Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi proses authophagy saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar. (Pinterest/New Scientist)
Ilustrasi proses authophagy saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar. (Pinterest/New Scientist)

Tidak hanya untuk kesehatan rohani, menjalani puasa baik untuk kesehatan jasmani. Salah satu manfaat puasa adalah dapat mendetoks tubuh dari racun dan mengganti sel-sel tubuh yang sudah rusak dengan sel baru.

Proses detoksifikasi saat puasa dikenal juga sebagai authophagy atau autofagi. Walaupun autofagi masih terdengar asing, tetapi proses ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan sel-sel tubuh.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ulasan mengenai autofagi, yaitu proses detoksifikasi saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar.

1. Apa itu autofagi?

Ilustrasi proses authophagy saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar. (Pinterest/Whitney E. RD)

Secara harfiah autofagi berarti memakan sendiri atau melahap sendiri. Walaupun terdengar mengerikan proses ini sebenarnya bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Istilah melahap sendiri mengacu pada proses ketika sel-sel tubuh yang sudah lama dan rusak dipecah dan komponennya didaur ulang menjadi sel-sel baru.

Tubuh mengandung triliunan sel. Setiap sel memiliki bagian yang membuatnya tetap berfungsi. Seiring waktu, molekul yang tidak diinginkan menumpuk dalam sel dan dapat merusak serta membuatnya berhenti bekerja. Molekul ini bisa menjadi sampah dan mengganggu kinerja sel tubuh yang sehat.

Melalui proses autofagi, sel-sel yang rusak dalam tubuh dapat didaur ulang. Proses ini memungkinkan sel untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak dibutuhkan. Kemudian, mendaur ulang potongan yang dapat diselamatkan menjadi bagian-bagian sel baru yang dapat digunakan.

Autofagi penting untuk mengontrol kualitas sel dalam tubuh. Terlalu banyak komponen sampah dalam sel dapat menghabiskan ruang, dan memperlambat atau mencegah sel berfungsi dengan benar. Autofagi mengubah sel yang rusak menjadi komponen sel terpilih yang tubuh butuhkan, sehingga mengoptimalkan kinerja sel.

Selain itu autofagi juga dapat menghancurkan patogen penyebab penyakit, seperti bakteri dan virus, yang dapat merusak sel.

2. Sekilas soal temuan mekanisme autofagi

Ilustrasi proses authophagy saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar. (Pinterest/New Scientist)

Mekanisme autofagi ditemukan oleh pakar biologi sel dari Jepang Yoshinori Ohsumi dan membawanya mendapatkan Nobel Kedokteran 2016. Autofagi artinya memakan diri sendiri. Ini adalah mekanisme sel sebagai upaya untuk menjaga kesehatannya melalui program daur ulang internal, di mana mereka menghancurkan komponen dirinya, yang bertujuan untuk membuat sel baru dan juga melawan serangan bakteri serta virus.

Autofagi sebenarnya adalah mekanisme alami tubuh untuk bertahan hidup. Dengan mempelajari ini para ilmuwan berusaha memahami bagaimana manusia menghadapi situasi ekstrem.

Selama hampir 30 tahun, Ohsumi tekum melakukan penelitian tentang autofagi. Hasilnya, ia dapat menjelaskan dan membantu mencegah terjadinya penyakit-penyakit seperti kanker dan penyakit saraf. Sebab, dua penyakit itu terjadi diakibatkan karena mutasi gen autofagi.

3. Mengenal cara kerja autofagi

Ilustrasi proses authophagy saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar. (Pinterest/Verywell)

Autofagi adalah proses daur ulang yang memanfaatkan sumber daya sel yang sudah ada secara maksimal. Prosesnya meningkat ketika sel-sel kekurangan nutrisi atau oksigen, sehingga tubuh harus memanfaatkan sumber daya yang sudah ada sebaik mungkin, karena sel tidak mendapatkan energinya dari sumber luar.

Dengan autofagi, sel pada dasarnya memakan dirinya sendiri untuk bertahan hidup. Hasilnya adalah proses bertahan hidup ini dapat menghasilkan sel yang bekerja lebih efisien.

4. Manfaat autofagi bagi kesehatan tubuh

Ilustrasi proses authophagy saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar. (Pinterest/DjJockers)

Berikut ini merupakan manfaat autofagi yang kamu dapatkan melalui puasa:

1. Umur panjang

Sebuah studi tahun 2019 terhadap 11 orang pengidap obesitas membandingkan efek diet intermittent fasting dengan pola makan normal. Para peneliti menemukan bahwa orang yang melakukan intermittent fasting lebih berpotensi memiliki harapan hidup yang panjang, termasuk peningkatan 22 persen gen autofagi LC3A, setelah melakukannya hanya empat hari.

2. Mengurangi peradangan

Peradangan adalah akar untuk berbagai penyakit kronis seperti kanker, jantung, dan gangguan neurodegeneratif. Sebuah studi pada tahun 2019 menemukan, puasa meredakan peradangan dengan mengurangi keberadaan sel inflamasi yang bernama “monosit”.

3. Mendukung kesehatan jantung

Studi pada tahun 2021 yang melihat hubungan antara autofagi dan kesehatan jantung menunjukkan, autofagi dapat mengembalikan dan mencegah kerusakan pembuluh darah yang terkait dengan penuaan dan penyakit kardiovaskular.

Para peneliti mengidentifikasi bahwa autofagi mendukung kesehatan jantung melalui berbagai mekanisme. Contohnya dengan menghilangkan puing-puing yang menyebabkan stres oksidatif dan peradangan, dengan memobilisasi lemak yang disimpan di hati dan di tubuh ke dalam molekul energi keton yang kuat.

Nah itulah penjelasan mengenai autofagi, yaitu proses detoksifikasi saat puasa, sel memakan sel rusak ketika tubuh lapar.

Editorial Team