Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hati (unsplash.com/@michaelrfenton)

Intinya sih...

  • Jejak simbol hati di dunia kuno

  • Dari anatomi ke simbolisme

  • Pengaruh gereja dan kesatria cinta

Hari valentine, kartu ucapan, hingga emoji di ponsel kita, hampir semua memakai simbol hati untuk mengekspresikan cinta. Padahal, jika dilihat secara anatomis, bentuk jantung manusia jauh berbeda dari ikon hati yang kita kenal. Bentuk hati yang melengkung di atas, meruncing di bawah, dan sering berwarna merah, kini identik dengan cinta, kasih sayang, bahkan gairah.

Namun, bagaimana bisa bentuk hati menjadi lambang universal cinta? Simbol hati bukan sekadar gambar lucu. Ia memuat sejarah panjang, pengaruh budaya, agama, dan psikologi manusia. Dari zaman Yunani kuno hingga media sosial, bentuk hati terus bertahan sebagai bahasa non-verbal paling terkenal untuk mengungkapkan rasa cinta.

Berikut ulasan perjalanan bagaimana bentuk hati menjadi lambang cinta, menelusuri akar sejarah, makna filosofis, hingga pengaruh industri budaya modern.

1. Jejak simbol hati di dunia kuno

Ilustrasi bagaimana bentuk hati bisa menjadi lambang cinta? (Pinterest/Atlas Obscura)

Bentuk hati muncul jauh sebelum zaman modern. Dalam artefak Yunani kuno, ada gambaran daun atau biji tanaman silphium, yang memiliki bentuk mirip hati. Silphium adalah tanaman yang digunakan sebagai obat dan konon juga sebagai kontrasepsi alami. Karena itu, bentuknya lambat laun diasosiasikan dengan cinta, seks, dan kehidupan romantis.

Selain di Yunani, motif serupa ditemukan di budaya Romawi. Bentuk hati kerap terlihat pada dekorasi tembikar, lukisan, atau mozaik yang menggambarkan dewi cinta seperti Venus. Namun saat itu, simbol hati belum sepenuhnya identik dengan cinta romantis seperti yang kita pahami hari ini. Maknanya lebih luas, meliputi kesuburan, kehidupan, dan keindahan.

2. Dari anatomi ke simbolisme

Ilustrasi bagaimana bentuk hati bisa menjadi lambang cinta? (Pinterest/Rhythm Heart Institute)

Orang kuno percaya jantung adalah pusat emosi, bukan otak. Filosof Yunani seperti Aristoteles berpendapat bahwa hati atau jantung adalah tempat bersemayam jiwa, cinta, dan keberanian. Pandangan ini bertahan hingga Abad Pertengahan, di mana seni dan sastra sering menyebut hati sebagai “wadah cinta.”

Namun, bentuk anatomi jantung manusia tidak pernah seperti lambang hati modern. Bentuk hati yang kita kenal lebih bersifat stilisasi. Seniman dan juru ukir zaman pertengahan mulai menggambarkan hati dengan bentuk simetris dan runcing ke bawah, agar lebih indah secara visual. Perlahan, bentuk ini menjadi ikon cinta dalam lukisan, manuskrip, dan ukiran gereja.

3. Pengaruh gereja dan kesatria cinta

Ilustrasi bagaimana bentuk hati bisa menjadi lambang cinta? (Pinterest/Marcos Antonio)

Pada Abad Pertengahan, tradisi cinta istana atau courtly love berkembang di Eropa. Kisah cinta para kesatria dan puan pujaan hati mereka banyak diabadikan dalam sastra dan seni. Dalam naskah-naskah iluminasi, bentuk hati mulai sering digambar sebagai simbol kasih dan kesetiaan, catat Lewis dalam bukunya The Allegory of Love: A Study in Medieval Tradition.

Gereja juga berperan besar. Devosi Katolik terhadap Hati Kudus Yesus menciptakan ikon hati yang dililit mahkota duri, meneteskan darah, atau memancarkan cahaya. Meski konteksnya religius, visualisasi hati makin mempopulerkan bentuk ini di masyarakat. Lambat laun, hati bergeser menjadi lambang cinta profan, bukan hanya cinta spiritual.

4. Dari percetakan ke industri pop

Ilustrasi bagaimana bentuk hati bisa menjadi lambang cinta? (Pinterest/Juliette)

Loncatan besar terjadi setelah penemuan mesin cetak. Bentuk hati mulai sering muncul di kartu ucapan, terutama pada abad ke-17. Pada masa Victoria, kartu valentine populer dengan hiasan hati, pita, dan bunga. Bentuk hati resmi menjadi simbol cinta romantis.

Di era modern, budaya pop memperkuat posisi simbol hati. Mulai dari logo I LOVE NY pada 1970-an, hingga emoji hati di ponsel kita. Bentuk hati bukan hanya melambangkan cinta romantis, tetapi juga kasih sayang, persahabatan, dan dukungan sosial. Industri media, film, dan musik terus mengulang citra hati, membuatnya tertanam kuat dalam imajinasi global.

5. Psikologi bentuk hati dan daya tariknya

Ilustrasi bagaimana bentuk hati bisa menjadi lambang cinta? (Pinterest/Cinthia Duim)

Mengapa bentuk hati terasa begitu memikat? Dari sisi psikologi, bentuk hati memiliki lekukan lembut di bagian atas dan titik runcing di bawah, menciptakan harmoni visual. Bentuk melengkung kerap diasosiasikan dengan kelembutan, kehangatan, dan kasih, ungkap Zajonc dalam jurnal American Psychologist. Otak manusia memang cenderung menyukai pola simetris dan garis lengkung.

Selain itu, warna merah yang sering dipakai untuk simbol hati juga memiliki efek psikologis. Merah meningkatkan detak jantung, memicu gairah, dan diasosiasikan dengan cinta atau daya tarik seksual. Inilah mengapa kombinasi bentuk hati dan warna merah menjadi simbol cinta yang sangat kuat secara emosional.

Bentuk hati yang kita kenal hari ini adalah hasil perjalanan panjang sejarah, budaya, agama, hingga industri modern. Dari biji tanaman kuno hingga emoji di ponsel, hati telah menjadi simbol universal untuk cinta. Bukan hanya soal estetika, tetapi juga karena bentuk dan warnanya berbicara langsung pada emosi terdalam manusia. Itulah sebabnya, meski jantung kita tak benar-benar berbentuk hati, kita tetap memakainya sebagai lambang cinta.

Demikian ulasan perjalanan bagaimana bentuk hati menjadi lambang cinta, menelusuri akar sejarah, makna filosofis, hingga pengaruh industri budaya modern.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team