Bukan Sembarang Cacing Laut, Nyale Diyakini Jelmaan Putri Mandalika

Hanya bisa ditangkap satu kali dalam setahun

Nyale adalah sejenis cacing laut yang muncul sekali setahun di pantai-pantai Lombok. Mereka dianggap sebagai jelmaan dari Putri Mandalika, seorang putri legendaris dalam cerita rakyat Sasak yang mengorbankan dirinya demi perdamaian.

Nyale biasanya muncul pada bulan Februari atau Maret, tergantung pada fase bulan. Masyarakat lokal percaya bahwa waktu terbaik untuk menangkap nyale adalah saat bulan purnama.

Festival Bau Nyale biasanya diadakan pada bulan Februari atau Maret, tergantung pada kalender Sasak dan fase bulan. Lokasi utama festival ini adalah di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah. Namun, beberapa daerah lain di Lombok juga mengadakan kegiatan serupa.

Berikut beberapa hal tentang Nyale yang ada di Lombok.

1. Manfaat nyale

Bukan Sembarang Cacing Laut, Nyale Diyakini Jelmaan Putri MandalikaNyale hasil tangkapan warga. (ANTARA/Akhyar)

Nyale dianggap memiliki nilai gizi yang tinggi dan sering dimasak menjadi berbagai hidangan tradisional. Beberapa masyarakat juga menggunakan nyale dalam upacara adat untuk meminta berkah dan keberuntungan.

Oleh karena itu, menangkap nyale dianggap sebagai kegiatan yang sakral dan penuh makna. Penangkapan nyale biasanya dilakukan pada dini hari sebelum matahari terbit. Masyarakat berkumpul di pantai dengan peralatan sederhana seperti ember dan jaring untuk menangkap nyale yang muncul dalam jumlah besar.

Baca Juga: Sudah Tahu Masjid Tertua di Lombok? Lokasinya di Lombok Utara, Lho!

2. Asal-usul legenda Nyale jelmaan Putri Mandalika

Bukan Sembarang Cacing Laut, Nyale Diyakini Jelmaan Putri MandalikaNyale hasil tangkapan warga. (ANTARA/Akhyar Rosidi)

Festival Bau Nyale berasal dari legenda masyarakat Sasak tentang Putri Mandalika, seorang putri yang bijaksana. Menurut cerita, banyak pangeran dari berbagai kerajaan melamar Putri Mandalika, tetapi ia tidak ingin memilih satu pun di antara mereka karena takut akan menyebabkan perpecahan dan peperangan.

Akhirnya, Putri Mandalika memutuskan untuk mengorbankan dirinya dengan terjun ke laut. Setelah ia menghilang, nyale muncul di laut, yang diyakini sebagai jelmaan dari sang putri. Sejak itu, masyarakat Sasak mengadakan Festival Bau Nyale setiap tahun untuk menghormati Putri Mandalika.

3. Aktivitas selama festival bau nyale

Bukan Sembarang Cacing Laut, Nyale Diyakini Jelmaan Putri MandalikaAktivitas menangkap nyale di Pantai Seger Lombok Tengah. (ANTARA/Pamela Sakina)

Aktivitas utama selama festival adalah menangkap nyale. Ribuan orang berkumpul di pantai-pantai pada dini hari untuk menangkap nyale yang hanya muncul sekali setahun.

Masyarakat menggunakan berbagai alat sederhana seperti ember dan jaring untuk menangkap cacing laut tersebut. Nyale yang ditangkap kemudian bisa dimasak dan dimakan, atau digunakan dalam berbagai ritual adat.

Selain kegiatan menangkap nyale, festival ini juga diramaikan dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya. Tarian tradisional, musik gamelan, dan pertunjukan drama yang mengisahkan legenda Putri Mandalika menjadi hiburan yang menarik bagi pengunjung. Selain itu, ada juga lomba perahu, lomba dayung, dan berbagai kompetisi lainnya yang menambah semarak festival.

Festival Bau Nyale juga diwarnai dengan berbagai upacara adat yang dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka agama. Upacara ini bertujuan untuk meminta berkah dan keselamatan dari para leluhur serta dewa-dewi yang dipercayai oleh masyarakat Sasak.

Itulah beberapa hal tentang Nyale dan Festival Bau Nyale yang merupakan peringatan tentang legenda Putri Mandalika di Lombok. Kamu tertarik untuk bergabung?

Baca Juga: Lombok Wildlife Park, Destinasi Edukatif di Pulau Lombok 

Yerin Shin Photo Community Writer Yerin Shin

Keep Happy and Healthy.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya