Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi mengenal fenomena earworm, lagu yang tersangkut di kepala. (Pinterest/New York Post Shopping)

Pernahkah kamu tiba-tiba menyadari sedang bersenandung di kepala, mengulang-ulang satu potongan lagu tertentu padahal kamu sedang bekerja, belajar, atau bahkan mencoba tidur? Fenomena ini dikenal sebagai earworm atau dalam istilah ilmiahnya, Involuntary Musical Imagery (INMI). Banyak orang mengalaminya, namun hanya sedikit yang memahami mengapa otak kita seolah “memutar kaset” lagu yang sama tanpa henti.

Bukan hanya menyenangkan, earworm kadang justru terasa menjengkelkan. Lagu yang tersangkut di kepala bisa mendistraksi kita saat butuh fokus, bahkan membuat kesal jika lagu itu bukan favorit kita. Ilmu psikologi dan neurosains telah mempelajari fenomena ini, mengungkap bahwa earworm bukan sekadar kebetulan, melainkan hasil kerja kompleks otak manusia.

Mari kita telaah lebih dalam misteri fenomena earworm, yaitu lagu yang tak mau pergi dari kepala.

1. Apa itu earworm dan siapa yang mengalaminya?

Ilustrasi fakta psikologis tentang priming, bagaimana pikiran diarahkan tanpa disadari. (Pinterest/Jessica)

Istilah earworm berasal dari bahasa Jerman, “ohrwurm” yang berarti cacing telinga. Namun, bukan berarti ada makhluk hidup di telinga kita. Earworm adalah pengalaman mendengar atau memutar potongan musik di kepala tanpa sengaja, berulang-ulang, bahkan ketika tidak ada musik yang sebenarnya terdengar.

Penelitian Williamson dan kawan-kawan dalam Sticky tunes: How do people react to involuntary musical imagery? menunjukkan bahwa sekitar 90% orang pernah mengalami earworm, dengan intensitas bervariasi. Biasanya earworm lebih sering dialami oleh orang yang memiliki ketertarikan pada musik, seperti musisi, penyanyi, atau mereka yang sering mendengarkan musik sehari-hari. Namun, fenomena ini tidak mengenal usia atau profesi, semua orang bisa mengalami earworm.

2. Mengapa lagu tertentu mudah nyangkut?

Ilustrasi alasan mengapa self-sabotage bisa terjadi tanpa disadari. (Pinterest/afamuche.com)

Tidak semua lagu punya peluang yang sama untuk menjadi earworm. Peneliti Jakubowski dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Dissecting an earworm: Melodic features and song popularity predict involuntary musical imagery menemukan bahwa lagu yang mudah “nyangkut” biasanya memiliki ciri-ciri khas, seperti tempo sedang hingga cepat, melodi sederhana, dan pengulangan ritme yang kuat. Contohnya lagu-lagu pop dengan chorus yang catchy.

Selain struktur musik, faktor psikologis juga berperan. Lagu yang sedang populer, atau yang sering kita dengar, lebih mudah melekat. Bahkan, kondisi emosional juga memengaruhi. Ketika kita sedang stres atau cemas, otak cenderung lebih rentan mengulang pola-pola familiar, termasuk musik. Inilah sebabnya earworm sering muncul saat kita sedang menganggur atau otak sedang “idle”.

3. Apa yang terjadi di otak saat earworm muncul?

Ilustrasi mengenal fenomena earworm, lagu yang tersangkut di kepala. (Pinterest/New York Post Shopping)

Fenomena earworm melibatkan korteks auditori, yaitu bagian otak yang memproses suara, dan jaringan memori. Ketika sebuah lagu sering kita dengar, jejak neuron lagu itu menjadi lebih kuat, sehingga lebih mudah “menyala” kembali bahkan tanpa pemicu nyata.

Otak manusia sangat suka pola berulang. Earworm dianggap sebagai salah satu bentuk cognitive itch, rangsangan mental yang membuat otak merasa “gatal” hingga ingin terus mengulang pola tersebut agar merasa tuntas. Semakin kita berusaha melupakan lagu itu, semakin keras otak memutarnya. Fenomena ini mirip dengan pikiran obsesif-kompulsif dalam skala ringan.

4. Apakah earworm bisa mengganggu keseharian?

Ilustrasi tanda alam semesta sedang mengarahkanmu ke jalan yang tepat. (Pinterest/Creative Market)

Sebagian besar earworm bersifat netral atau bahkan menyenangkan. Orang merasa terhibur oleh melodi yang familiar. Namun, sekitar 15% orang melaporkan bahwa earworm bisa mengganggu aktivitas, seperti belajar, bekerja, atau tidur, tulis Williamson dalam jurnalnya.

Beberapa orang dengan gangguan kecemasan atau OCD lebih rentan mengalami earworm yang bersifat persisten. Pada mereka, potongan lagu bisa terjebak di kepala selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Meski jarang terjadi, kondisi ini bisa menurunkan kualitas hidup. Para ahli menyarankan teknik sederhana seperti distraction task, misalnya menghitung mundur angka atau mendengarkan lagu lain, untuk menghentikan earworm yang mengganggu.

5. Bagaimana cara mengatasi earworm?

Ilustrasi tips menikmati kopi saat sendirian. (Pinterest/Krizia Bloom)

Ternyata ada beberapa cara ilmiah untuk “mengusir” earworm. Salah satunya adalah melakukan aktivitas kognitif ringan, seperti mengunyah permen karet, membaca teks keras-keras, atau menyibukkan pikiran dengan teka-teki. Aktivitas semacam ini membuat otak tidak lagi memiliki “ruang” untuk memutar lagu.

Selain itu, mendengarkan lagu sampai tuntas juga bisa membantu. Earworm sering muncul karena otak merasa lagu itu “belum selesai,” sehingga memutarnya berulang untuk mencapai resolusi. Jadi, mendengarkan lagu secara penuh hingga bagian akhir bisa membuat otak puas dan menghentikan earworm. Namun, setiap orang berbeda, jadi solusi ini tidak selalu berhasil bagi semua orang.

Kesimpulannya, earworm adalah bukti betapa kuatnya musik memengaruhi otak manusia. Lagu yang tersangkut di kepala mungkin terasa mengganggu, tetapi ia juga mencerminkan keajaiban cara kerja memori, emosi, dan kebiasaan otak kita. Jadi, jika kamu tiba-tiba bersenandung lagu yang sama terus-menerus, tenang saja, kamu hanya sedang mengalami salah satu misteri paling menarik dalam dunia psikologi musik.

Demikian pembahasan mengenai misteri fenomena earworm, yaitu lagu yang tak mau pergi dari kepala.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team