Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang menyadari bahwa menjadi sibuk bukan berarti menjadi produktif. Di tengah budaya kerja yang menuntut kecepatan dan hasil instan, banyak pekerja muda mulai mengalami kelelahan fisik dan mental, atau yang kini dikenal dengan istilah burnout. Dari sinilah muncul konsep baru bernama “slow productivity”, gagasan yang mengajak kita untuk bekerja dengan ritme yang lebih manusiawi tanpa kehilangan efektivitas.
Istilah ini dipopulerkan oleh Cal Newport, penulis buku Deep Work dan Digital Minimalism, yang berpendapat bahwa kualitas kerja lebih penting daripada kuantitas. Slow productivity bukan berarti malas atau lamban, melainkan tentang bekerja secara mendalam, fokus, dan berkelanjutan tanpa menekan diri hingga kehilangan semangat hidup. Konsep ini kini mulai menarik perhatian banyak anak muda Indonesia yang ingin tetap berprestasi tanpa harus mengorbankan kesehatan mental dan waktu pribadi.
Berikut ulasan lengkap tentang slow productivity, konsep baru agar tidak burnout tapi tetap efektif.
