif. Gunakan untuk mencairkan suasana, membangun koneksi, atau menyeimbangkan kesan profesional yang terlalu kaku. Namun hindari menjadikan diri sendiri sebagai karakter lelucon yang terus-menerus diejek, bahkan oleh diri sendiri.

Humor ini kuat, tapi hanya jika digunakan sebagai ekspresi kekuatan, bukan pelarian dari ketidaknyamanan.

4. Kapan dan bagaimana menggunakannya dengan efektif

Ilustrasi tanda seseorang bahagia saat berada di dekatmu. (Pinterest/Kate Pritchard)

Self-deprecating humor sangat efektif dalam situasi sosial yang canggung, dalam wawancara kerja untuk menunjukkan keaslian, atau saat presentasi untuk membangun kehangatan dengan audiens. Namun, yang membuatnya efektif adalah kejujuran dan ketulusan dalam penyampaian. Jika terasa dibuat-buat atau diulang terlalu sering, kesannya bisa berubah menjadi pencitraan.

Gunakan humor ini sebagai pelengkap dari kekuatan kamu. Misalnya, setelah menyampaikan fakta atau pencapaian, kamu bisa menyisipkan humor ringan tentang pengalaman konyol saat meraihnya. Dengan begitu, audiens tetap melihat kapabilitas kamu, tetapi juga merasa kamu tidak terlalu tinggi hati.

Perpaduan antara kompetensi dan kehangatan inilah yang membuat humor ini disukai banyak orang.

5. Ketika tertawa menjadi cermin kedewasaan

Ilustrasi tanda seseorang bahagia saat berada di dekatmu. (Pinterest/Juan Gomes Ribeiro)

Self-deprecating humor bukan soal mengolok-olok diri, melainkan mengakui diri dengan cara yang ringan dan jujur. Ini adalah bentuk keberanian untuk tampil apa adanya, tanpa takut terlihat tidak sempurna. Di balik tawa itu, ada kekuatan yang menciptakan koneksi, meredakan tekanan, dan mengundang empati.

Dalam hidup yang serba cepat dan penuh ekspektasi, kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah bentuk kebijaksanaan. Karena terkadang, tawa terbaik bukanlah yang mengarah ke luar, tetapi yang ditujukan ke dalam. Ini menandakan bahwa kamu sudah berdamai dengan siapa diri kamu sebenarnya.

Demikian ulasan self-deprecating humor, ketika menertawakan diri sendiri jadi sumber kekuatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team