Mengungkap Misteri Pola Tidur Aneh yang Tidur Hanya 2 Jam Sehari

Sebagian besar dari kita butuh sekitar 7–8 jam tidur setiap malam agar tubuh dan otak berfungsi optimal. Kurang tidur umumnya membuat kita lelah, sulit berkonsentrasi, bahkan berisiko tinggi terkena berbagai penyakit kronis. Namun, ada segelintir orang di dunia ini yang mengaku hanya tidur 2 jam sehari, dan tetap merasa segar, bugar, serta berprestasi tinggi.
Fenomena ini menimbulkan rasa penasaran: Bagaimana mungkin mereka tetap sehat dengan waktu tidur sesingkat itu? Para ilmuwan menyebut orang-orang ini sebagai natural short sleepers. Apakah mereka memang “superhuman” dengan gen istimewa? Atau sebenarnya ada harga yang harus dibayar yang tidak terlihat di permukaan?
Penulis akan mengupas misteri pola tidur super singkat ini, mulai dari genetika hingga dampak psikologisnya. Sekaligus menyingkap mana fakta dan mana mitos di balik kisah mereka yang tidur hanya dua jam sehari.
1. Natural short sleepers: fenomena atau mitos?

Istilah natural short sleeper digunakan untuk menyebut orang yang secara alami hanya membutuhkan sedikit waktu tidur, umumnya 4–6 jam, namun tetap berfungsi normal. Namun, kasus orang yang benar-benar hanya tidur 2 jam sehari masih sangat langka. Beberapa laporan menyebut tokoh-tokoh terkenal seperti Nikola Tesla atau Leonardo da Vinci hanya tidur sebentar, tetapi bukti ilmiah tentang pola tidur mereka sulit diverifikasi.
Dalam studi genetika yang dilakukan He, Jones, Fujiki, dan kawan-kawan dengan judul The transcriptional repressor DEC2 regulates sleep length in mammals menemukan mutasi gen DEC2 pada beberapa individu yang membuat mereka cukup tidur lebih singkat dibanding orang lain. Namun, bahkan pada mereka yang punya gen DEC2, waktu tidurnya rata-rata sekitar 5–6 jam, bukan 2 jam. Jadi, tidur 2 jam sehari bisa saja terjadi, tetapi kemungkinan besar sangat jarang dan belum sepenuhnya terbukti aman secara medis.
2. Apa yang terjadi di otak mereka?

Tidur adalah proses penting untuk konsolidasi memori, pembersihan racun di otak, dan pemulihan tubuh. Pada natural short sleepers, beberapa penelitian menunjukkan adanya pola gelombang otak yang berbeda saat mereka tidur, termasuk periode slow-wave sleep (SWS) yang lebih efisien. Artinya, mereka “mengepak” fungsi tidur penting dalam waktu lebih singkat.
Namun, sebagian ilmuwan masih skeptis. Mereka mempertanyakan apakah orang yang mengaku cukup tidur hanya 2 jam benar-benar tidak mengalami defisit fungsi otak secara halus yang tak mereka sadari, seperti gangguan perhatian, perubahan suasana hati, atau stres yang terpendam. Bahkan short sleepers yang terverifikasi secara medis pun umumnya masih tidur lebih dari 4 jam. Tidur 2 jam sehari secara konsisten dianggap sangat tidak lazim.
3. Efek kesehatan jangka panjang: apakah benar-benar aman?

Banyak klaim di internet yang mengagungkan tidur super singkat sebagai cara menjadi lebih produktif. Padahal, tidur kurang dari 4 jam per malam secara kronis dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi, obesitas, diabetes, hingga penurunan fungsi kognitif, ungkap Cappuccio dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Quantity and quality of sleep and incidence of type 2 diabetes. Meski beberapa natural short sleepers tampak sehat, kita belum punya cukup data jangka panjang tentang kesehatan mereka setelah bertahun-tahun tidur singkat.
Bahkan tokoh-tokoh sejarah yang terkenal tidur sedikit, seperti Tesla, diketahui mengalami gangguan kesehatan mental di kemudian hari. Ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah pola tidur ekstrem berkontribusi pada masalah tersebut? Peneliti Fu dan kawan-kawan dalam jurnal Cold Spring Harbor Symposia on Quantitative Biology menekankan bahwa kemampuan tidur singkat yang benar-benar aman mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil populasi dengan kondisi genetis tertentu, dan tidak boleh dijadikan pola tidur massal.
4. Apakah pola tidur polyphasic bisa jadi kunci?

Sebagian orang yang tidur hanya 2 jam sehari melakukannya melalui polyphasic sleep, membagi tidur menjadi banyak tidur singkat sepanjang hari. Contoh terkenal adalah “Uberman Schedule,” yakni tidur 20–30 menit setiap 4 jam. Beberapa klaim di komunitas biohacking menyebut metode ini membuat orang tetap segar dengan total tidur 2 jam per hari.
Namun, studi ilmiah menunjukkan banyak risiko. Polyphasic sleep dapat menyebabkan defisit memori, konsentrasi, hingga gangguan mood, terutama setelah beberapa minggu. Tidak semua orang bisa beradaptasi. Rata-rata yang mencoba gagal mempertahankan pola ini lebih dari beberapa minggu karena kelelahan yang tak terhindarkan. Jadi, meski terdengar keren, tidur 2 jam sehari lewat pola polyphasic masih jauh dari aman bagi kebanyakan orang, ungkap Stampi dan Walker dalam jurnalnya yang berjudul Why We Nap: Evolution, Chronobiology, and Functions of Polyphasic and Ultrashort Sleep.
5. Mengapa kita tergoda mengagumi tidur singkat?

Ada romantisasi besar terhadap figur-figur sukses yang konon hanya tidur sebentar. Kita sering mendengar kisah Elon Musk, Margaret Thatcher, atau Thomas Edison yang bekerja nyaris tanpa tidur. Dalam budaya modern, kurang tidur sering dianggap tanda produktivitas, ambisi, dan ketangguhan, padahal sains menunjukkan sebaliknya.
Faktanya, performa mental dan fisik merosot drastis jika seseorang tidur kurang dari 6 jam secara konsisten. Meski beberapa individu bisa berfungsi dengan tidur singkat, mayoritas manusia tetap butuh tidur cukup agar sehat dan waras. Romantisasi tidur singkat bisa menyesatkan, memicu rasa bersalah bagi orang yang tidur normal, padahal tidur adalah kebutuhan biologis yang tidak bisa dinegosiasikan.
Tidur hanya 2 jam sehari mungkin terjadi pada segelintir orang yang sangat langka, tetapi bukan pola tidur yang aman untuk kebanyakan manusia. Sebagian besar kisah sukses kurang tidur lebih banyak mitos daripada fakta. Jadi, kalau kamu butuh 7–8 jam tidur semalam, itu bukan kelemahan, itu tanda tubuhmu bekerja sebagaimana mestinya.
Demikian pembahasan mengenai misteri pola tidur super singkat ini, mulai dari genetika hingga dampak psikologisnya, sekaligus menyingkap mana fakta dan mana mitos di balik kisah mereka yang tidur hanya dua jam sehari. Semoga bermanfaat, ya!