Istilah quiet quitting awalnya populer di dunia kerja, merujuk pada fenomena seseorang yang hadir secara fisik namun tidak lagi terlibat secara emosional. Mereka tetap menjalankan tugas, tapi tak lagi berambisi atau terlibat lebih dari yang diwajibkan. Namun ternyata, pola yang sama bisa muncul dalam kehidupan pribadi, baik dalam hubungan, persahabatan, bahkan dalam relasi dengan diri sendiri. Kamu merasa tetap ada, tapi secara batin sudah undur diri.
Fenomena ini seringkali tak disadari. Kamu menyebutnya “lelah”, “lagi sibuk”, atau sekadar “butuh waktu sendiri”, padahal secara psikologis kamu mungkin sedang menarik diri secara pasif. Penulis ingin mengajak kamu memahami bagaimana quiet quitting meresap dalam ranah personal, apa penyebabnya, dan bagaimana cara menanganinya agar hidup kembali memiliki koneksi dan makna yang utuh.
Berikut pembahasan quiet quitting dalam kehidupan pribadi, fenomena seseorang yang hadir secara fisik namun tidak lagi terlibat secara emosional.