Tentu hadirnya tren ini memicu pro kontra di kalangan netizen. Kontra yang muncul dari tren ini lantaran ada pihak tertentu yang berspekulasi tren ini disalahgunakan oleh oknum-oknum yang ingin menjatuhkan suatu produk dari brand ternama. Para deinfluencer menyarankan agar tidak membeli produk tersebut karena berbagai alasan padahal itu tidak sama sekali benar atau karena si deinfluencer tidak pernam memakai produk tersebut sama sekali. Tentu tren ini juga bisa mengakibatkan adanya pertikaian yang mungkin saja terjadi antara pemilik brand dengan si deinfluencer.
Kejadian yang menimbulkan pertikaian akibat 'deinfluencing' yaitu berita yang sempat viral antara pemilik brand kecantikan yang dipromosikan oleh Kartika Putri dengan dokter kecantikan yaitu Richard Lee. Seorang dokter sekaligus YouTuber yang sering memberi edukasi terkait produk kosmetik dan skincare di video YouTube-nya menjelaskan produk skincare yang tidak aman digunakan karena mengandung bahan berbahaya. Dalam videonya, salah satu produk yang masuk kedalam kategori tersebut adalah produk kecantikan yang dipromosikan oleh Kartika Putri. Hal tersebut membuat si pemilik brand emosi dan akhirnya berujung pada meja hijau.
Padahal jika dilihat Richard Lee adalah seorang dokter yang sering mengedukasi penontonnya terkait skincare yang beredar di pasaran, apalagi dia juga sering memberikan tips mengenai produk kulit. Video yang disampaikan adalah bentuk edukasi agak penonton tidak sembarang beli produk kecantikan dan harus paham isi kandungan produk tersebut berbahaya atau tidak. Namun hal tersebut disalahartikan dengan pihak pemilik produk yang disinggung.
Melihat sekilas berita yang timbul akibat dampak 'deinfluencer', adapun dampak lain dari sisi positif yang diberikan dari tren ini.
Tren ini dapat bertujuan agar penonton tidak boros uang akibat produk-produk yang viral tanpa tahu efeknya. Mengingat produk viral yang muncul dapat meracuni mereka yang melihatnya dengan segala kelebihan yang dipromosikan. Dengan tren ini, para pembeli bisa lebih bijak membeli barang-barang dengan mengetahui apakah barang tersebut bermanfaat atau hanya menghamburkan uang saja.
Bukan hanya itu saja, ini juga bisa mengedukasi penontonnya apabila deinfluencer bukan hanya menyarankan untuk tidak membeli produk tersebut, melainkan juga ikut mengedukasi penontonnya melalui produk yang mereka sedang 'deinfluencing'-kan.
Semua orang berhak untuk menyatakan sesuatu terkait berbagai produk-produk yang beredar. Bukan hanya influencing saja, mereka juga berhak untuk deinfluencing suatu produk agar dapat membantu pemirsa untuk bijak membeli produk tersebut. Namun alahkan baiknya penyampaian yang diutarakan harus baik dan tidak menjelek-jelekan atau bahkan merusak nama baik pemilik produk tersebut.