Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang pria sedang disorot angka.
Ilustrasi Mengenal Triskaidekaphobia, Ketakutan Tidak Rasional pada Angka 13. (pexels.com/Matias Mango)

Angka 13 sering dianggap sebagai angka sial oleh beberapa perkumpulan orang. Kepercayaan ini sudah ada sejak berabad-abad lalu dan berkembang dalam cerita, tradisi, hingga kebiasaan masyarakat modern. Meski bagi sebagian orang angka 13 hanyalah angka biasa, ada individu yang mengalami ketakutan berlebihan terhadap angka tersebut.

Ketakutan ini dikenal sebagai triskaidekaphobia, yaitu fobia spesifik yang membuat seseorang cemas, tidak nyaman, atau panik ketika berhadapan dengan angka 13 dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk ketakutan ini dapat mengganggu aktivitas, mulai dari memilih tanggal, menghindari lantai 13 di gedung, hingga takut membeli barang yang jumlahnya 13. Meski terlihat sederhana, triskaidekaphobia dapat memengaruhi pola pikir dan keseharian penderitanya.

Untuk memahami lebih jauh, berikut penjelasan mengenai apa itu triskaidekaphobia, bagaimana asal-usulnya, apa saja gejalanya, dan cara mengatasinya.

1. Apa itu triskaidekaphobia?

Ilustrasi Tips Mengendalikan Overthinking yang Terjadi saat Malam Hari. (pexels.com/Aldair Nuñez)

Triskaidekaphobia adalah fobia spesifik yang ditandai dengan rasa takut ekstrem dan tidak rasional terhadap angka 13. Ketakutan ini dapat muncul dalam bentuk kecemasan, ketegangan otot, jantung berdebar, atau pikiran buruk yang muncul ketika seseorang melihat angka 13 atau menghadapi situasi yang berkaitan dengannya. Fobia ini bukan sekadar ketidaksukaan, tetapi ketakutan yang intens hingga berdampak pada keputusan sehari-hari.

Beberapa orang dengan triskaidekaphobia mungkin menghindari nomor rumah 13, kursi nomor 13, atau tidak mau bepergian pada tanggal 13. Ketakutan tersebut bukan berdasarkan fakta, tetapi persepsi bahwa angka 13 membawa sial atau bahaya. Persepsi ini akhirnya memengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak, sering kali tanpa disadari.

Triskaidekaphobia juga dapat berkembang seiring waktu, terutama jika seseorang tumbuh dalam keluarga atau lingkungan yang mempercayai kesialan angka 13. Kecemasan yang berulang terhadap angka ini bisa menguatkan keyakinan bahwa 13 memang “berbahaya”, meskipun tidak ada bukti nyata. Itulah yang membuat kondisi ini termasuk fobia, bukan keyakinan biasa.

2. Asal-usul ketakutan terhadap angka 13

Ilustrasi Mengenal Triskaidekaphobia, Ketakutan Tidak Rasional pada Angka 13. (pexels.com/Matias Mango)

Ketakutan terhadap angka 13 memiliki sejarah panjang dan berakar pada berbagai tradisi budaya hingga keyakinan mistik. Dalam sebagian tradisi barat, angka 13 dikaitkan dengan cerita-cerita yang bernada malapetaka, seperti legenda bahwa “tamu ke-13” membawa sial atau bahwa keberadaan angka 13 dianggap merusak keseimbangan angka 12 yang dianggap sempurna. Kepercayaan ini diwariskan dari generasi ke generasi dan memengaruhi persepsi masyarakat.

Dalam dunia modern, kepercayaan ini semakin diperkuat oleh film, cerita horor, hingga mitos populer mengenai hari Jumat tanggal 13. Meskipun ini lebih merupakan tradisi budaya daripada fakta ilmiah, paparan yang terus-menerus membuat banyak orang menganggap angka 13 sebagai simbol ketidakberuntungan. Ketika kepercayaan ini diterima secara luas, ia menjadi bagian dari sugesti sosial yang kuat.

Bagi sebagian orang yang sensitif atau memiliki kecenderungan cemas, sugesti sosial ini dapat berkembang menjadi ketakutan yang sebenarnya. Awalnya hanya merasa tidak nyaman, lama-lama bisa berubah menjadi kecemasan nyata. Kombinasi antara budaya, pengalaman pribadi, dan predisposisi psikologis inilah yang dapat melahirkan triskaidekaphobia.

3. Gejala triskaidekaphobia

Ilustrasi Mengenal Haematophobia, Takut Melihat Darah Sendiri dan Orang Lain. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Gejala triskaidekaphobia dapat bersifat emosional, fisik, maupun kognitif. Secara emosional, penderitanya bisa merasa takut, khawatir, atau panik ketika menghadapi angka 13. Pikiran buruk sering muncul, seperti membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi hanya karena melihat atau menggunakan angka tersebut. Ketakutan ini tidak sebanding dengan kondisi nyata.

Secara fisik, gejala dapat berupa jantung berdebar, berkeringat, gemetar, atau sesak napas. Tubuh merespons angka 13 seolah-olah itu adalah ancaman berbahaya, meskipun tidak ada bahaya sebenarnya. Reaksi fisik ini dapat terjadi tiba-tiba dan sulit dikendalikan, terutama pada situasi yang tidak bisa dihindari.

Pada tingkat perilaku, penderita mungkin mulai menghindari angka 13 dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bisa menghindari lantai 13 di gedung, tidak mau bepergian pada tanggal 13, atau merasa tidak tenang ketika harus menulis atau melihat angka tersebut. Penghindaran ini dapat membuat kehidupan menjadi terbatas dan menambah kecemasan.

4. Cara mengatasi triskaidekaphobia

Ilustrasi Manfaat Menerapkan Self-Validation bagi Emosi Kamu. (pexels.com/Nino Sanger)

Langkah pertama untuk mengatasi triskaidekaphobia adalah menyadari bahwa ketakutan tersebut berasal dari persepsi, bukan kenyataan. Memahami bahwa angka 13 hanyalah angka biasa dapat membantu membuka ruang untuk berpikir lebih rasional. Edukasi mengenai asal-usul mitos angka 13 juga dapat membantu seseorang melepaskan diri dari sugesti budaya.

Terapi kognitif-perilaku (CBT) sangat efektif untuk mengatasi fobia ini. Dalam terapi, seseorang dilatih untuk mengubah pola pikir yang tidak rasional dan menggantinya dengan cara pandang yang lebih sehat. Selain itu, teknik exposure therapy atau “paparan bertahap” dapat membantu seseorang belajar menghadapi angka 13 secara perlahan sehingga tubuh dan pikiran terbiasa tanpa menimbulkan kecemasan berlebih.

Dukungan dari keluarga atau lingkungan juga penting. Seseorang yang sedang berusaha mengatasi triskaidekaphobia membutuhkan ruang yang aman untuk bercerita dan mendapatkan dorongan emosional. Dengan edukasi, terapi yang tepat, dan dukungan sosial, ketakutan terhadap angka 13 dapat berkurang secara signifikan bahkan hilang sepenuhnya.

Demikian penjelasan mengenai apa itu triskaidekaphobia, bagaimana asal-usulnya, apa saja gejalanya, dan cara mengatasinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team