Mengenal Socrates, Pemain Sepak Bola Terpintar dalam Sejarah

Socrates, jika mendengar nama itu sebagian orang pasti terpikir filsuf terkenal asal Yunani. Sedangkan sebagian orang lainnya, khususnya pencinta sepak bola, akan terpikir legenda sepak bola asal Brasil.
Socrates yang meninggal pada 4 Desember 2011, dianggap sebagai salah satu pesepakbola terhebat dalam sejarah Brasil meski tidak pernah mempersembahkan gelar untuk tim Selecao.
Mengutip dari berbagai sumber, berikut ulasan singkat mengenai Socrates, pemain sepak bola asal Brazil yang dikenal sebagai pesepak bola terpintar dalam sejarah.
1. Menjadi dokter dan punya gelar Ph.D dalam bidang filsafat
Terlahir dengan nama lengkap Socrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira, mantan pesepakbola yang dijuluki 'Doctor Socrates' itu memastikan hidupnya tidak keberatan nama. Socrates bahkan bisa dibilang sebagai pesepakbola terpintar dalam sejarah.
Betapa tidak, pesepakbola yang mencetak 22 gol dari 60 caps bersama timnas Brasil itu memiliki dua gelar akademis yang luar biasa. Pertama, Socrates merupakan dokter berkualifikasi dan memiliki izin praktik. Jika itu kurang keren bagi kamu, pesepakbola yang lahir pada 19 Februari 1954 itu juga menyandang gelar Ph.D dalam bidang filsafat.
2. Membawa Brasil menjadi runner-up Copa America 1983
Sebagai salah satu legenda sepak bola, Socrates terbilang telat memulai karier profesionalnya, yakni di usia 24. Hal itu dikarenakan agar Socrates bisa menyelesaikan studinya untuk menjadi dokter.
Setelah pensiun pada 1989, Socrates melakukan praktik dokter di wilayah Ribeirao Preto. Namun, pemain yang membawa Brasil menjadi runner-up Copa America 1983 itu tidak ingin berlama-lama menggeluti profesi dokter.
“Jika saya tetap menjadi dokter, maka saya hanya akan berada di satu area lingkungan dan hanya mengetahui satu sisi kehidupan,” ujar Socrates.
3. Aktif di dunia politik, penulis, dan musisi
Socrates terbilang pesepakbola langka. Selain memiliki gelar dokter dan Ph.D bidang filsafat, Socrates juga aktif di dunia politik, penulis, dan musisi. Seperti tidak ada yang tidak bisa dilakukannya. Dengan demikian Socrates pantas mendapat julukan pesepakbola dengan otak paling encer dalam sejarah.
Satu hal yang menarik, Socrates mengulangi 'kesalahan' orang tuanya dalam memberi nama. Socrates memberi nama putra pertamanya Fidel, setelah terinspirasi mantan presiden Kuba Fidel Castro.
“Ketika saya memberi nama putra saya Fidel, ibu saya mengatakan, ‘Bukankah itu nama yang cukup kuat untuk anak’”. Kemudian saya katakan, “Lihat yang kamu lakukan kepadaku”, ucap Socrates kepada ibunya yang dikutip dari berbagai sumber.
4. Aktivis di dalam dan luar lapangan
Dalam babak perempat final Piala Dunia Meksiko 1986, saat gagal mengeksekusi penalti ke gawang Prancis, Socrates mengenakan ikat kepala putih yang akhirnya terus melekat sebagai ciri khasnya. Pada bandana yang dia buat dari kaus kaki rekan satu tim itu dicetak sejumlah slogan berbeda, antara lain “Rakyat Membutuhkan Keadilan”, “Katakan Ya untuk Cinta, Tidak buat Teror”, dan “Hentikan Kekerasan”.
Socrates juga sempat merumput dengan membawa pesan sederhana, “Mexico Sigue En Pie”, yang berarti "Meksiko Masih Bertahan". Itu dia kumandangkan setelah satu tahun sebelumnya gempa bumi besar mengguncang Mexico City dan menewaskan ribuan orang. Bencana alam membuat sang tuan rumah hajatan sepak bola terbesar sejagat itu sangat terluka sekaligus mengungkap ketidakadilan di tengah masyarakat.
“Ketika tim Brasil tiba di Meksiko, seluruh dunia menyaksikan bencana yang dipicu gempa bumi dahsyat itu. Saya terdorong memanfaatkan kesempatan itu untuk mengangkat beberapa poin krusial dari realitas sosial yang ada”, ujar Socrates bertahun-tahun usai kejadian tersebut.
5. Pemimpin karismatik sekaligus pemain jenius
Socrates bukanlah pesepak bola biasa. Di dalam lapangan, dia merupakan pemimpin karismatik sekaligus pemain jenius. Dia memang pesepak bola yang sangat berbakat. Socrates adalah gelandang cerdas yang bermain secara terukur. Dia lihai memberikan umpan cantik.
Lebih dari itu, Socrates juga bisa mencetak gol indah dengan tumitnya. Pele, pesepak bola legendaris peraih tiga kali Piala Dunia, sampai-sampai menyebut Socrates bermain lebih baik jika berlari mundur, menghadapkan punggungnya ke gawang lawan.
Tim nasional Brasil yang Socrates pimpin pada Piala Dunia Spanyol 1982 sering disebut sebagai kesebelasan terbaik yang gagal menjadi juara. Dalam turnamen yang saat itu masih digelar dengan dua fase babak grup, Brasil tak mampu melaju ke semifinal setelah kalah 3-2 dari tim yang akhirnya mengangkat piala, Italia. Falcao, salah satu pemain Brasil, menggambarkan laga itu sebagai “salah satu pertandingan terhebat dalam sejarah sepak bola.”
Demikian ulasan singkat mengenai Socrates, pemain sepak bola asal Brasil yang dikenal sebagai pesepak bola terpintar dalam sejarah.